WELCOME TO MY BLOG :D

About Me

Tirsa
Lihat profil lengkapku

Readers

Followers

Label

  • About Me:) (4)
  • Ashilla Zee dll :) (11)
  • CampurCampur :P :) (3)
  • Cerpen (5)
  • CuapCuap (3)
  • Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill) (22)
  • KasaKusuk (14)
  • KAU (12)
  • Mario Stevano Aditya Haling (2)
  • PEMBUNUH CAHAYA *versi ALSHILL* (1)
  • SCAVENT CHEERS (1)
  • SVC (SCAVERS VIOLENCE CHEERS) :* (4)
  • Tugas (6)

Blog Archive

  • ►  2014 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2013 (51)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (1)
    • ▼  Maret (5)
      • SHE IS MY IDOL (Ashilla Zahrantiara)
      • Jatuh cinta sama elo?! NO WAY! (VERSI CAKSHILL) Pa...
      • Jatuh cinta sama elo?! NO WAY! (VERSI CAKSHILL) Pa...
      • Ashilla Zahrantiara
      • GAJHE :D
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (12)
  • ►  2012 (33)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (1)
Selasa, 26 Maret 2013
In: Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill)

Jatuh cinta sama elo?! NO WAY! (VERSI CAKSHILL) Part 14 (bag2) – back to the sweet memories

Penulis:  Regina Maharani Nurlie

 
Rio tersenyum lalu berbalik ke depan dengan harapan di hati, semoga perjalanan mereka kali ini membuat cakka inget siapa shilla.


Jauhnya perjalanan membuat tak membuat mereka bosan, malah asyik berbicara dengan supir yang ternyata sama tau banyak dengan mas riko tentang sejarah jogja. Dan mereka diajarin ngitung hari baik perkawinan.

“gini loh mas-mas dan mbak-mbak sekalian cara ngitungnya. Kan siapa tau setelah pulang dari sini pada mau nikah semua. Terutama mas yang itu.” Kata si sopir sambil lirik ke spion tengah dan melihat cakka asyik mengelus tangan shilla yang menggenggam tangan kanannya.yang dilirik Cuma senyum-senyum
“amin aja deh mas nikah sama yang disamping ini.” Ceplos cakka
 “kenapa gue malah ngarep kawin dengan shilla? Ckckckc.” Ucap cakka dalam hati.
si supir mendengar jawaban cakka, ikut mengaminkan “amin deh mas.” Kata si supir lalu parkirkan mobilnya di sebuah desa daerah kaliurang, yang berapa KM lagi akan tiba di desa mbah maridjan. *tapi kalo mau ke desa mbah maridjan harus nyewa ojek, soalnya gak bisa parkir mobil* *sekilas info*
“Akhirnya nyampe juga.kka, bangunin shilla yah.” kata sivia ngacir keluar mobil dengan yang lain untuk member kesempatan cakka berduaan dengan shilla.


“shill…bangun..udah sampe tuh.” Kata cakka menggerakkan pelan tubuhnya shilla.

shilla gak bangun-bangun karna saking lelahnya. cakka yang entah kenapa melirik bibirnya shilla yang tipis dan bewarna kemerahan, membuat dia ingin menciumnya.

 “Astajim!!! Bukan muhrim..bukan muhrim.” Kata cakka dalam hati
 “hem…” desah shilla pelan dan dia membuka matanya perlahan lalu melihat di sekelilingnya dan kaget ketika melihat di samping, cakka sudah dalam posisi mendekat ke wajahnya siap nyium.

 “ngapain lo dekat-dekat gue?!.” kata shilla galak dan tak berdaya ketika cakka mencium pipinya.

“selamat bangun sweety. Turun yuk.” Kata cakka lalu menarik shila keluar lewat pintu mobil sebelah kiri.

 sepanjang perjalanan, shilla menggigil kedinginan dan tatapan matanya tertubruk pada suatu benda, berbentuk bunga indah dan membuat shilla mendekati si penjual.cakka bingung kea rah shilla pergi, mengikutinya dari belakang.
“ini bunga apa bu? Kok gak ada wanginya? Tapi cantik.” Kata shilla sambil mengambil sekuntum bunga dan terpesona melihat keindahan bunga yang ada ditangannya.

“itu bunga edelwis mbak. Bunga gunung.” Kata si penjual.

“bunga edelwis? Bunga apa itu bu?.” Tanya shilla heran karna dia baru kali ini mendengar nama itu.

“bunga keabadian mbak. Dia gak akan mati walau dipetik. Dan tumbuh di atas gunung. Kata orang sih artinya kekuatan dalam diri, dan keberanian. Serta keabadian cinta.” Kata si penjual panjang lebar.

 “bunga edelwis? Bagus artinya. Keabadian cinta. Gue berharap cakka ngasih ini ke gue. astaga! Ngapain gue jadi ngarepin dia? gak mungkin shill. dia lupa sama lo, ngapain lo ngarep dia kasih bunga? Palingan ntar dia beli buat ify .” batin shilla plinplan(?)

“bu, berapa harganya satu bunga ini?.” Tanya cakka sambil memegang sekuntum bungan Edelwis disaat shilla melamun.
 “30 ribu mas.” Jawab si penjual.
cakka mengeluarkan uang 30 ribuan di dompetnya dan memberikannya ke penjual. Lalu dia memandang shilla yang masih asyik mengagumi bunga yang ada di tangannya.

“kenapa gue jadi pengen ngasih bunga ini buat shilla? Jujur, gue suka ma senyumnya. Dan gue gak ingin kehilangan senyum itu.” Kata cakka dalam hati.

 KLIK!bunyi jepret foto menyadarkan shilla dari dunia khayalnya dan kaget ketika cakka baru saja memfoto dirinya lagi.

“lo ngefans sama gue?.” tanya shilla sinis karna difoto mulu dan mengasih bunga yang dia pegang kepada penjualnya.

“gue ngefans sama senyum lo shill.” jawab cakka jujur yang membuat wajah shilla memerah.

“apaan sih lo. udah ah kita pulang. Gue kedinginan.” Kata shilla sambil berjalan melipat tangannya karna kedinginan meninggalkan cakka.


ketika berjalan menuju mobil, mereka melihat banyaknya warung wedang jahe berseliweran. Cakka  melihat shilla semakin menggigil, menarik gadis itu masuk ke salah satu warung dan memesan 2 buah minuman hangat untuk dirinya dan shilla.



“shill…” panggill cakka ketika melihat shilla asyik meminum pesanan dan membuat pipinya pucat berubah menjadi merona pink.

“hem.. apaan kka?.” Tanya shilla menatap cakka dan kaget melihat bunga yang sangat dia inginkan, ada di tangan cakka yang terulur padanya.

“buat lo. gue gak tau kenapa liat lo senyum, bikin gue pengen beliin. Woy! Lo kenapa diem?.” kata cakka melihat shilla menatap bunga yang ada ditangannya.

“lo gak salah ngasih kka? gue shilla kka, bukan pacar lo, si ify . salah ngasih lo.” tolak shilla sambil mendorong bunga di hadapannya dengan perasaan campur aduk.

“gue gak salah orang shill. Please shill, terima pemberian gue. ok?.” Ucap cakka memohon dengan wajah setengah memaksa.


sihlla menghabiskan minuman terakhir di gelasnya lalu menerima pemberian cakka dengan setengah senang, ragu, dan takut. “iya gue terima. Thanks.” Kata shilla tersenyum menutupi perasaannya.

cakka tersenyum menerima pemberiannya diterima, seandainya si pemilik warung tidak melirik mereka terus menerus, sudah dia cium sana-sini sampai pingsan cewek di depannya ini.
“thanks shill.” Ucap cakka menghabiskan minuman yang ada di depannya lalu berdiri untuk membayarkan pesanannya dengan shilla.

“lo bayarin gue mulu, gak tepar tuh dompet?.” Kata shilla berjalan menuju parkiran sambil memegang bunga pemberian cakka.

“enggak dong. Gue kan bank berjalan. Hahaha.” Kata cakka sambil merangkul pundak shilla agar berjalan lebih dekat dengannya dan masuk dalam mobil bersama yang lain yang sedari tadi menunggu mereka berdua.

“lo berdua pada kemana aja? lama bener.” Tanya  sivia sepanjang perjalanan menuju hotel.

Shilla yang setengah tertidur *lagi* karna ngantuk, menatap  sivia sayu.
“keliling aja sih. Lo sendiri kemana?.” Tanya shilla lagi

“nangkring di mesjid. Hahaha…” jawab sivia tertawa.

“ngapain kalian pada nangkring dimesjid? Pada tobat semua?.” Tanya cakka yang duduk disebelah shilla yang sekarang tertidur sambil memegang bunga yang dikasih cakka.

“tobat apaan?! Ngantuk broo!!! Jadilah kami tidur di mesjid kayak pengungsi dari mana gitu.” jawab rio di kursi depan setengah menguap.

“hahaha..ada-ada aja lo. kayak gak ada tempat lain untuk tidur aja selain mesjid. Malu-maluin!.” Ucap cakka menoyor kepala rio yang cengengesan.

perjalanan panjang dari jam 8 pagi akhirnya kelar juga jam 7 malam ketika mobil memasuki parkiran hotel.

mereka pun keluar dari mobil bergantian dan masuk dalam hotel. Sedangkan  rio dengan cakka membayar sewa mobil hasil patungan bersama.

sesampai di kamar hotel,shilla meletakkan tasnya di lantai dan rebahan di kasur sedangkan  sivia langsung ngacir masuk kamar mandi.

 “ouch…. Sakit..” rintih shilla  sambil memegang perutnya yang tiba-tiba melilit ketika  sivia selesai mandi dan berpakaian.

“lo kenapa shill?.” tanya  sivia cemas sambil mendekati shilla yang semakin mengigit bibirnya dan menatap  sivia yang sudah berpakaian hendak jalan lagi dengan mereka.

“perut gue…sakit.. lo mau kemana vi?.” Tanya shilla lalu dia kesakitan lagi.

“gue mau jalan ma yang lain, nyari makan. gue mau bilang ama yang lain kalo gue ga ikut.” Kata  sivia lalu mengambil ponselnya, yang langsung ditahan shilla.
 “gak..usah.. vi.. entar mereka cemas. Gue..ga..papa… ouch..” rintih shilla semakin kesakitan.
 “gak apa-apa gimana lo kesakitan gitu!.” Jawab sivia.

“please. Gue gak papa. Udah lo keluar sana. Mereka nungguin tuh. Kalo mereka nanya gue kenapa gak ikut, bilanng aja gue ketiduran. Ok?.” kata shilla lemah dan semakin memegang perutnya

“beneran?.” Tanya  sivia was-was melihat sahabatnya kesakitan tapi keukeuh mengusir dia.

shilla pun mencoba berdiri sambil memegang perutnya lalu mendorong sivia ke depan pintu dengan terbungkuk-bungkuk menahan sakit yang sangat menyiksa.
“gue gak apa-apa.” Kata shilla lalu membukakan  sivia pintu dan menutupnya kembali lalu berjalan menuju kasur.

“Ya Allah.. perut gue..sakit..” rintih shilla sambil berguling dikasur menahan sakit.



“shilla mana vi?.” Tanya cakka ketika melihat  sivia datang sendiri ke café, tempat janjian mereka.

sivia menundukkan wajahnya “sorry shill. gue gak bisa.” Katanya pelan pada dirinya sendiri.

“dia sakit perut kak. Melilit katanya. Dia bilang gak usah kasih tau yang lain dan malah ngusir  via keluar untuk ikut supaya janji kalian gak batal gara-gara dia.” jawab  sivia yang buat cakka entah kenapa, menjadi sangat cemas.

