Minggu, 21 April 2013
Jatuh Cinta Sama Elo?! No Way!Flashback Part 2 – Dasar Cowok Pembawa Bencana!
Penulis: Regina Maharani Nurlie
Holaaaa semuaaaa ...hehehe
Saya balik lagi dengan membawa part flashback (bag2) :D
Bagian 1 nya wktu itu udah aku post kan? Ehh yaa , sekedar megingatkan ,part flashback ini bukan part 15 yee, ini lanjtan cerita awal mula cakshill ketemu :)
Part flashback ini cuma 2 bagian aja,krna kak Rere buatnya tergantung moodnya:p wkwk :D
Ehh yaa ,btw JCSLNW 2 part lagi udah tamat guys :)
Part 15nya nanti aku post minggu depan yaa,soalnya masih dalam tahap pengeditan :p
1 minggu ini aku libur sih,tapi lagi fokus latihan krna tgl 28 April nnti lomba,maybe tgl 29 baru aku post :D *mendadakcurhat(?)* :P wkwk
Doain tim ku menang yee guys,kalo menang ,aku langsung post smpe part ending :D wkwkwk
Oke langsung aja bacaa,,,cekkidotttt :DDD
Setelah 3 bulan pasca MOS pembawa
sial itu, hampir satu Sekolah, apalagi para Cewek yang tergabung dalam Ikatan C-LUVERS
mulai mencari Shilla yang katanya sih, tapi gatau benar apa enggak, cewek
pertama yang menolak seorang cakka. jadi mereka pada penasaran, shilla itu
siapa jadi seenak udel menolak cakka, apalagi sampai melotot dan mencibir.
Karna bagi mereka, tatapan mata cakka itu bikin para cewek pada terhipnotis
semua, lupa mau ngomong apa. Dan senyuman cakka itu, bikin mereka merasa gimana
gitu… tak mempan bagi cewek ingusan macam shilla, sesuatu banget.
“Oh… itu namanya shilla yah, Cantik
banget yah, tapi kok wajahnya kayak sombong gitu? mentang-mentang nolak cakka,
jadi sok gitu gayanya. Tapi… Itu pacar gue kenapa jadi lirik shilla mulu?! Gue
putusin juga lama-lama!.” Terdengar segerombolan Cewek kelas 12 bergosip ria
ketika shilla dengan sivia lewat didepan mereka kemudian mendatangi pacar
mereka masing-masing sambil memikirkan cara paling sadis untuk cowok mereka
tersayang karna ketahuan melirik cewek lain.
“Gara-gara cakka sengak nih! Habis
kan gue digosipin dimana-mana? dasar cowok pembawa bencana!,” Gerutu shilla
dalam hati.
“Lo kenapa shill? maju mundur begitu
mulutnya? Udah… gausah dipikirin kata kakak kelas itu. Anggap fans lo aja.”
Hibur sivia sambil menepuk Pundak shilla yang wajahnya memerah karna
mendengar ucapan kakak kelas tadi.
“Lo kan tau gue gak suka jadi objek
pencarian mereka?! Hua…. Dasar cakka sengak! Cowok pembawa Sial! Mati lo
sana!,” Jerit shilla nyaring karna saking sebalnya dengan cowok bernama cakka,
lupa sikon bahwa sekarang dia berada ditengah lapangan Sekolah, tempat paling
strategis untuk menyampaikan pengumuman.
“Perasaan tadi ada yang manggil gue
sayang deh, siapa yah?.” Ucap seseorang yg ternyata cakka memasukkan tangannya
kekantong celana, cakka tersenyum manis berdiri dibelakang shilla yang menoleh
kearahnya dengan wajah sudah memerah, hasil dari karna malu sekarang jadi objek
perhatian seluruh Sekolah, marah dengan keadaan sekarang yang menurut para
cewek, itu posisi keberuntungan, tapi baginya itu posisi pembawa bencana, Dan
harinya yang panasnya luar biasa juga turut andil membuat wajahnya seperti itu.