“rio…” panggil cakka

“lo mau gue beliin apa  yobuat makan? shilla gue beliin juga gak?.” Tanya rio seolah mengerti maksud cakka.

“enggak usah. Gue mesan aja entar. Sorry yah gue gak bisa ikut lagi malam ini. Gak papa kan?.” Kata cakka penuh ekspresi maaf.

“enggak apa-apa kok kak. Santai aja lagi. yaudah kami berangkat dulu yah. kamar kayaknya gak dikunci shilla kak. Jadi masuk aja.” kata  sivia tersenyum lalu keluar dari hotel bersama yang lain dan cakka langsung ke kamar shilla.



tok..tok..tokk… bunyi pintu kamar diketuk ketika shilla masih berguling ria dan wajahnya sudah bercucuran keringat dingin.

“ya Allah, perut gue.. kayak mau ngelahirin aja! sakitt…” kata shilla dalam hati.
 merasa pintu tak dibuka, cakka langsung masuk ke dalam kamar dan entah kenapa dia miris sendiri melihat shilla meringkuk di kasur.
 “shill….” Panggil cakka duduk di atas kasur dan mengelus rambut shilla.

shilla kaget melihat cakka  nongol kayak jin, dia kira yang masuk tadi sivia. Jadi dia cuek aja
“lo kenapa disini? gak ikut?.” Tanya shilla lemah dan cakka bisa melihat dimata shilla ada setetes Kristal menggantung dimata  gadis itu.

“gimana gue bisa ikut kalo lo kesakitan gitu?.” Jawab cakka sambil mengelus rambut shilla dan entah kenapa dia ingin sekali sakit yang dirasakan gadis itu, biar dia saja yang merasakan.

“gue gak apa-apa. Lo keluar yo.  ouch…” kata shilla semakin kesakitan dan akhirnya, dia meneteskan air matanya.
cakka panic melihat gadis itu kesakitan, tapi bingung harus ngapain “lo udah makan?.” tanya cakka.

“belom. Gue gak bisa makan perut sakit kayak gini.” Keluh shilla

“gue pesanin dulu. Dan jangan membantah.” Kata cakka ketika shilla hendak membantah perkataannya dan menelpon cafee disamping hotel untuk mengantarkan makanan di kamarnya.
40 menit menunggu, akhirnya pesanan cakka yaitu nasi goreng datang juga, cakka langsung keluar dari kamar dan membayar pesanan itu dan membawanya di hadapan shilla.

kemudian dia mendudukkan gadis itu di kasur dan menyuapinya “ makan shilla.” kata cakka pada suapan pertama.

“lo gak makan?.” tanya shilla sambil menggeleng.

“kita kan bisa sepiring berdua. Ayo makan shill. jangan sampe gue suapin pake mulut gue nih.” ancam cakka dengan kedipan nakalnya.

 mendengar ancaman cakka, dia langsung membuka mulutnya enggan dan mengunyah pelan ketika makanan yang disuapi cakka mampir kemulutnya.
akhirnya, setelah bergantian dari menyuapi shilla terus menyuapi diri sendiri, habis juga makanan itu dan cakka langsung memberikan segelas air putih untuk shilla
 “nih minum.  Gimana perut lo? udah mendingan?.” Tanya cakka sambil memegang gelas yang sedang diminum shilla, takut tumpah.

Shilla mengangguk lalu tersenyum, walau sebenernya dia masih sakit. Cuma dia tak ingin cakka tau. “iya .. makasih kka.” Jawab shilla

“beneran?.” Tanya cakka lagi entah kenapa dia tak yakin dengan jawaban shilla.

“iya…. Eh.. mereka kemana yah? kok lama?.” Tanya shilla mengalihkan pembicaraan

“tadi rio cerita ma gue kalo habis makan mau ke alun-alun. Kenapa? Lo mau ikut?.” Jawab dan tanya cakka ketika melihat wajah shilla sedih.
“pengen banget. Coba aja gue gak sakit perut. Pasti gue ikut. Kita nyusul yuk! Gue udah sehat! Udah kuat! Ayoooo..” kata shilla hendak turun dari kasur. Tapi buru-buru ditahan cakka.
“woooohoho.. enggak boleh! Lo baru sakit ampe mau nangis sekarang mau jalan lagi? gak akan gue ijinin! Besok juga bisa sayang. gue temenin deh. Ok?.” kata cakka sambil menjawil hidung shilla.

“yahh.. kka … besok nanggung.” Keluh shilla

“gue bilang besok..yah besok.. gue ambilin obat dulu. Lo naroh dimana?.” Tanya cakka sambil berjalan menuju koper shilla.

“iya..yang itu..eiitts jangan lo buka!.” Teriak shilla tapi terlambat ketika cakka terlanjur melihat isi kopernya..

BH ukuran 34b bewarna-warni, bikini, baju tidur super tipis bewarna hitam dan biru malam dan beberapa celana hot pants super pendek terpampang di koper yang sengaja cakka buka dan Buat shilla melempar bantal saking malunya.

“jangan sentuh barang gue! lo itu yah! huh!.” gerutu shilla ketika cakka berjalan kearahnya sambil membawa obat anti sakit perut.

“terlanjur liat shill. rejeki dong gue hari ini.” Kata cakka tertawa.

“apaan sih lo! udah gue tidur dulu yah.” kata shilla menarik selimut siap tidur dan keningnya dicium cakka.

“have a nice dream. Lullaby.” Ucap cakka lalu duduk di kursi samping shilla sambil menunggu yang lain datang.

Di Pagi hari yang cerah, masih dengan suasana Jogja yang kental dengan adat jawanya, shilla  kaget melihat disampingnya yang seharusnya sivia malah berubah menjadi sosok cowok yang membuat hati dan kepalanya cenyat cenyut kayak kue bakpau.

“Astaga!! Siapa yang nyuruh lo tidur disini?! bangun! Bangun! gue hitung sampai 3, kalo lo gak bangun, gue tendang! 1,,,2,,,” teriak shilla sambil menghitung dan menarik kasar selimut yang menutupi tubuh mereka.
“Apaan sih lo shill? emang gue gak boleh tidur disini? gue kan udah temanin lo semalaman?.”
“Lo kan tidur sama kak rio disini, ngapain tidur ma gue?! terus sivia lo usir kemana?! Lo itu yah! gak bisa liat kesempatan gue sendiri, nyerobos aja!.”
“via tidur bertiga dengan oik dan angel. eittss,,,siapa suruh lo ngejauhin gue?.” Kata cakka menarik shilla yang menjauh  dan mencium kedua pipinya hingga memunculkan semburat merah seperti warna matahari yang terbit.
“Morning kiss my lullaby. Can I say I love you?.”

“Lo ngomong I love you ma gue? gombal! Lo kangen sama ify kan jadi ngomong gitu ma gue? udah telpon pacar lo sana! Bilang I love you sama dia, jangan sama gue!.”
“shill… berapa kali gue bilang sama lo jangan pernah nyebut nama ify disaat gue sama lo? please shill. gue pengen inget semua hal tentang lo. kalo lo mau tanya kenapa, gue gak tau shill. lo gak kasihan sama gue shill?.” Ucap cakka sambil pasang wajah memelas yang membuat shilla muak melihatnya.


“Lo gak usah pasang wajah melas untuk rayu gue deh kka. berapa kali juga gue bilang sama lo kalo gue gak akan ngasih kesempatan buat lo untuk menyakiti gue lagi? lo dekatin gue, lo sama aja bikin gue nyesek kka. kenapa? Karna lo bukan milik gue .” Dengan wajah menunduk dan beringsut menjauhi cakka.

cakka mengangkat wajah shilla agar menatap dirinya dengan tangan kanannya dengan lembut lalu duduk mendekat di sampingnya.
“ Gue minta maaf kalo keadaan gue sekarang bikin lo sakit. Please, biar gue dekatin lo lagi. dan bila gue ingat semua tentang hal yang gue lupakan, gue akan kembali pada lo, dan kita akan mengulang cerita yang pernah terlupakan. Ok? udah mandi sana! Bau.” Kata cakka lalu mengacak rambut shilla lalu berjalan keluar.

“Gue gak yakin kita bisa kembali kka, seperti yang lo inginkan, Karna gue bukan tipe cewek yang mudah kasih kesempatan yang sama untuk kedua kalinya.”
“gue akan buktikan kalo lo salah,” Balas cakka dan pintu tertutup sempurna. Seperti pintu hati shilla yang tertutup untuk cakka.


Shilla menghela napas dan memikirkan semua yang sudah terjadi dan pada akhirnya dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

 Selesai mandi dan berpakaian, dia melihat sivia membuka pintu dengan tampang kusut seperti baru ditonjok orang. Dengan langkah gontai  sivia langsung rebahan di kasur dan member isyarat stop ketika melihat shilla hendak bertanya “jangan nanya. Gue pusing.”
“lo sakit vi? Wajah lo pucat begitu.” Tanya shilla sambil menempelkan tangannya di kening via.
“gue gak sakit. Kurang tidur malah! Lo tau gue tidur jam berapa? Jam 4 subuh! Lo mau nanya kan gue lagi ngapain aja jam segitu?! Ngegosip sama 2 mak ronggeng di kamar sebelah gara-gara si calon suami lo itu ngusir gue! udah gue mau tidur, dan lo jangan ganggu! Ok beibeh?.” Dan langsung terdengar dengkuran halus keluar dari mulut mungil sivia.

“yah…padahal kan gue pengen ajak mereka ke pasar Beringharjo. Stok baju gue menipis. Huh!.” gerutu shilla dan akhirnya keluar dari kamar memutuskan untuk pergi sendiri.


shilla sukses menarik perhatian para kaum adam dengan pakaian baju lengan pendek bewarna biru malam dan celana pendek serta sepatu kets dan tas ransel yang setia setiap saat berada di punggungnya dengan rambut dia kuncir ke atas dan wajahnya yang agak-agak arab semakin membuatnya  menjadi pusat perhatian.
 “shill…woyy shill! lo mau kemana? Gue ikuttttt!!.” Teriak angel keluar dari kafe ketika melihat shilla lewat.
“mau ke Pasar. Beneran mau ikut? Ayok deh!.” Kata shilla nyengir.

“Eits,,, gue ikut dong shilla,ngel. Nganggur nih.” Pinta rio ikutan keluar disusul cakka.
shilla melihat cakka  mendadak ilfeel sendiri “gak deh kak. Kalo kaka ikut bukannya bantuin tapi malah bikin tambah rempong! Kenapa? Karna pasti bakal bilang “shill, udah kelar belum? Apaan sih yang diliat? Cuma baju gak usah repot milih.”  Betul kan?.” tebakan shilla bikin rio ketawa.
“hahaa.. lo tau aja deh. Ya deh gue gak ikut. Kayaknya gak seru. Mending kita main PS aja kka. gue bawa tuh.” Kata rio sambil menarik cakka yang menatap shilla tapi dicuekin yang ditatap dan meninggalkan mereka berdua yang mengelus dada penuh syukur.


“untung..untung. yuk shill cabut.” Kata angel dan menarik shilla keluar hotel.

“oik mana ngel? Kok lo sendiri aja? tumben gak ikut tuh anak.” Tanya shilla ketika berjalan lurus menuju pasar dan menolak semua permintaan paman becak yang berseliweran menawari untuk mengantar mereka.
“tidur. Lo tau kami malam tadi tidur jam berapa pas lo gak ikut makan itu? Jam 4 subuh shill! gue, Via ama oik asyik ngerumpi kalian sampai lupa ama jam. Hohoho.” Kata angel tertawa.
“lo omongin apa soal gue? wah… pantesan gue keselek terus makan, ternyata ada yang omongin. Serasa jadi artis deh. Hahha.”
“salah omong gue. hahaha…  asyik bahas lo ama cakka aja. so sweet bener dah! Bikin kangen ama pacar masing-masing. Gue heran ama lo shill, lo pacaran gak sih sama cakka?.” Tanya angel yang gak tau apa-apa dengan masalah shilla.


shilla terdiam mendengar pertanyaan angel, sampai di depan pasar Beringharjo yang sesak, dia menoleh ke arah angel yang menunggu jawabannya “ gue gak tau ngel. Sama seperti lo gak tau status hubungan kami. Masuk yuk.” Jawab shilla lalu menarik angel masuk dalam pasar.


Setengah hari mereka di Pasar, banyak tentengan sana-sini yang mereka dapatkan. Pada saat shilla sebuah toko yang menjual celana pendek cowok-cowok motif kain perca. Dia ingin membelikannya untuk kak ray. Jadi masuklah shilla dengan angel ke toko itu.


Asyik pilah-pilih, entah kenapa dia ingat dengan cakka. Hatinya ingin membelikan satu untuk cakka, tapi gengsi apalagi dia baru saja berantem.
“ngapain gue beliin dia? Entar yang ada dia mikir gak-gak lagi! ogah! Bikin uang habis aja!.” Batin shilla

setelah selesai membayar, dia keluar dari toko dengan angel. Entah kenapa, baru beberapa langkah,  dia masuk lagi karna selalu kepikiran cakka. Pada akhirnya…..

dia membelikan 2 pasang celana pendek yang paling dia suka sejak masuk dalam toko itu untuk cakka.

“lo beli buat siapa lagi shill? kan buat ka ray udah?.” Tanya angel bingung melihat shilla membayar di kasir.
“buat cakka. Dan lo jangan banyak koment!.” Jawab shilla ketika melihat oik senyam-senyum.
“ciee….yang beliin celana buat calonnya.” Goda angel membuat shilla tersipu.

Setelah selesai, mereka keluar dari pasar dan langsung naik becak menuju hotel setelah berdebat sengit dan sedikit rayuan bikin mabuk dari shilla untuk paman becak yang merasa ketiban durian sekarung melihat dua gadis cantik di depannya.


Sepanjang perjalanan kembali ke hotel, mereka melihat bule hilir mudik di sekitar Marioboro dan saling membandingkan yang mana yang paling cakep antara cakka yang produk campuran dengan yang Produk murni. Tapi tetap aja di hati shilla, cakka paling cakep diantara yang lain. *dududu

Sesampai di hotel, shilla langsung turun dari becak disusul angel sambil membawa barang-barang belanjaan dan membayar becak itu plus senyuman yang membuat paman becak merasa melayang.

“shill… gue ke kamar dulu yah.  gue baru inget kalo pas lo belanja tadi, oik sms gue kalo mereka lagi jalan keliling gitu. kunci mereka titipkan di resepsionis.” Kata angel ketika mereka memasuki hotel lalu berdiri didepan resepsionis untuk mengambil kunci.
“Serius lo? semuanya ikut? Bagus deh.” Kata shilla penuh syukur karna dia takkan ketemu cakka.
“Kayaknya semuanya ikut deh. Yaudah gue masuk dulu yah. bye.” Kata pamit angel lalu berjalan menuju kamarnya yang berlainan arah dengan shilla.

shilla berjalan menuju kamarnya sambil bersinandung, tak menyadari bahwa ada yang mengikutinya sejak dia masuk hotel hingga berada di depan kamarnya.

“kemana aja seharian shill?.” Tanya cakka berdiri di belakang shilla pada saat gadis itu hendak membuka pintu dan terdiam ketika mendengar suaranya.

“yeah…it’s time to battle again. With a annoyed boy like him.” Gerutu shilla dalam hati.

“Terserah gue mau kemana. Ngapain lo peduliin gue? don’t waste your time to care about me.”
“gue Cuma nanya shill. kenapa lo sinis banget jawabnya? Lihat gue.” kata cakka memutar tubuh shilla agar menatapnya.
“lo itu bukan nanya, tapi ngurus!.”
“Sampai kapan lo marah-marah ma gue? lo gak suka gue tidur bareng lo? gue ngerasa, kayaknya kita sering tidur bareng shill. tapi gue gak ingat kapan. Betul gak?.” Tanya cakka yang buat shilla kaget karna tak nyangka cakka bisa ingat hal itu.
“iya kali. Gue males ingetnya.Lagian lo udah sama ify ,ngapain inget-inget masalalu lagi. Pergi lo sana.” Usir shilla sambil mendorong cakka agar menjauh.
 “kayaknya lo harus dengar sesuatu deh.” Kata cakka sambil memegang kedua tangan shilla dengan tangan kirinya dan tangan kanannya masuk dalam kantong celananya dan mengeluarkan ponsel terbarunya yang memutar sebuah lagu yang cukup buat shilla merasa tersindir.
“ Aku tak suka selalu saja
Kau sebut-sebut namanya saat kita bicara
Aku tak ingin, tak ingin mendengarnya
Kau bawa-bawa namanya saat berdua denganku.”


Shilla langsung menekan tombol stop di ponsel cakka dan menatap tajam “ngapain lo puterin lagu itu di depan gue? nyindir? Atau lo pengen kita duet nyanyi lagu itu? Sorry yah, gue gak minat.”
“gue gak nyindir shill, gue Cuma ungkepin apa yang gue rasa lewat lagu shill, gue ngerasa ngomong langsung dengan lo juga percuma.”
“terus maksudnya lo nyuruh gue dengerin gitu apa?.”
“Please shill, berapa kali gue mohon jangan pernah lo sebut nama ify saat gue ma lo?.” Pinta cakka sambil memegang tangan shilla, tapi dihempas gadis itu.
“Dan berapa kali gue bilang sama lo jangan pernah dekatin gue lagi?! lo itu udah punya cewek! Dan gue gak mau disebut perebut cowok orang karna lo! lo egois cakka! Lo mikir gak kalo lo dekatin gue, lo sama aja bikin gue sakit?!.” Ucap shilla tajam sambil menusuk dada cakka dengan jari tangannya.
“apa lo juga mikir kalo gue juga tersiksa dengan semua ini shill?! gue selalu pengen dekat lo, tapi gue gak tau kenapa! Seandainya gue tau, gue akan jelasin semuanya ke lo shill! sekarang lo inginnya apa dari gue shill supaya lo gak ngerasa sakit lagi?! gue akan turutin apa mau lo, termasuk mutusin ify!.”
“Terus kita bakal bersama gitu?! jangan ngimpi! lo mau tau kenapa gue jauhin lo?! karna, lo hancurin harapan gue! di saat gue menanti lo, lo malah pulang terus berciuman dengan cewek lain di hadapan gue! gue masih inget lo bilang kalo gue bukan siapa-siapa lo! sekarang, lo dengan sengaknya dekatin gue seolah-olah lo gak punya pacar! maksud lo apa?! Mau nyakitin gue lagi?! mau hancurin gue lagi?!.” Ucap shilla panjang lebar penuh emosi dan air mata menetes di pipinya.

cakka terdiam mendengar kata shilla, dia menyentuh pipi gadis itu bermaksud menghapus air mata yang turun deras di pipi shilla, tapi ditepisnya “ gue terima keadaan lo sekarang kka, tapi gue gak pernah terima lo dengan cewek lain! karna apa? Karna itu sebagai bukti telak kalo gue gak berarti di hidup lo, Cuma cewek sekedar lewat di hati lo dan mudah dilupakan. Itu yang bikin gue patah hati cakka. mending lo pergi deh sekarang! Gue gak mau liat lo! gue muak!.” kata shilla langsung masuk dalam kamar sambil membawa barang belanjaannya dan mengunci pintunya tanpa mempedulikan cakka berusaha menggedor pintu supaya dia keluar dan bicara.

“shill! gue belom selesai ngomong sama lo!.” teriak cakka sambil gedor pintu.
“Tapi bagi gue sudah selesai! lo gak akan bisa minta kita kayak dulu lagi kka. gue gak sanggup. Gue sudah terlanjur sakit sama lo. mungkin, ini yang terbaik buat lindungin hati gue.” Gumam shilla terisak di balik pintu sambil memeluk lututnya ketika cakka pada akhirnya menyerah dan meninggalkan shilla.
Lelah menangisi hatinya, dia pergi ke kamar mandi untuk membasahi wajahnya agar tak seperti orang menangis. Lalu dia melihat barang belanjaannya dan tertegun melihat barang yang dia belikan untuk cakka. ingin dibuang, sayang, dikasih sama yang lain, dia gak rela. Akhirnya dia melipatnya di koper dan  datanglah sivia membawa banyak belanjaan kayak baru saja membeli semua pakaian yang dijual di toko.
“lo beli apa bongkar isi toko vi? Gue aja gak segitunya deh perasaan.” Kata shilla ketika melihat sivia mengeluarkan isi plastiknya dan memasukkan dalam tas terpisah.
“ini persediaan kalo gue kehabisan baju shilll. siapa tau kenapa-napa.” jelas  sivia dengan mimic serius memasukkan belanjaannya sesuai abjad yang bikin shilla puyeng dan memutuskan untuk mandi.



Tak terasa hari sudah malam. Saat matahari kembali ke peraduannya dan perannya untuk menemani setiap aktifitas manusia di muka bumi digantikan oleh Bulan, Sang dewi malam. shila yang selesai mandi, ritual wajibnya. melihat sivia sedang rebahan sambil smsan sesekali cekikikan kayak orang gila.
“gak jalan vi?.” Tanya shilla sambil membuka kopernya untuk mengambil pakaiannya.
“gak ah. Males. Kita pesan makanan aja deh.  Atau kita serbu kamar mereka aja!.” kata sivia riang seolah baru saja memberikan ide paling jenius sedunia.
“mending pesan makanan aja daripada nongol di kamar orang!.”
“ah… Gue lebih asyik milih opsi kedua. Ayooo…” kata sivia menarik shilla keluar kamar menuju kamar cakka.


“ngapain kita disini?! lepasin tangan gue vi! Gue gak mau!.” Desis shilla di depan kamar cakka sambil berusaha melepaskan tangannya yang dipegang  sivia yang mengetok pintu.
“udah ah, jangan banyak cincong lo shill.”

“wah kebetulan banget kalian nongol. Kami baru aja kekurangan orang main kartu.” Kata cakka membuka pintu dan menatap shilla yang membuang muka.

“sip kak. Ayo shill gak usah sok nolak gitu deh!.” Kata  via gemas melihat sahabatnya keukeh gak mau masuk lalu menghampiri rio yang asyik main PS.

shilla dan cakka Cuma berdiri di depan pintu yang sengaja ditutup  sivia agar lebih privacy. shilla melipat kedua tangannya di dada dan menatap kearah lain, sedangkan cakka diam menunggu shilla bicara .

“gue mau ke kamar. Gak enak badan.” Kata shilla setelah lelah diam kayak patung di depan orang yang sudah membuatnya hancur. Ketika dia hendak masuk kamar, mendadak tangannya di pegang cakka.

“lo ikut gue. sekali aja.” kata cakka memaksa shilla untuk masuk ke kamarnya dan berkumpul dengan yang lain.

Sepanjang main kartu, shilla yang duduk di samping cakka, lebih banyak diam dan kalah dalam main kartu, sengaja dia lakukan itu agar cepat-cepat masuk kamar karna tubuh dan hatinya sudah lelah.