“Telinga lo gak bisa bedain
mana kata sayang dan mana kata sengak?! Pergi ke THT sana!,”
“Kalo udah dengar lo ngomong sih,
sejelek apapun ucapan yang lo bilang, apalagi berhubungan dengan gue,
tetap aja bagus didengar. Itu panggilan sayang buat gue kan,Ashilla Zahrantiara?.”
“Iya, panggilan Sayang! Sayang…
kenapa lo gak mati aja sih? Kan enak hidup gue gak diteror lagi oleh cowok
pembawa bencana macam lo!.”
Cakka hanya tersenyum mendengar
ucapan shilla itu dan berjalan mendekatinya yang membuat gadis itu masang
ancang-ancang ingin lari. Ini yang dia suka dari gadis dihadapannya itu, disaat
semua cewek ngomong seanggun mungkin mengalahkan gadis Keraton Jawa, dia malah
apa adanya, bahkan cenderung gak sadar diri bahwa yang dia bentak sekarang
adalah Kakak kelas, bukan teman sekelasnya dan menghindarinya. Itu yang
membuatnya tertantang untuk mendekati cewek setelah sekian lama jomblo.
“Entar kalo gue mati, lo nangisin
gue lagi. kan gue anti liat cewek nangis, apalagi karna gue.” Sambil berkata
begitu, dia mengelus rambut panjang shilla yang hitam mengkilat dengan tatapan
bikin para cewek pingsan dibuatnya.
“Ish! Apaan sih ini tangan seenak
jidat dikepala gue?! entar kutuan! Gue? Nangis karna lo?! wakakkaa… PEDE! Yang
ada yah, gue malah syukuran terus potong tumpeng karna lo udah gak ada buat
neror hidup gue lagi!.” Ucap shilla berusaha menurunkan tangan cakka yang masih
betah diatas kepalanya, dia berkata begitu agar cowok dihadapannya tersinggung,
syukur-syukur kalau dibenci.
cakka menurunkan tangannya dan
mendekatkan wajahnya tepat diwajah shilla, tak mempedulikan teriakan patah hati
dari para cewek dan siulan teman-teman cowoknya.
“Lo sadar gak kalo lo lagi ngomong
sama siapa?,” Tanya cakka sambil menatap manic mata shilla yang coklat terang,
warna mata kesukaannya.
“Sebenarnya sih gue sadar banget
ngomong sama siapa. Lo, senior yang dipuja seluruh sekolah, dan gue, anak
ingusan yang gak tau diri karna bentak kakak kelas. Tapi bodo amat dah, kenapa?
Lo minta dihormatin sama gue?.”
“Lo hati-hati kalo ngomong sayang,
gue gak ingin dengar berita lo dilabrak cewek angkatan gue karna mulut lo yang
terlalu jujur itu. cukup gue yang merasakan kesadisan mulut lo. Ok sayang? jadi
adek kelas yang baik dan lugu yah.” Dan sebuah ciuman kilat mampir di pipi
kanan dan kiri shilla, membuat gadis itu mematung seketika, dan teriakan serta
pelototan mata mendominasi hampir seluruh penghuni sekolah yang melihat
kejadian tersebut.
“cakka nyium pipi shilla? serius?!
Pohon Tomat mana? Pohon Tomat mana?! Gue mau gantung diri! Hua… cakkaa!.”
Terdengar dari kelas 11 jeritan galau seorang cewek yang melihat langsung
kejadian itu.
“Lo tampar pipi gue dong. Siapa tau
ini mimpi buruk gue! Hua cakka…” Dan terdengar jeritan demi jeritan yang
memekakkan telinga.
shilla hanya bisa diam mematung,
wajahnya yang cantik berubah menjadi bloon karna ulah cakka yang “ajaib”. Dia
menghela napas dan…
“Aduh shilla!,” Teriak cakka tertahan
karna kakinya yang bengkak bekas main Futsal kemaren diinjak shilla sadis
dengan tatapan ingin membunuh hingga nyut-nyutan.