“gue baru ingat! Tadi gue ditelpon kalo besok kita KKN. Biar bareng sama Universitas lain yang juga KKN.” Kata cakka sambil menatap shilla yang masih membuang muka darinya.
“serius lo kak?! Emang Univ lain itu dari fakultas kedokteran juga?.” Tanya  via sambil mencoreng wajah shilla dengan bedak karna kalah untuk kesekian kalinya.
“yup. Dari psikologi. Jadi kita bisa sharing gitu. eh udah pada makan belom neh?.” Tanya cakka sambil mengambil tisu untuk menghapus bedak yang diwajah shilla, tapi ditolak gadis itu mentah-mentah.

rio yang daritadi melihat shilla menolak perhatian cakka, memberi kode untuk  sivia agar segera keluar dari kamar “Eh vi, temenin gue makan dong. Gue lapar.” Ajak rio sambil kedipkan matanya dan  sivia langsung connect.
“oke deh. Kami duluan yah.” Pamit sivia langsung keluar dari kamar diikuti rio.


“mereka berantem lagi kak?.” Tanya  via ketika keluar bareng rio menuju kafe.
“yup. Tadi cakka curhat gitu ma gue. dia pengen ingat soal shilla. Tapi tetap aja gak bisa. Dia dekatin shilla, tuh anak malah ngejauh gitu.” jelas rio
“shilla terlanjur sakit hati dengan kak cakka kali.”
“gue tau. tapi kan ini bukan keinginan cakka juga untuk gak ingat semuanya vi. Siapa sih yang mau lupa sama seseorang yang sudah dia sayang?.”
“gue tau. tapi shilla itu sensitive kak. Dia pernah cerita sama gue, dia kadang sakit sendiri dengan perasaannya. Disaat dia berharap, ternyata kak cakka datang bawa ify. siapa yang gak nyesek kak digituin gitu? dia malah pernah bilang, mending dia berdoa kak cakka mati aja sekalian daripada hidup tapi bikin dia galau.”
“kok kita jadi bahas mereka sih? Mending kita berdoa aja moga cakka inget dengan shilla dan shilla ngasih kesempatan lagi untuk cakka.” kata rio sambil merangkul pacar sahabatnya masuk kafe.



shilla melihat sahabatnya keluar tanpa ijin, langsung berdiri ingin keluar, tapi tangannya dipegang cakka “gue minta maaf shill atas apa yang udah gue lakuin buat lo.”
“sebuah kata maaf gak akan bisa hapus sakit hati gue dari lo kka. gue bukan orang yang mudah memberi maaf ama orang yang bikin hidup gue berantakan, mengambil semua yang gue punya, kemudian ngilang tanpa ijin dan kembali dengan memberikan luka baru yang  lebih sakit dari gue rasain!.”
“lo maunya apa shill dari gue? apapun akan gue lakuin.  kecuali lo nyuruh gue pergi dari hidup lo! karna gue gak akan sanggup lakuin itu.”
“pertama, jangan dekatin gue lagi! dan..” kata-katanya terputus ketika tubuhnya berada di pelukan cakka yang membuatnya tak bisa bernapas, namun inilah dia rindukan selama ini. Pelukan yang membuatnya tenang, juga membuatnya menangis karna menyadari bahwa pelukan yang dia rasakan sekarang sudah pernah dibagi untuk gadis lain yang mungkin tanpa dia ketahui, mendapatkan lebih dari yang dia rasakan. Dan itu membuatnya terluka.

Sedangkan cakka merasa pernah dalam keadaan seperti ini. Keadaan dimana dia menenangkan seseorang yang sangat dia sayangi dan membuatnya aman. Dan seseorang itu bukan ify, karna seseorang itu sangat berarti dalam hidupnya.


“ijinin gue, untuk ingat segalanya tentang kita. Dan gue gak akan nyakitin lo dan  meninggalkan lo lagi.” Seru cakka sambil mencium puncak kepala shilla yang sekarang terisak di dadanya.
“terakhir lo bilang begitu, lo pergi ninggalin gue dan nyakitin gue kemudian melupakan gue seolah-olah gue tak berarti di hidup lo.”
“anggap aja itu terakhir hal bodoh yang gue lakuin ke lo shill. please. Beri gue kesempatan untuk ingat apa yang gue lakuin ke lo sebelum seperti ini.”

shilla mendadak bimbang, bimbang karna di satu sisi dia masih sangat mencintai cakka, tapi di sisi lain tak ingin disakiti karna masalah yang sama.
“apa yang harus gue pilih? Gue sayang sama lo kka, tapi gue gak ingin disakitin.” Batin shilla
“you can keep my words. shilla Lo sudah makan?.” Tanya cakka sambil melepas pelukannya dan menghapus air mata yang masih menetes di pipi shilla.

shilla menggelengkan kepalanya dan membiarkan cakka mengelus pipinya hingga menyentuh bibir tipisnya lalu membiarkan dirinya ditarik cakka menuju kafe supaya makan.

Sesampai di kafe, mereka bertemu rio dan yang lain asyik menikmati makannya tanpa menyadari mereka datang dan menghampirinya.

“Eh cakka, shilla.. bareng yuk. Sorry makan duluan.” Kata rio tersenyum ketika melihat sahabatnya menggenggam tangan shilla erat.
“gak papa. Makan aja. gue Cuma temanin shilla makan kok. ntar dia sakit lagi kayak kemarin.” Kata cakka duduk di samping shilla lalu menyodorkan buku menu.


“gue makan ini aja.” kata shilla sambil menunjuk menu roti bakar dan langsung dipelototi cakka.
“lo harus makan nasi shill. ntar lo sakit lagi kayak kemaren.” Bujuk cakka sambil mengelus rambut gadis yang entah kenapa membuatnya gila itu.
“gue lagi malas makan nasi kka. yang penting gue makan kan?.” kata shilla ngotot lalu memesan menu itu tanpa mempedulikan pelototan cakka.

Asyik mengobrol, tiba-tiba ponsel shilla berbunyi. Mendengar itu, dia langsung mengambil ponselnya dari saku celananya dan tersenyum ketika mengetahui siapa yang menelpon lalu berdiri menjauh dari cakka yang merasa panas sendiri ketika melihat shilla sambil tertawa dan tersipu-sipu malu.

“pasti di telpon ray. Iya kan?.” bisik cakka pelan namun sinis dan terdengar oleh yang lain
“lo cemburu kak? Kan wajar shilla punya pacar setelah dia menanti seseorang tak pernah datang selama 4 tahun.” Sindir  sivia supaya cakka bisa ingat sedikit tentang mereka.
“emang dia menanti siapa vi?.” Tanya cakka yang ternyata merasa tersindir bahwa yang dimaksud itu adalah dirinya, namun tak bisa dibuktikan.


Sebelum sivia menjawab, shilla datang dengan wajah sumringah dan duduk di samping cakka sambil tersenyum ketika pesanannya datang.
“gue makan dulu yah. ada yang mau?.” Tawar shilla sambil memakan rotinya dan disambut gelengan oleh yang lain.
“lo mau kka? kenapa diem? sakit gigi?.” Tanya shilla seolah tak terjadi apa-apa dan menawarkan rotinya.
“enggak. gue gak doyan makan roti, gue doyan makan ati!.” Ketus cakka
“kenapa gue marah dia telponan ama yang lain?  bingung deh gue.” kata cakka dalam hati.

shilla merasa tersindir, namun dia cuek aja “yaudah. Lo pesan hati goreng deh sana. Kan lo doyan makan hati.” Ucap shilla dan membuat yang lain hampir tertawa namun tak jadi melihat wajah cakka yang cemberut


Selesai makan, mereka membayar pesanannya dan berjalan meninggalkan kafe sambil tertawa. Rio dan cakka berjalan di belakang mereka  yang asyik  bercanda sambil menatap tajam cowok-cowok yang menatap shilla karna terpesona dengan senyumnya yang selalu mengembang.
“kenapa lo bikin gue gila shill? kenapa gue jadi bertekad tak ingin nyakitin lo lagi? perasaan ini lebih dengan gue rasain sama ify” batin cakka

Merasa gerah melihat para cowok semakin menatap shilla tanpa kedip, dia berjalan di samping shilla dan merangkul pundak gadis itu dengan tatapan puas karna para cowok memandangnya iri dan berpikir seolah-olah dia pacarnya.

“lo apa-apaan sih rangkul gue?! gue gak suka!.” protes shilla sambil melepaskan rangkulannya, namun akhirnya pasrah saja ketika tangan cakka semakin kuat tak ingin dilepas.

Sesampai di depan kamar,  dia mendengar hp cakka berbunyi, sekilas dia tau siapa yang menelpon cakka dan membuatnya galau sendiri.
“Seharusnya gue sadar bahwa dia sudah ada yang punya.” Batin shilla

cakka mendengar ponselnya berbunyi, langsung mengangkatnya dengan enggan karna entah kenapa dia tak ingin shilla tau siapa yang menelponnya.


“halo sayang. kamu lagi ngapain? I miss you.” Kata ify dengan suara yang dimanjakan dan membuat cakka entah kenapa ingin mematikan ponselnya.
“aku baru saja selesai makan sayang. kalo kamu?.” Tanya cakka dengan terpaksa melepas rangkulannya di pundak shilla dan membiarkan gadis itu masuk ke kamar menyusul  sivia tanpa salam perpisahan, dan pintu pun akhirnya dibanting shilla saking gemasnya.
 “aku lagi mikirin kamu. Siapa sih sayang yang banting pintu? Gak sopan banget deh.” Kata ify merasa terganggu dengan suara bantingan pintu dari shilla.
“aku yang banting pintu sayang. soalnya pintunya susah ditutup , jadi terpaksa ku banting. Maaf yah kalo kamu terganggu.” Dusta cakka agar tak terjadi kecurigaan.
“oh maaf sayang. aku kira orang lain. sayang… sudah dulu yah. jangan macam-macam. Dan jangan dekatin shilla yah.” Kata ify pelan ketika mengucap nama shilla, namun terdengar oleh cakka.
“kamu kenapa jadi mengungkit nama dia? kan dia sekelompok dengan aku. wajar dong aku dekat dengan dia untuk masalah tugas.” Kata cakka jengah mendengar nama shilla disebut.
“tapi kan dia itu dibilang suka merebut pacar orang sayang karna kecantikannya. Aku takut kamu tinggalin aku dan mengejar dia seperti teman-temanku yang lain. mereka diputusin cowoknya karna lebih milih shilla yang jelas-jelas tak mungkin sayang dengan mereka.” Jelas ify mengeluarkan jurus liciknya untuk menjatuhkan lawan.

“aku takkan ninggalin kamu sayang. ah,,,,,kamu jangan percaya dengan omongan mereka yang iri dengannya. Udah dulu yah sayang. aku ngantuk.  love you. bye.” Kata cakka sambil memberikan ciuman jarak jauh kepada ify.
“tuh kan kamu belain dia. yasudah deh. Love you too sayang.” kata ify sambil memutus telponnya dan menatap foto mereka yang dia jadikan wallpaper di hpnya.

“gue gak akan pernah rela lo balikan dengan shilla,kka. gue sayang sama lo dan akan lakuin apapun agar lo selamanya jadi milik gue.” tekad ify sambil mengepalkan tangannya.

cakka menatap ponselnya lalu memandang pintu yang dia tau ada seseorang yang membuatnya gila, membuat perasaan sayang ke ify selama 4 tahun semakin berubah biasa saja, dan membuatnya memohon agar diberikan kesempatan untuk mengingat kenangan mereka lagi. 

                                    ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Pagi hari yang cerah, hari terakhir mereka liburan sebelum melanjutkan tugas sebenarnya, KKN. Dan tanpa ada yang tau pasti, apa yang terjadi disana.


Jam di dinding menunjukkan jam 7 pagi, awal waktu untuk memulai segala aktifitas manusia. shilla membereskan koper terakhirnya sebelum meletakkan keluar dan membantu sivia yang kerepotan sendiri dengan barang bawaan yang dia bawa.
“makanya gue bilang juga apa, lo itu kebanyakan beli baju vi.” Kata shilla sambil menekan-nekan isi koper agar muat diisi beberapa baju yang lain.
“kan jaga-jaga shill. siapa tau gue kekurangan stok baju.” Bela sivia
“bilang aja lo ntar mau jualan baju di desa ntar. Kerja sampingan jadi dokter. Hahaha. Eh.. gimana kabar febby yah? gue kangen.” Kata shilla sambil menutup koper  sivia dan mendorongnya keluar.
“makasih shill udah bantuin gue. dia katanya kuliah di Bandung waktu terakhir gue contact. Ntar kalo kita udah balik, ke Bandung yuk tengokin dia?.”
“Ok banget deh vi! Gue kangen sama dia. kita keluar yuk. Sekalian bawa koper keluar.” kata shilla sambil mengunyah roti sebagai sarapan paginya dan keluar sambil mengunci pintu lalu menarik dua buah kopernya menuju meja resepsionis


Ketika mereka di depan meja Resepsionis untuk memberikan kunci kamar mereka, shilla melihat yang lain ternyata menunggu mereka sambil nyender di mobil mas ian yang ternyata akan mengantarnya ke desa yang dimaksud.
“sudah siap mbak shilla? Sini saya bantu bawa kopernya.” Kata Mas ian dengan logat jawanya membantu shilla mengangkat kopernya dan koper sivia untuk di letakkan di bagasi mobil.


cakka melihat shilla datang, tersenyum ketika shilla berjalan mendekatinya
“Pagi shill. udah sarapan kan lo?.” tanya cakka lalu duduk di samping shilla dan menutup pintu begitu juga yang lain dan mas ian pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
“yap. Lo juga kan?.” tanya shilla balik lalu mengeluarkan novel serta kacamata lalu membacanya di sepanjang perjalanan.
“Sudah dong.” Jawab cakka sambil mengacak rambut shilla yang terurai lalu mengeluarkan kamera digitalnya dan memfoto setiap jalan yang mereka lintasi.

Perjalanan yang melelahkan akhirnya tiba juga mereka di desa tempat mereka KKN.  Mereka berhenti di depan kantor kepala desa. shilla yang asyik membaca novelnya bergegas memasukkannya dalam tas ranselnya dan turun bersama yang lain untuk mengambil dua kopernya.


“sini gue bawain koper lo.” tawar cakka yang ternyata Cuma membawa satu koper, satu tas ransel super gede di pundaknya.
“gak usah. Gue bisa sendiri.” Tolak shilla halus namun tak diindahkan cakka.
“cewek gak boleh bawa barang berat. Lo tau itu kan?.” kata cakka lalu membawakan koper shilla dengan menentengnya seolah-olah itu ringan.

“permisi mas cakka, saya pulang dulu. Nanti kalau sudah KKN atau kalian gak betah lagi, tinggal telpon mas saja. Tapi bakal susah sih. Soalnya disini daerah kekurangan sinyal ponsel.” Kata mas ian permisi mau balik ke Jogja.
“iya mas. Makasih atas bantuannya. Pasti kami telpon kok mas. Hati-hati di jalan mas.” Kata cakka  lalu tersenyum ketika mas ian masuk dalam mobilnya dan melaju tenang meninggalkan mereka di belakang.
Sepeninggal mas ian, muncullah kepala desanya yang sedari tadi menunggu mereka datang. “Selamat datang. Kalian semuanya. Saya sudah lama menunggu kalian datang. Perkenalkan, nama saya Danar Susilo, biasa dipanggil Pak Danar.”  Kata pak kepala desa ramah sambil mengulurkan tangannya kea rah mereka semua.

“Terima kasih Pak Danar, nama saya cakka, dan yang disamping saya ini shilla, terus ini sivia, Mario(rio) angel dan oik.” Kata cakka memperkenalkan mereka satu-persatu dan menyalami kepala desa, ketika tiba giliran shilla, pak Kepala desa agak lama memegang tangan shilla karna terpesona oleh kecantikannya dan membuat cakka berdehem agak keras.

“Ehm…..ehm….. pak, apa benar kami bakal bareng KKN dengan kampus lain?.” Tanya cakka sambil melirik tajam tangan kepala desa yang memegang tangan shilla.
“ Udah tua masih aja ganjen ama cewek gue! loh… cewek gue kan ify, Bukan shilla. Ah bodo amat dah.” Kata cakka dalam hati.
Merasa disindir, pak kepala desa melepas genggaman tangannya dan menatap cakka
 “iya. Kalian bakal gabung dengan kampus UGM fakultas psikologi. Kebetulan mereka mau KKN juga. Nah itu mereka datang.” Kata pak kepala desa sambil menunjuk rombongan yang dibelakang mereka.

shilla yang melihat rombongan itu, sontak terkejut ketika melihat sahabatnya waktu SMP, alvin ada diantara mereka. Dia melambaikan tangannya berharap alvin melihatnya dan tersenyum ketika alvin membalas lambaiannya dan langsung menghampirinya.

“lo shilla kan? teman sebangku gue waktu SMP? tambah cantik aja sahabat gue yang satu ini.” Ucap alvin sambil memeluk shilla erat.
“yup! Gue kira lo lupa sama gue alvin! Gila! Lo tambah tinggi aja! Serasa kecil gue disamping lo!.” kata shilla sambil menatap sahabatnya yang juga sempat jadi cinta monyetnya waktu SMP sebelum jadi sahabat dan menjadi pujaan para cewek karna badannya yang tinggi, kulit sawo matang, hidung mancung dan wajahnya yang agak kebule-bulean serta pintar casciscus bahasa inggris.
 cakka melihat shilla berpelukan dengan cowok lain di depannya, entah kenapa merasa panas sendiri dan semakin dongkol ketika alvin menghampirinya, ngajak kenalan.
 “gue Alvin jonathan sindunata,panggil aja Alvin. sahabat shilla waktu SMP. Lo pacarnya shilla yah? sorry, gue gak  tau kalo sahabat cupu gue punya pacar sekarang.” Kata alvin sambil mengulurkan tangannya dan menatap shilla yang manyun.
“gue cakka.cakka kawekas nuraga.”
“asal ngomong lo de, Dia bukan pacar gue! what? Gue cupu lo bilang?!  Gue gaul kali! Lo tuh yang culun mampus waktu SMP!.” Ejek shilla sambil tertawa.
“wah… lo ngejek gue shill? udah lo ngaku aja deh, kayak gue gak ngerestuin gitu lo pacaran ma cowok.” Kata alvin sambil mencubit tangan shilla.

asyik-asyiknya bercanda, datanglah seseorang yang sedari tadi melihat mereka dengan tatapan kaget ketika seseorang seharusnya lenyap dimuka bumi, hadir di samping gadis yang dia incar sejak SMA.Debo.

“vin. Lo dipanggil tuh.” Kata debo berdiri di samping alvin dan membuat shilla hampir kena serangan jantung melihatnya dan refleks menggenggam tangan cakka yang berdiri disampingnya.

alvin tak menyadari perubahan wajah shilla, malah tersenyum “eh deb. Kenalin ini sahabat gue waktu SMP, shilla dan ini pacarnya, cakka.” kata Alvin memperkenalkan
 debo tersenyum menang ketika melihat perubahan wajah shilla. Dan dia pura-pura tak kenal pada mereka berdua.
“debo.” Katanya sambil mengulurkan tangannya kearah shilla yang ketakutan dan cakka yang waspada karna menyadari bahwa shilla ketakutan, walau dia tak tau kenapa.
“gue cakka, gue balik dulu yah vin. Ayo sayang.” kata cakka langsung menarik shilla dan menghampiri mereka yang asyik ngobrol dengan Kepala Desa.
 “kok lo pucat shill? sakit?.” Tanya sivia bingung ketika melihat sahabatnya pucat seperti melihat hantu disiang bolong.
shilla Cuma diam dan sesekali melirik alvin yang asyik dengan debo sambil tertawa. debo yang melihat shilla memperhatikan dirinya, Cuma tersenyum sinis.
“kenapa dia ada disini?! mampus gue! gue harus gimana?!.” Batin shilla dalam hati.


“nanti selama 3 bulan kalian akan tidur di rumah kosong gitu. sekitar 6 kamar lah. Cuma agak kumuh. Maklum gak pernah dihuni. Gak apa-apa kan?.” kata Pak kepala Desa membuyarkan lamunan shilla.
“gak papa pak, kan ini termasuk pengabdian kami juga terhadap desa bapak, boleh kami melihat tempatnya?.” Kata rio sopan.
“ayo silahkan.” Kata Pak kepala Desa dengan senang hati menunjukkan jalannya menuju rumah baru mereka.

Selama perjalanan, shilla lebih banyak diam dan beberapa kali hampir jatuh kalau tidak dipegang cakka.
“lo kenapa shill? ada masalah?.” Tanya cakka ketika menolong shilla yang hampir kesandung batu cukup gede kesekian kalinya.
“gue gak papa kok.”

“ini Puskemas kami. Maaf kalau agak kecil. Dan ini mushala.” Jelas pak Kepala Desa.

“Aaa!!!!!.” Jerit shilla panic dan langsung memeluk cakka yang disampingnya ketika melihat rombongan ayam entah punya siapa bejalan ke arahnya dengan angkuh.
“astaga! Gue kira kenapa! Ternyata Ayam! Dasar lo bikin jantungan!.” Rutuk oik sambil mengelus dadanya.
 Selama satu jam berjalan kaki, jauh dari perkampungan penduduk, akhirnya tiba juga mereka di rumah besar namun terlihat angker karna dikelilingi hutan dan jauh dari pemukiman dan di belakangnya mereka bisa melihat sungai kecil mengalir jernih dan kicauan burung menambah suasana tenang di siang hari, bikin merinding di malam hari.

“ini tempatnya yang saya maksud, semoga kalian betah dan apa yang kalian dapatkan di desa kami, menunjang hasil kuliah mas dan mbak sekalian.” Kata Pak kepala Desa.
“Sama-sama pak. Mohon kerjasamanya.” Kata cakka sopan lalu membiarkan pak Kepala Desa berjalan meninggalkan mereka dan menatap shilla yang pucat.
“lo sakit shill? atau lapar?.” Tanya cakka cemas.
shilla hanya menggelengkan kepalanya lalu masuk ke rumah itu bareng yang lain untuk  bersih-bersih.

“aku lupa bahwa kau masih ada, menggentayangi setiap langkahku yang berubah menjadi penuh kegelisahan.”
 “Gue mandi dulu ya vi. Itu gue udah masak nasi sama sayur, lo tinggal goreng ikan aja. ngomong-ngomong, cakka sama Rio kemana?.” Tanya shilla setelah selesai masak.
“lagi di depan tuh, mancing ikan. Panggil deh.” Jawab  sivia yang masih sibuk membersihkan rumah oleh debu yang lebih mirip abu gunung Merapi.
“entar aja.” kata shilla lalu masuk ke kamar mandi.
 “waw! Ini enak bener! Siapa yang masak nih?.” Tanya cakka masuk ke dalam rumah dan melihat makanan ala desa tapi mengundang cacing perut  “konser”.
“shilla yang bikin. Tuh dia keluar.” Jawab angel ketika melihat shilla keluar dari kamarnya setelah selesai mandi sambil dan duduk di meja makan bersama yang lain.
“uhm… masakan lo enak shill! udah lo selesai KKN, nikah aja sana! Hahahhaa.” Ledek  sivia di setiap suapnya.
“iya..nikah ama lo yah.” Ucap shilla mengedipkan matanya dan mereka tertawa.