“Ini balasan buat kakak kelas ganjen
macam lo!,” Kata shilla dengan suara sadis dan menarik sivia untuk
meninggalkan cakka yang hanya tersenyum melihat tingkahnya, tak ada yang tau
maksudnya apa, kecuali dirinya dan Tuhan.
❀❀❀❀❀❀
“Hua… Dasar kakak kelas sialan! Gue
benci sama lo!,” ucap shilla penuh emosi saat tiba dikelasnya yang langsung
disambut oleh teman-temannya dengan senyuman jahil.
“Cie… yang dicium pipinya sama kak cakka.
gimana shill rasanya dicium kak cakka? tubuhnya wangi gak? bau parfumnya
enak gak shil ? wah… shilla! Gue mau jadi lo!.” Dan teriakan plus histeris ala
cewek menggema ditelinganya.
“kalian mau tau rasanya dicium cakka?,”
Tanya shilla yang langsung dikerubungi oleh yang lain sambil menganggukkan
kepalanya.
“Rasanya kayak lo berdiri dekat
Sapi, terus mendadak dicium sama Sapi! Begitu rasanya, gak enak! Udah…
bubar… bubaarrrr!!!.” Teriaknya Sambil mengusir mereka yang
mengerubuninya hingga dia kepanasan.
“Huuu… shilla gak seru deh,” Gerutu
salah seorang temannya begitu juga dengan yang lain
“Apa Istimewanya juga Si cakka itu?
Ganteng? Ganteng dilihat dari ujung Monas iya!h Pintar? Gue gak tau, tapi
katanya sih iya. Jiwa pemimpin? Cuih! Muntah gue dengarnya!.” Sambil ngedumel
sendiri membuat febby teman sebangkunya langsung melancarkan aksi membela
Pujaan tercinta.
“Lo kenapa jadi menilai cakka kayak
gitu? Menurut gue yah, Kak cakka itu gantengnya, Oh My God! Bikin
klepek-klepek!, Pintarnya itu aduh… Banget dah! Terus apa kata lo tadi? Jiwa
pemimpin? Dia itu calon Presiden kita entah berapa Tahun lagi shill! masa lo
gak liat jiwa pemimpin seorang kak cakka itu?! Aduh… bener-bener deh teman gue
ini.” Dengan wajah penuh kagum, febby menjelaskan sosok cakka dengan berapi-api
dan menatap kasihan ke shilla seolah-olah shilla adalah manusia paling
primitive dimuka Bumi yang masih hidup karna tak bisa melihat pesona cakka.
“Susah yah ngomong sama penggemar
cowok sengak, Gila semuanya!.” Sungut shilla sambil melipat tangannya di dada,
membuat sivia tertawa.
“Tenang shill, gue gak ngefans kok
sama Kak cakka jadi lo gak usah sedih gitu.”
“Beneran vi?,” Tanya shilla antusias
karna diantara pecinta cakka yang pada gak normal semua, ternyata masih ada yang
normal selain dirinya.
“Iya… Gue gak suka sama Kak cakka,
tapi gue sukanya sama sahabatnya itu, Kak iel.” Hahaha…” Tawa sivia yang
bikin shilla manyun.
“Lo gak naksir sama cakka, tapi
naksir ama sahabatnya!. Ama aja boong via !.”
“Boong apaan? Kan gue ngomongnya
jujur apa adanya, gak ada unsure kebohongan.” Bela via .
“Tauk ah gelap,” Kata shilla nyerah
dan mulai duduk manis karna Guru pelajaran terakhir sudah datang, tanda bel
kebebasan akan segera bernyanyi untuknya.
❅❅❅❅❅❅
“Eh… Itu shilla yah?,” Tanya seorang
kakak kelas 11 kepada temannya saat melihat shilla sedang makan dikantin
bersama teman-temannya.
“Mana? Oh… itu yah,” Timpal yang
lain membuat aren, Ketua Cheerleader dan salah satu Primadona Sekolah bingung.
“Kalian pada ngomongin apaan sih?
Heboh bener?,” Tanyanya yang tak tau apa yang terjadi selama beberapa minggu
ini karna baru saja datang dari Afrika Selatan.
“Lo gak tau sih ren, selama lo
pergi, ada kejadian menarik! Soal cakka, kecengan Abadi lo!.” Jelas temannya
menggebu-gebu membuat dia penasaran. Apalagi yang berhubungan dengan cakka
kecengannya sejak dari kelas 10.
“Iya! Lo liat cewek yang rambutnya
terurai itu? Dia gebetan cakka, kecengan lo!,” Balas yang lain memanas-manasi aren.
“WHAT?! Serius?,”
“Dua rius malah ren. Tapi… katanya
sih ditolak mentah-mentah oleh tuh cewek.”
“Oh… syukurlah…” Kata aren penuh
syukur karna tak jadi patah hati.
“Eh, masih ada lanjutannya lo.”
Tambah yang lain bikin aren semakin penasaran.
“Apaan? Udah lo ngomong aja deh!
Jangn bikin gue penasaran.”
“Kemaren yah, pas lo masih nyangkut
di Bandara, cakka nyium pipinya tuh cewek di tengah lapangan Sekolah! wah…
untung lo gak ada yah, coba kalo ada, mungkin lo akan hara-kiri seperti
yang lain.” Jelas temannya membuat aren melongo maksimal.
“Apa lo bilang?! Dia…?! Oh Gosh!,”
Teriak aren histeris ditengah hiruk-pikuknya kantin dan membuat semuanya
menoleh ke arahnya.
“Lo biasa aja kali teriaknya ren.
Iya, jadi banyak yang patah hati kemaren dan masing-masingnya nyari pohon yang
pas untuk gantung diri. Kalo lo ada, mungkin lo termasuk ren”
“Sialan lo! eh… bukannya kata lo cakka
ditolak sama dia? Kok bisa yah? cakka kan… Waw! Coba dia nembak gue yah,
mungkin gue langsung angguk aja kali yah.”
“Ngimpi lo! Who knows, ren”
“Iya sih, Ah… yang penting mereka
gak pacaran. Titik!.” Sambil mencoba menguatkan hatinya.
“Kata siapa ren? Kan bisa aja cium
pipi cakka kemaren menandakan mereka pacaran. Betul gak?.” Tanya yang lain dan
djiawab anggukan.
aren terdiam sambil menatap shilla yang
asyik tertawa bareng temannya yang lain, tanpa mengetahui, di meja seberang dia
sedang jadi bahan obrolan.
“Cantik sih, banget malah! Tapi …
Ah… gue ajak jadi anak Cheers aja deh, Body dia ok, wajah, gak usah diraguin lagi.
mumpung lagi krisis cewek cantik nih terus syukur-syukur bisa naikin pamor
Cheers.” Batin aren.
“Loh? Loh? ren… lo mau kemana?,”
Tanya temannya yang lain ketika melihat aren berjalan menuju tempat shilla.
“Hai… Lo shilla kan?,” Tanya aren
ramah kepada shilla yang bingung dengan kedatangannya.
“Iya kak. Ada apa yah?,”
aren pun duduk didepan shilla sambil
tersenyum manis, banget malah. Sedangkan anak-anak yang lain pada ngelirik
mereka berdua, terutama aren. Yang dikenal sebagai Ketua Cheers, ekskul paling
diminati oleh para cewek dan paling susah masuknya karna syaratnya selain bisa
nari kayak penari Ular, Wajahnya harus enak dipandang. Karna selain
sebagai penyemangat Basket, anggota Cheers juga dianggap sebagai penyegar mata
buat yang melihat penampilan basket mereka, khususnya para cowok. Dan itulah
mengapa para anggota Cheers melakukan seleksi luar biasa ketat untuk jadi
anggota mereka.
“Begini shilla… Gue liat sekilas
tadi body lo bagus, wajah lo cantik,dan gue dengar lo anak nari juga kan? gue
nawarin, lo mau gak jadi anggota Cheers gue? tanpa test. Langsung jadi
Anggota.” aren berkata tenang tanpa nada promosi membuat yang lain melongo.