 Selesai makan dan membereskan meja makan, shilla yang sumpek di dalam rumah karna teman-temannya sudah tidur, membuka pintu rumah dan duduk di depan pintu sambil menikmati semilir angin malam menghembuskan wajahnya dengan ditemani secangkir teh hangat entah apa rasanya bikinan dia sendiri. Sambil menghirup uap hangat dari teh dan telinganya dimanjakan oleh suara-suara hewan malam yang tak pernah dia dengar di Ibukota. Tiba-tiba semuanya buyar karna..

“Astaga! cakka! lo mau gue mati muda apa?! Jangan kagetin gue!.” teriak cakka sambil memukul cakka yang duduk disampingnya sambil tertawa.
“masa gue colek punggung lo aja reaksinya heboh gitu? gimana kalo gue colek yang lain yah? jadi pengen colek deh.” Sambil mencolek pinggang shilla yang membuatnya seperti kena setrum berkekuatan super.

 “ lo kira gue sabun colek apa jadi main colak-colek seenak jidat?! dasar OMES!.” Dengan hati dongkol dia masuk ke kamar dan membanting pintu meninggalkan teh yang belum dia sentuh sama sekali.
cakka tertawa ngakak melihat shilla marah dan entah kenapa hatinya seperti senang karna bisa menggoda gadis itu.
 “cakka gila! Gak beres! Sinting! Gue kira amnesia bakal bikin dia tobat, gak taunya malah tambah sableng!.” Gerutu shilla  lalu menarik selimutnya dan tidur.

Pagi harinya….
 shilla yang sudah makan pagi bersama yang lain dan membereskannya, langsung masuk kamar untuk berganti pakaian dokternya. Lalu ketika hendak keluar rumah, dia mendengar cakka memanggilnya.

 “bareng gue shill! tutup pintunya. Lo gak usah malu-malu gitu deh” Kata cakka yang ternyata baru selesai mandi sambil mendekati shilla yang menutup wajahnya karna melihatnya mengenakan handuk yang dia lilit di bawah perutnya sehingga dia bertelanjang dada.
“lo gak pake baju, gue tinggal!.” Ancam shilla terus menutup matanya dengan kedua tangannya dan wajahnya memerah ketika cakka mencium keningnya sebelum melesat masuk kamar.
“besok-besok gue gak mau jadi orang terakhir keluar rumah! Males bener bareng cakka  ntar! Bisa heboh satu kampung!.” Gerutu shilla dalam hati.
Ternyata,  mitos cowok lebih cepat berganti pakaian dari cewek benar 1000%. cakka pun keluar dengan stetoskop bergantung di lehernya dan dia mengenakan jas dokternya serta tangan kirinya dimasukkan ke saku jasnya dan tangan kanannya memeluk pinggang shilla yang masih menutup mata dengan kedua tangannya.
“bareng yuk.” Kata cakka tersenyum yang dijamin membuat pasien pada sembuh seketika.
shilla mengangguk salting karna terpesona dengan senyuman mantan tunangannya dan menutup pintu rumah lalu jalan bareng.
 Sepanjang perjalanan menuju Puskesmas karna hari ini mereka jaga, sedangkan yang lain pada sosialisasi ke rumah-rumah bareng anak psikologi, shilla dan cakka menarik perhatian banyak warga mulai dari anak kecil, sampai nenek-nenek semuanya pada melting melihat cakka yang tersenyum  sambil menyapa mereka dan para bapak-bapak melupakan istri mereka sejenak ketika shilla tersenyum kearah mereka dan sesekali memberikan permen yang sengaja dia siapkan dalam tasnya untuk anak-anak yang dia temui.

 “ini permennya sayang.” Kata shilla sambil tersenyum  pada sekelompok anak kecil yang kegirangan dikasih permen yang membuat bapak-bapak hingga kakek-kakek merasa muda kembali (?)

 “astaga! Mahasiswi tahun ini cantik-cantik yah, rela deh aku sakit setiap hari! Agar bisa dirawat sama dokter cantik itu.” Kata salah satu kakek yang sudah bau tanah.
“Aku juga pak. Melihat dokter cantik itu, seperti merasakan jatuh cinta pada pertama.” Timpal seorang bapak yang agaknya melupakan istri di rumah dan anak-anaknya.
 “astaga! Itu dokter ganteng bener yah! nanti kita sakit bareng yuk? Biar bisa dekat sama dokter ganteng itu.” Timpal seorang cewek lugu pada temannya ketika melihat cakka tersenyum padanya,yang lain cuma mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa lagi.
“eh, yang disamping dia itu pacarnya yah? gila! putih bener badannya! Cantik lagi! wajahnya kayak pemain kuch-kuch hota hai gitu.” timpal temannya yang langsung disambut jitakan.
 Setengah hari mereka di Puskesmas meladeni Ibu-ibu ingin imunisasi anaknya sampai periksa kehamilan dan membuat cakka pusing karna permintaan ibu-ibu yang mulai dari minta elus perutnya yang buncit lah, minta  cium pipi lah dan tingkah aneh lainnya.
“wah pak dokter, elusin perut ibu dong. Biar anak saya nanti gantengnya kayak bapak.” Pinta seorang ibu-ibu yang membuat shilla hendak tertawa disebelahnya yang tidak dibatasi sekat, kecuali ruang pemeriksaan yang Cuma ditutup dengan tirai bentuk melingkar.

cakka pun mengelus perut ibu hamil itu dan tersenyum manis sambil melirik shilla yang asyik memberikan saran sambil mencubit pipi anak kecil yang digendong ibu-ibu itu.
“nanti jangan minum es lagi. entar dek Rista sakit tenggorokan lagi. Jaga kesehatan yah sayang.” kata shilla sambil mengelus rambut anak kecil yang bernama Rista dan tersenyum lalu mengantarkan mereka sampai ke depan Pintu dan mencubit pipi Rista yang tembam.

Sesudah pasien ibu dan anak itu keluar, masuklah pasien lain.
“bu dokter, lagi single kan? ibu mau gak jadi istri kedua saya? Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu. Saya merasa bahwa ibu jodoh saya.” Ucap  seorang bapak-bapak ketika selesai diperiksa shilla yang asyik memberikan saran dan buat cakka hampir tertawa ngakak karna mendengar shilla dilamar bapak-bapak yang mungkin umurnya 50 tahun keatas.
“buset dah ini bapak! Gak ingat apa istri anak dirumah jadi ngajak gue nikah? Istri kedua lagi! ogah bener!.” Gerutu shilla dalam hati.

shilla Cuma tersenyum “maaf bapak, sebenarnya saya sudah tunangan dan setelah KKN ini mau menikah dengan tunangan saya.” Dusta shilla dan memutar cincin pemberian cakka sebelum amnesia yang setia di jari manisnya. cakka melihat itu, merasa seperti teringat sesuatu, tapi apa itu, tak bisa dijelaskan. Kabur seperti ditutup asap tebal.
“sorry yah pak, daripada gue jadi istri muda lo, bikin makan ati atau dikira gue rebut suami orang terus ortu gue pada jantungan di Singapura dengar anaknya nikah ama pria yang seumuran mereka, mending nolak.” Bela shilla dalam hati.
Bapak itu merasa malu sendiri karna ditolak halus. “maaf kalo bu dokter kalo bapak terlalu lancang. Permisi bu. Makasih atas periksanya. Love you bu.”  lalu ngacir keluar dari puskesmas tanpa sadar umur
 “seharusnya lo terima aja lamaran tuh bapak-bapak. Hahaha. Kan enak shill. lo nikah duluan.” Tawa cakka membuat shilla manyun.
“Shut up!.”

Setengah hari di Puskesmas, datanglah rio dan yang lainnya sambil membawa plastik berisi pecel yang mereka beli di jalan. Mereka pun duduk di teras luar sambil menikmati semilir angin menerpa lembut wajah dan pemandangan yang tak habis diceritakan.

 “gue sebel shill! tadi kan gue kayak ke rumah tempat merawat orang-orang yang agak gak beres mentalnya gitu sama anak Psikologi, ada bapak-bapak godain gue dan minta gue dijadiin istri keberapa gitu! astaga! udah konslet tuh otaknya! Gak beres!.” Gerutu sivia sebagai pembuka topic pembicaraan.
“gue juga vi! Pinggang gue malah dicolak-colek ama mereka! Kalo aja gue gak ingat tuh mental mereka rada-rada gak beres, gue hajar satu-satu!.” Gerutu angel dan oik
“gue malah digoda perawat disana! Kalau cakep gue syukur banget, ini ibu-ibu semua! Nasib…..nasib….. jadi orang ganteng.” Kata rio narsis.
“huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu… PEDE!.” Ledek sivia sambil melempar botol minuman.
Yang lain Cuma tertawa sampai datanglah Debo dan alvin yang membuat shilla hampir tersedak dan langsung minum dengan tangan gemetaran. cakka yang melihat reaksi shilla, bingung memenuhi pikirannya.

“kayaknya gue pernah liat si debo deh sebelum ini,  Tapi dimana? shilla kenapa tiap lihat dia langsung takut gitu? arghh!!! Kenapa gue gak bisa inget?!.” Batin cakka bertanya-tanya
“shill, lo masih sibuk di Puskesmas?.” Tanya alvin
“enggak tau deh. Kenapa?.”
“ntar kita ke rumah sakit jiwa, tapi di Pondok shill. bareng gue. gimana? Itung-itung nambahin laporan.” Tawar alvin
“jam berapa vin? Sore kayaknya kelar deh. Kita berdua atau bareng nih?.” tanya shilla sambil menoleh cakka yang menatap tajam debo yang sedari tadi meliriknya dengan tatapan mengintai musuh.

“berdua aja deh. Kan lama gue gak ngobrol banyak sama lo. ntar gue anter pulang,” kata alvin tanpa melirik reaksi cakka pengen nyakar mendengar omongan alvin.
“ok deh. Jemput gue yah.” kata shilla nyengir.
 Tanpa mereka sadari, sedari tadi debo memandang shilla dengan tatapan ingin memiliki gadis itu, sebagai puncak dari petualangan cintanya semenjak dia tak bisa mendapatkan shilla. Entah sudah berapa gadis yang jadi korban napsunya sesaat. Dan dia ingin shilla yang terakhir.
“gue harus dapatin lo! gimanapun caranya!.” Tekad debo dalam hati.

 “Entar gue samperin jam 4 sore yah. Kka, gue pinjem cewek lo bentar yah? gak papa kan? lo mau ikut juga boleh.” Kata alvin sopan kepada cakka karna dia segan sejak pertama kali melihat cakka.
“Daripada gue pulang wajah bonyok sana-sini ditabok pacar sahabat gue, mending ijin dulu.” Kata alvin dalam hati.
Cakka  menganggukkan kepalanya.
“selesai tugas, langsung pulang! Jangan lama-lama!.” Bisik cakka di telinga shilla.
“bawel! Gue mau nginep sama alvin.” Kata shilla sambil melirik nakal alvin yang kedipkan mata dan buat cakka mulai keluar asapnya saking gemesnya.
“awas aja ampe beneran! Gak akan gue bukain pintu!.”
“emang gue peduli? Gue bisa tidur di tempat lain!.” balas shilla sengit
 “wah…lo lupa sama kita-kita deb?.” Tanya rio pura-pura sok akrab dengan debo  untuk menyelesaikan konfilik-bisik-panas telinga dengan sivia disampingnya.
“tentu saja gue inget! Lo rio kan? cewek lo mana? Si shanin?.” Tanya debo kaget karna tak menyangka dia akan diingat.
“Di Depok, gue sama dia beda fakultas.”