“Hah? Serius kak?,” Tanya shilla
bingung karna tiada angin, tiada hujan, langsung datang tawaran daftar ekskul,
cheers lagi.
“Gue selalu serius kalo soal Cheers
dek. Jangan lo raguin itu.” Tegas aren.
“Heum… shilla pikirin yah kak,
makasih atas tawarannya.”
“Ok, gue tunggu jawaban lo pada saat
istirahat kedua nanti. Semoga gue dapat jawaban memuaskan dari lo. karna gue sangat
berharap banyak. See you shilla.” Sambil bangkit dari duduknya dan melangkah
anggun mendatangi teman-temannya.
“Lo serius masukin shilla ke Cheers
Stel? Ini bukan sifat lo. nawarin ekskul ke cewek yang baru lo lihat.
Tanpa test lagi masuknya! Waw!.”
“Gue serius. Gue pengen liat aja
gimana sih selera cakka jadi suka sama cewek ingusan begitu? Ok dia cantik,
Tapi dia itu tak ada apa-apanya dibanding gue, Aren Nadia”
“Lo yakin dia terima tawaran lo? Gue
liat tuh anak kayak gak tertarik ama tawaran lo ren” Kata Cindy, salah satu
anggota Cheers yang juga sahabat aren”
“Kan baru “Kayak” kan? berarti masih
ada harapan dong. Siapa sih yang gak bisa nolak tawaran jadi anggota Cheers?,
Cuma cewek kolot aja yang nolak Cind.” Jelas aren
Cindy dan yang lainnya hanya
mengangguk mendengar ucapan aren dan bergegas masuk kelas karna bel masukan
sudah berbunyi.
selama pelajaran berlangsung, shilla
hanya diam sambil menatap papan tulis dengan pandangan kosong. Dia memikirkan kenapa
aren memberinya Cuma-Cuma posisi anggota Cheers.
“Lo kenapa shil?,” Tanya sivia
ketika melihat sahabatnya hanya duduk termenung dengan tatapan ke papan tulis,
pikiran ke alam lain.
“Gue mikirin masalah tawaran kak aren
vi, kok dia bisa nawarin gue yah? dan dimana dia tau kalo gue ikut ekskul
nari?.”
“Gue juga gak tau shill. Lo kepengen
ikut ekskul Cheers?.”
“Enggak sih, soalnya lo kan tau gue
gak suka hal-hal kayak gitu, gue sukanya yang berbau olahraga, kayak Volly,
Basket, Renang dsb.”
“Yaudah lo tolak aja shill
kalo gak suka, ngapain mikir ribet?.”
“Masalahnya vi, gue bingung gimana
enaknya ngomong nolak itu. Takutnya dia tersinggung atau ngerasa gak dihargain
gitu.”
“Iya sih, tapi lebih baik
nolak shill daripada lo terpaksa ikut ekskul karna gak bisa nolak ajakan
dia. kan ribet lagi masalahnya. Jangan memaksakan sesuatu kalo hanya buat orang
lain senang, tapi bikin lo menderita bathin. tapi lakukan sesuatu yang lo
senang, meskipun diremehkan oleh yang lain. karna kepuasannya itu yang susah
dibeli shill.” Dengan bijak sivia memberikan nasihat kepada shilla agar
tak bingung lagi.
shilla tersenyum mendengar
ucapan sivia dan merasa beban yang menghimpit dadanya, menjadi plong,
lega. “Iya vi, thanks yah.”
“Anytime shill”
☺☺☺☺☺☺
“Permisi kak, ada kak Arennya gak?.”
Dengan sopan shilla bertanya ditemani sivia kepada salah seorang kakak
kelas yang kebetulan sekelas dengan aren pada jam istirahat kedua.
“aren yah? Tunggu bentar, ren… ada
yang nyari lo tuh.” Sambil menoleh kekelas memanggil aren yang asyik ngobrol dengan temannya.
“Lo liat aja, pasti dia terima
ajakan gue. aren gitu loh, Tak bisa ditolak.” Ucapnya dengan penuh percaya diri
yang tinggi.
“Gue rasa enggak deh ren,” Kata
Cindy dengan wajah tak yakin.
“Kita liat aja ntar Cind,” Jawab aren
sambil keluar kelas mendatangi shilla.
“Eh shilla… ada apa yah? Oh, Lo mau
jawab tawaran gue itu?,” Tanya aren sambil tersenyum.
“Iya kak. shilla udah mikirin
matang-matang soal tawaran kakak tadi. sorry banget kak, shilla menghargai
kakak nawarin jadi anggota Cheers itu, tapi shilla gak berminat untuk ikut kak,
maaf.”
aren kaget karna tawaran mahalnya
ditolak mentah-mentah oleh adek kelas yang dihadapannya ini, namun dia tetap
mencoba bersikap wajar saja.
“Kenapa shill lo gak berminat
ikut Cheers? Ini kan kesempatan emas lo. gue jarang nawarin adek kelas
Cuma-Cuma untuk soal beginian shill. jangan lo buang kesempatan itu. Ini gak
akan datang dua kali shill.” Bujuk aren
“shilla tau kak, dan shilla merasa
tersanjung karna kakak nawarin ini. Tapi maaf sekali lagi kak, shilla tak bisa
menerimanya.”
“Bagaimana kalo lo coba dulu selama
sebulan shill?,”
“Enggak kak, shilla gak mau
melakukan sesuatu secara coba-coba kak. Kalau shilla serius melakukannya, shilla
akan lakuin itu kak. Maaf.”
“Lo akan menyesal karna telah
menolak tawaran gue shilla,”Ucap aren dingin.
“shilla gak akan pernah menyesal
dengan apa yang shilla pilih kak, cause, this is my choice. And I know what the
best for me.” Dengan mantap shilla mengucapkan penolakan itu didepan aren dan
didepan anak-anak Cheers yang penasaran dan mengerubungi mereka. Merasa tak ada
yang dibahas lagi, shilla pergi meninggalkan aren yang masih diam mematung dan
menatapnya sinis.
“Gue bukan tipe cewek yang bisa
ditolak dengan alasan basi shilla dan lo adalah orang pertama yang nolak
pemintaan Cuma-Cuma gue. gak nyangka ternyata cewek gebetan cakka bego juga
yah.” Dengan nada sinis aren mengucapkan itu dan membuat shilla diam mematung.
“Udah tinggalkan shill. lo ingat
pesan Kak cakka, jangan nyolot sama kakak kelas kalo tak ingin dilabrak,
biarkan saja.” Ucap sivia menarik tangan shilla yang terasa dingin karna emosi.
“Ngapain lo ingetin pesan Sengak itu
ke gue vi?,” Tanya shilla dingin. Sebelum sivia sempat mencegah, shilla berbalik
dan berjalan menghampiri aren.
“Maaf kak aren, shilla bukan cewek
bego yang dikasih umpan langsung nyambar! Kalo shilla kepengen ikut Cheers,
shilla akan mendaftar tanpa perlu kakak repot-repot nyamperin hanya untuk
menawarkan itu. Dan shilla juga bukan tipe cewek yang bisa dipaksa untuk
mengikuti kehendak seseorang kak. Kalau kakak gak ingin tawaran itu sia-sia,
mending kakak tawarin yang lain aja yang lebih bagus daripada shilla dan lebih
pantas untuk jadi anggota.” Dengan tatapan mata tegas shilla membalas setiap
ucapan aren yang wajahnya sudah merah karna marah dibantah oleh adek kelas.
“Lo jangan mentang-mentang bisa
nolak cakka, terus lo bisa nolak gue yah!.” Dengan suara meninggi aren
mendatangi shilla yang hanya diam ditempatnya, namun tatapan matanya berubah
sinis.
“shilla menolak tanpa pandang bulu
kak, kalo gak suka, ngapain nerima?.”
sivia hanya menepuk kepalanya strees
melihat sahabatnya gagah berani menolak permintaan kakak kelas, walau resikonya
jadi dilabrak.