“Oh gitu,  Eh, kita cabut dulu yah, bye.” Pamit debo sambil keluar dari Puskesmas diikuti alvin yang sedari tadi geleng-geleng melihat shilla berantem dengan cakka, mulai dari cubit-cubitan pinggang, hingga saling injak kaki.
“Sial! Gue kira mereka gak ingat lagi sama gue! tunggu dulu…. gue merasa aneh dengan cakka, kok wajah dia kayak gak ingat sama gue yah? apa jangan-jangan.. heum.. menarik juga kalo dugaan gue bener.” Kata debo dalam hati.
 “betul kan vi! Dia debo!.” bisik rio di telinga  sivia ketika yang lain asyik makan kembali, seolah kedatangan mereka biasa saja.
“iya kak! Pantesan shilla kemaren noleh kearah temannya gitu dengan wajah ketakutan, gue rada-rada lupa wajah dia masalahnya kak. makanya gue minta lo yang nanyain.

“lo bener vi. Tapi gue yakin, selama cakka disamping shilla. Tuh anak gak papa. Lo kan bisa liat gimana cakka segitu overnya bila shilla dekat ma cowok? Yah..meskipun dia amnesia, tapi tetap aja hati dan pikirannya untuk shilla. Bukan ify.” bisik rio yakin.
“iya ka, Gue harap begitu.”


“lo itu kenapa sih?! heran gue!.” kata shilla sewot sambil menyeruput minumannya dengan emosi diubun-ubun karna lengannya dicubit cakka.
“lo beneran bakal tidur bareng alvin di pondok?! Gak akan gue ijinin!.”
“lo siapa gue jadi main gak ngijinin segala?! Terserah gue dong!.”

“SHILLA!.” Bentak cakka sambil berdiri yang buat  sivia sedang asyik kasak-kusuk dengan rio  mendadak terdiam.
“apa?! Marah? Silahkan!.” Tantang shilla ikutan berdiri dan berkacak pinggang.

Via langsung menenangkan pasangan aneh ini dengan mengipas-ngipasi keduanya dengan kipas colongan dari tangan oik. “gue tau harinya panas, tapi bukan berarti kalian ikut panas kan? ada apaan sih?.”
Shilla  pun menceritakannya ke via, yang lain mendengarkan hanya geleng-geleng kepala. “lo percaya sama omongan shilla,kka? ngawur gitu dipercaya!.”  Kata rio lalu meledaklah tertawa mereka.

cakka mendengar itu, hanya bisa garuk-garuk kepala salah tingkah dan menatap shilla yang ikutan tertawa. Merasa kalah, akhirnya cakka tertawa juga.
“gue balas lo shill.” kata cakka dalam hati.

“eh….. kami pulang dulu yah. gak papa kan?.” Pamit rio sambil bangkit dari duduknya diikutin yang lain.
“gak papa kok. hati-hati yah. thanks udah bawain makanan.” Kata shilla tersenyum.
“sip shill. duluan kka,shilla.” Pamit  yang lain lalu keluar dari Puskesmas dan berjalan menuju rumah.


Sepeninggal mereka, shilla langsung masuk ke dalam dan beres-beres peralatan diikuti cakka di belakang yang ikut-ikutan sibuk, lebih tepatnya memberantakkin semua alat yang dibereskan shilla. Dan membuat gadis itu naik pitam.

“cakka! lo gak ada kerjaan banget sih! Beresin lagi!.” teriak shilla sambil menunjuk seprai yang sudah diunyek-unyek sedemikian rupa oleh cakka.

cakka malah rebahan di kasur dengan tatapan sayu sambil memegang tangan shilla
 “bu dokter, saya sakit bu. sakit hati. Rasanya kayak nyut-nyutan gitu. obatnya apa yah bu?.”
 “racun tikus! Pasti langsung sembuh!.” Ketus shilla
“yah….. kok ibu dokter gitu sih? Ayo….. periksa saya bu.” kata cakka sambil menunjuk dadanya.
shilla berdiri di sampingnya dan meletakkan stetoskopnya seolah-olah cakka beneran sakit. Dia merasakan detak jantung cakka berdegup kencang, seperti bunyi drum berdentum-dentum ditelinganya.  Dia merasa wajahnya memanas ketika tangan cakka menyentuh wajahnya, menggenggam tangannya yang nangkring di dadanya dan seolah terhipnotis oleh cakka yang terus menatapnya sambil bangkit dari tidurnya lalu mendekatkan wajah kearahnya sambil memegang belakang lehernya supaya lebih mendekat, hingga mereka beradu hidung, beradu napas, dan……


Kring! Kring! “shilla….shillaaa…. ayo!.” Teriak alvin sambil terus membunyikan sepeda di luar sukses besar menggagalkan rencana caka.  shilla yang tersadar bahwa ini salah, langsung mendorong cakka menjauh dan keluar dari ruangan itu untuk mengetahui siapa yang datang.
 “kenapa gue jadi gini?! Sadar shill! dia udah punya cewek!.”

“Apaan vin? Lo nyolong sepeda siapa tuh?.” Tanya shilla ketika melihat sahabatnya dengan pede mengayuh ontel sambil terus membunyikan bel.
“ayo! Lo jadi ikut gak? enak aja nyolong! Gue pinjem ama pak kepala desa! Kalo jalan kaki lama shill, lumayan jauh.”
“yaudah deh, gue ambil tas dulu yah.” kata shilla lalu melesat masuk ke dalam.


“kka, gue berangkat dulu yah.” Pamit shilla canggung ketika cakka ada di belakangnya.
“iya. Hati-hati.” kata cakka juga ikutan canggung sambil melirik alvin sinis yang sukses berat menghancurkan adegan romantisnya.
“coba si alvin gak nongol, udah deh gue kissing ama shilla!” batin cakka mengeluh  *omg._.*

alvin yang merasa tatapan sinis cakka untuknya, merasa tak enak hati.
“kka, gue bawa shilla yah? gak gue apa-apain kok. entar gue anter ke rumah dengan sehat wal afiat.” Jelas alvin.
“horor bener tatapan cakka yah. kalah deh ama pelototan ayah gue!.”

shilla pun duduk dengan posisi menyamping karna dia memakai rok selutut bewarna hitam dan melingkarkan tangan kanannya di pinggang cakkka.

sepeda pun jalan mulai meninggalkan Puskesmas, entah kenapa cakka merasa tak rela tangan shilla melingkar di pinggang cowok lain, meskipun sahabat gadis itu sendiri.
“gila kayaknya gue! liat shilla gitu aja gue sewot setengah mati, giliran ify dekat sama cowok wajah preman pasar semua, gue cuek aja!,” batinnya.
Sambil memandang kepergian shilla yang semakin mengecil dan mengecil hingga akhirnya hilang dari pandangan, hilang jugalah perasaan yang menyelimutinya selama ini setiap dia dekat sama shilla. Akhirnya cakka memutuskan pulang kerumah sambil berusaha mengingat kejadian yang sebelumnya hilang dari otaknya. Yang dia yakini berisi kenangan yang jauh lebih indah dia rasakan sekarang dengan shilla.


                                                ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

shilla diam sepanjang perjalanan, alvin ngomong pun tak digubrisnya. Dia sibuk dengan perasaannya sendiri, sibuk merutuki kenapa dia mau-maunya dicium caka. dan itu membuat sebagian kenangan indah yang seharusnya dia buang dari dulu, muncul lagi.

alvin yang tak suka penumpangnya diem, mendadak mengerem sepedanya sehingga shilla refleks memegang erat pinggangnya. itu dia lakukan berkali-kali sampai kepalanya ditoyor shilla keras dan hampir buat mereka nyemplung ke sawah kalo saja alvin tak lihai.

“sompret lo shill! lo mau kita pulang bau lumpur sawah?.” Omel alvin.
“habis lo juga ngerem mendadak berkali-kali! gue kaget tau!.”
“siapa juga nyuruh lo ngelamun? Gue kan ajak lo kesini bukan ntuk melamun bareng shill! tapi supaya gue ada teman ngobrol!.”
“sorry vin. Gue lagi mumet masalahnya.” Kata shilla dengan suara minta maaf yang buat alvin tak tega untuk memarahi sahabatnya.
 “Emang lo ada masalah apaan?.” Tanya alvin.
“kalo misalnya lo punya pacar, terus lo disuruh nunggu ma pacar lo dan dia akan balik untuk temuin lo. terus di saat lo nunggu dia dengan sabar, ternyata dia balik dengan bawa cowok lain dan dia lupa sama lo! lo bakal apain?.” Pancing shilla.

“gue bunuh satu-satu! Aduh! Gue bercanda shill!.” keluh alvin ketika pinggangnya dicubit shilla hingga nyut-nyutan.
“gue serius alvin!.”
“iya….. gue tau. gimana yah? gue akan dekatin dia meski dia lupa sama gue, akan pamerin barang-barang yang pernah gue kasih dan gue ajak ke tempat yang sering kami samperin. Soal pacarnya marah apa enggak, urusan nanti. Emang apa hubungannya sama masalah lo shill?.” tanya alvin.

shilla diam, bimbang antara ingin menceritakan masalahnya ke alvin, sahabat yang paling dia percaya,atau dia simpan karna takut alvin keceplosan membocorkan rahasianya kalo dipaksa debo.
 “tuh kan lo ngelamun lagi. gini aja shill. gue gak maksa lo cerita. Karna gue tau lo dari SMP. Tapi kalo lo gak bisa mendam, lo cerita sama gue semuanya. Jangan disimpen. Entar gila.” Kata alvin.
“iya de. Thanks yah.” kata shilla tersenyum karna dia tak harus menceritakannya untuk saat ini.

“yup. Eh shill. lo masih inget sama dayat gak? cowok yang selalu nembak lo dari kelas satu ampe kelas tiga itu? Saking bosannya, lo minta gue untuk jadi pacar boongan biar dayat nggak nembak lo lagi.” Kata alvin mengorek ingatan shilla.


shilla kelihatan berpikir, lalu dia manggut-manggut “gue inget! Yang badannya gendut, terus pake kacamata itu kan? emang ada apa?.”
“iya! Gue kan kemarin ke Bandung untuk reunian SMP, gue ketemu dia dan kami nostalgia gitu. terus dia nanya soal lo. karna gue gak contact sama lo lagi, gue jawab gak tau.”

“oh….. by the way, masih lama gak nih?.” tanya shilla.

“itu Pondoknya. Lo turun deh shill.” pinta alvin dan shilla langsung turun sambil menunggu alvin memarkir sepedanya.

sesampai di Pondok Budi Asih, Pondok khusus merawat orang-orang gangguan mental. Mereka disambut ramah oleh Ibu Odah, sebagai ketua Pondok ini dan mempersilahkan mereka masuk sambil memeriksa pasien yang ada.


 Mereka memasuki kamar satu-persatu, alvin memeriksa kejiwaan mereka dengan mengajak ngobrol sambil direkam lewat tape recorder yang dia sembunyikan, sedangkan shilla memeriksa kebersihan ruangan sambil ngajak ngobrol Bu Odah.


Semua kamar mereka periksa, hingga satu kamar terakhir mereka datangi.
“Mas alvin, Mbak shilla. Ini pasien terakhir kami. Dia paling muda disini. umurnya 11 tahun.” Jelas Ibu Odah.

“makasih Bu.” kata alvin lalu duluan diikuti shilla.