“Kayaknya mulut lo perlu disekolahin
deh biar tau dengan siapa lo berhadapan!,” Ucap aren meradang dan mengangkat
tangannya hendak menampar pipi shilla yang mulus sebagai pelajaran, dia tak
suka ditolak apalagi dibantah.
“Kayaknya tangan lo yang perlu
disekolahin deh supaya bisa ngerem si pemilik tangan supaya gak kasar dengan
adek kelas hanya masalah sepele,” Kata cakka entah datang darimana langsung
memegang tangan aren yang sedikit lagi hendak mengenai pipi mulus shilla dan
menatap tajam, diikuti oleh gabriel yang curi-curi pandang kearah sivia
dan rio yang berdiri disamping cakka sambil melirik shilla.
“Tuh temannya shilla siapa namanya
yah? Manis banget wajahnya.” Batin iel.
“Astaga! teman sendiri lagi
berantem, lo malah lirik cewek! dasar!.” Ucap rio sambil menoyor kepala Gabriel
yang matanya tak lepas dari via.
“Hahaha… daripada lo, cewek ga
dilirik, banci kaleng lo pacarin.”
“Selesai urusan cakka, kita berantem
yel!.”
“Gue siap,” jawab gabriel mantap
sambil melirik rio yang mulai emosi karna candanya kelewatan, banget malah.
“Lo mau tau kenapa dia gak ikut
Cheers? Gue yang gak ijinin dia ikut!,” Kata cakka yang buat shilla melongo
maksimal, begitu juga yang lain. apalagi aren, diam seribu bahasa.
“What?! Sejak kapan gue minta
pendapat sama dia?! Ish!.” Batin shilla
“Gak ada yang mau lo bahas lagi kan ren?
Yaudah, gue mau cabut pacaran dulu ama yayang gue. bye.” Ucap cakka melirik shilla
yang masih melotot kearahnya dan menggandeng pundak gadis itu dan berjalan
meninggalkan kerumunan yang melihat mereka dengan tatapan tak bisa diartikan.
“Ish! Gue gak percaya!,” Teriak aren
jengkel campur patah hati sambil menghentakkan kakinya dengan keras ke tanah.
“Ish! Lepasin! Lepas!,” Teriak
shilla ketika sudah tiba ditaman yang sepi dan langsung menarik tangan cakka
yang masih menggandeng pundaknya.
“Gue bilang juga apa sayang?, Jangan
banyak nyolot. Untung ada gue, coba kalo enggak? mungkin pipi mulus lo udah ada
cap tangan segede Kaki Gajah. Lo harus berterima kasih sama gue sayang.” Sambil
berkata begitu, tangan cakka tak bosan-bosannya mengelus pipi shilla yang
menurutnya lembut seperti pipi bayi.
“Ngapain gue berterima kasih sama
lo?! Sok jadi Pahlawan Kesiangan! Lo itu bukannya nyelamatin gue, tapi malah
bikin gue menderita tauk! Ngapain lo bilang ke mereka kalo lo gak ijinin gue
ikut Cheers? Gue gak minta ijin apapun buat ngelakuin apa yang gue mau sama lo!
emang lo siapa gue?.” Dengan suara penuh emosi, shilla mengeluarkan semua
uneg-unegnya yang bergelora dihatinya.
“Lo mau tau siapa gue buat lo ntar?
Calon Suami lo. ngerti Sayang?.” Sambil tersenyum manis, cakka
mengacak rambut shilla dan mencubit pipinya yang menurutnya menggemaskan.
“What?! Calon suami gue?! Masih
terlalu pagi buat lo omongin itu! Dasar gila! Gue benci sama lo! banget
sumpah!.” Dengan Jengkel dia berjalan meninggalkan cakka sambil mencibir
panjang –pendek dan sejuta kata-kata takkan bisa menggambarkan betapa jengkelnya
shilla pada cakka.
cakka yang melihat gadis itu
meninggalkannya dan membentaknya sekali lagi, hanya tersenyum manis, “Kayaknya,
gue beneran suka sama lo,Ashilla Zahrantiara”’.
Langganan:
Postingan (Atom)