Ketika mereka masuk sebuah kamar berukuran 4x3 meter, dilengkapi jendela besar dan pandangan ke taman, mereka melihat gadis dengan badannya kurus, rambut awut-awutan dan duduk di pojok kamar sambil mengulum jempol tangannya dan kadang nyengir sendiri sambil melototi shilla, yang dianggap asing baginya.

shilla takut dengan tatapan gadis itu, Cuma tak dinampakkannya. Sedangkan alvin yang sudah mahir berurusan, langsung duduk di lantai bersama gadis itu. Lalu mereka mengobrol. Entah apa yang diobrolkan. Tak terdengar jelas.


“Ibu, nama dia siapa?.” Tanya shilla kepada Ibu Odah ketika gadis itu berkali-kali meliriknya.
“dia keke. Dia disini karna tekanan mental yang sangat parah. Dia dulu saksi pembunuhan sadis ibunya saat umur 10 tahun oleh ayahnya sendiri dan dia disiksa ayahnya yang pemabuk sampai diperkosa.” Jelas Ibu Odah pelan membuat shilla memekik ngeri.
“Astaga! terus ayahnya sekarang gimana? Dia kenapa jadi sampai disini?.”
“dia disini karna tetangga membawanya. Ayahnya dipenjara, Maaf ya Mbak shilla kalo dia menatap mbak mulu, dia tak bisa akrab dengan orang asing, Ibu salut sama teman mbak itu, gigih bener dekatin keke. Awalnya keke ngamuk, teman Mbak dilemparin ini-itu, tapi dia tetap aja cuek dan dekatin keke sampai akhirnya gadis itu luluh.” Jelas Ibu Odah panjang lebar.

“alvin memang begitu bu. orang gila di depan sekolah aja dia ajak ngobrol. Sampai dikejar-kejar malah karna diangap anaknya yang ilang.” Kata shilla ketika mengingat alvin sering mengajak orang gila yang sering duduk di trotoar ngobrol setiap pulang sekolah.


shilla merasa terenyuh melihat gadis itu, dia mendekati alvin yang asyik mengobrol seolah-olah keke itu gadis normal. Lalu dia mengulurkan tangannya dan tersenyum.
“hai sayang. nama kamu siapa?.” Tanya shilla memberanikan diri mengenalkan dirinya.
keke terlihat bingung lalu menatap alvin dengan matanya yang cekung namun indah. alvin tersenyum manis. “tuh kak shilla yang kakak ceritain. Kenalan dulu.” Kata alvin

Perlahan, keke membalas uluran tangan shilla dan tersenyum sehingga giginya yang gingsul menambah manis senyumnya. “A….Aku….. keke Kak… shil…laa….”

Merasa diberi harapan, shilla berusaha tak mensia-siakannya. Mereka saling ngobrol sehingga keke yang terlihat menyeramkan, kini terlihat bahwa sebenarnya dia periang. Cuma karna tak ada yang bisa mengajaknya ngobrol, membuatnya selalu teringat traumanya. Dan harus ada usaha keras untuk bisa merobohkan tembok besar yang mengurung diri gadis itu, tembok yang dia bangun sendiri, dari trauma, kebencian dan kesakitan yang tak bisa dia ucapkan.

Diam-diam, shilla kagum dengan alvin yang gigih mendapatkan apa yang dia inginkan, meskipun itu dianggap gila. Dia cuek saja. Itulah mengapa dulu dia sempat menyukainya sebelum akhirnya dia lebih memilih persahabatan.

asyik ngobrol, kadang diselingi canda, akhirnya mereka memutuskan pulang karna hari sudah mulai senja. shilla yang sebenarnya tak ingin berpisah dengan keke, Cuma bisa menatap alvin sedih. “gue janji besok lo akan selalu gue ajak kesini. Untuk ketemu keke.” Kata alvin.

shilla Cuma nyengir bahagia lalu memeluk keke walau badannya bau karna jarang mandi, dia tak peduli. “besok kakak kesini lagi kok ke.. Kamu pengen kakak bawain apa?.” Tanya shilla ramah.

seumur hidupnya, tak ada yang ramah kepada keke, tidak orang tuanya. Apalagi ayahnya. Justru dia mendapatkan kasih sayang orang tua dari Ibu Odah. Dan kini dia dapatkan bagaimana kasih sayang antara adek dan kakak dari orang yang baru dia kenal.
“keke  mau boneka. Dan keke mau dandan cantik. Sama kakak.” Jawab keke polos dan bikin hati shilla serasa ngilu karna seumur dia, yang seharusnya bergaul dengn teman sebayanya. Bukan berada disini, di tempat yang justru membuatnya semakin ditutupi oleh trauma.
Air mata serasa ingin turun dari pipi shilla saat itu juga, namun ditahannya.
“iya sayang. kakak akan bawain barang-barang biar kamu cantik. Kakak pulang dulu yah.” kata shilla lalu mengecup kening keke dengan sayang dan keluar dari ruangan bersama Ibu Odah dan alvin.

mereka berjalan hingga keluar pondok, lalu alvin mengambil sepedanya sedangkan shilla ngobrol dengan Ibu Odah.
“makasih Bu. besok saya akan kesini lagi dengan alvin. Permisi bu. salam buat keke.” Pamit shilla diboncengan alvin lalu melambaikan tangannya ke Ibu Odah yang semakin lama, semakin menghilang.


Sepanjang perjalanan, mereka sibuk membahas tentang kejiwaan keke. Karna alvin tau lebih banyak, shilla lebih memilih jadi pendengar saja.
 “lo kok tau pondok itu vin? Sejak kapan lo dekatin keke?.”
“lo kayak gak tau gue aja shill. gue waktu disuruh KKN kesini, kampus gak ada nyuruh nginap, gue udah nginap duluan sambil mempelajari sifat masyarakatnya, sekaligus mencari Panti atau Pondok yang khusus untuk orang kelainan mental. Terus gue ketemu dengan Ibu Odah dan gue dikenalin dengan keke. Wah…. Tuh anak gila shill! gue datang malah dilempar sandal lah, bantal, guling dsb. Terus gue diteriakkin kata-kata kasar gitu.” cerita alvin.
“terus gimana lo bisa naklukin keke? Kok sama gue gak sesadis yang lo ceritain yah?.” tanya shilla bingung.
“batu besar kalo ditetesin air secara terus-menerus, pasti hancur kan?*nyobain ahh._.* begitu juga dengan gue dekatin keke. Gue dekatin dia, ajak dia ngobrol, perlahan, dia mulai terbuka dan menceritakan pengalaman pahitnya tanpa beban, tapi bikin miris hati gue. karna  gue kemaren cerita kalo hari ini,  gue mau ajak sahabat gue waktu SMP. Dan dia tanya siapa, gue ceritain aja tentang apa yang gue inget tentang lo.”
shilla hanya mangut-mangut mendengar penjelasan alvin sambil menikmati semilir angin malam menerpa wajahnya.

“thanks ya vin udah anterin gue pulang. Besok kita kesitu lagi yah? hati-hati vin.” Pesan shilla ketika sampai di depan pintu rumah.
“sip. Tentu saja. Janji adalah hutang shill. lo jangan bikin dia kecewa. Karna hatinya sensitive banget kalo sudah menyangkut janji. Gue cabut yah. bye kka. Bye shill”pamit alvin ketika melihat cakka menatapnya tajam kea rah shilla, seperti seorang ayah marah karna anak gadisnya pulang malam.

cakka mengatur napas, lalu tersenyum. “kemana aja lo shill? ada cerita gak?.” tanya cakka ketika shilla hendak masuk rumah.
 shilla langsung duduk di samping cakka sambil menceritakan pengalamannya bertemu keke, gadis yang menurutnya sangat istimewa. Dan shilla sangat memuji alvin, yang bikin cakka panas.
“Wah!! Pokoknya alvin the best dah kka! sahabat gue paling cakep, paling baik, dan paling apa aja boleh! Besok gue mau ke tempat keke lagi bareng alvin. Asyik!.”
 “ngapain sih shilla muji tuh alvin?pake acara senang lagi! Bener-bener deh!,” Gerutunya dalam hati.
“yaudah. Asal lo seneng, gue juga ikut seneng shill. udah mandi sana! Bau!.” Kata cakka sambil mengacak rambut panjang shilla.
“oke deh. Yang lain mana kka?.” tanya shilla berdiri didepan pintu.
“lagi nyamperin undangan aqiqah dari tetangga.”
“kenapa lo gak ikut?.”
“kalo gue ikut, yang bukain lo pintu siapa? Lagipula lo cewek shill, gak mungkin sendiri di tempat yang asing. Mending gue tinggal aja. udah mandi sana! Bikinin gue makanan yah, lapar.”
“iya bawel.”

Shilla pun masuk ke dalam rumah untuk mandi sambil memikirkan apa yang dia buat untuk makan malamnya.
“kalo gak salah, ada mie goreng deh di dapur. Gue bikinin itu aja deh. Simple.” Gumamnya sambil  berpakaian lalu keluar dari kamar untuk memasakkan mie untuknya dan cakka.
 selesai, akhirnya shilla meletakkannya dalam satu mangkok gede dan membawanya ke meja makan. lalu dia meletakkan peralatan makan di meja dan memanggil cakka yang masih duduk di teras menulis laporan.

“cakka…..udah gue bikinin tuh. Ayo! Gue lapar.”
“panggil sayang dulu dong, baru gue mau masuk.” Sahut cakka genit di teras.

“ini cowok minta jitak kayaknya!.” Gerutu shilla dengan wajah merah dia menghampiri cakka ke luar.

“lo itu yah! udah gue bikinin juga! Gue lapar kka!.” gerutunya lalu tangannya menjitak punggung cakka.

“lapar yah?.” kata cakka dengan genitnya sambil mengedipkan matanya sebelah.

“ish! Apaan nih anak? Bikin gue gak karuan deh.”

“Kyaaaaa...!! Turunin gue! turunin!.” Teriak shilla ketika tubuhnya sekarang digendong cakka dan mau tak mau dia melingkarkan tangannya di leher karna takut jatuh dan menutup matanya karna malu.

ketika kakinya menginjak lantai, dia membuka matanya. Ternyata cakka menggendongnya sampai ke meja makan. dengan wajah tersipu-sipu, dia mengambil piring cakka untuk menuangkan mie, tapi ditahannya.

“udah. Daripada tugas lo tambah banyak karna nyuci piring, mending satu mangkok berdua deh.” Kata cakka lalu beralih duduk disamping shilla dan mulai menyuapkan mie goreng itu ke mulut shilla, namun ditolak.

“gue bisa makan sendiri.” Tolak shilla dengan wajah merah dia mengambil sendok di sampingnya dan akhirnya pasrah mengikuti keinginan cakka.  makan mie semangkok berdua. *dududu
selesai makan, mereka membereskan meja dan membawanya ke dapur. cakka pun membantu shilla mencucikan piring sambil melamun.

“kayaknya gue pernah dalam kondisi ini. Tapi kapan?.” Batin cakka bertanya-tanya

selesai semuanya, datanglah rio dan yang lain dengan wajah kecapekan dan langsung masuk ke kamar masing-masing sambil menguap dan mengucapkan selamat tidur pada shilla yang ikutan ngantuk.

“gue tidur dulu ya kka.” katanya sambil masuk kamar tanpa melirik cakka yang senyum-senyum jahil.

shilla bingung melihat kamarnya tiba-tiba berubah. Yang seharusnya ada dua buah koper di dekat lemari, berubah menjadi satu koper dan tas ransel. Dan banyaknya alat-alat berbau pria menyadarkannya pada satu hal, dia memasuki kamar cakka yang dia kira kamarnya.
 “eits….mau kemana sayang?.” tanya cakka dengan ekspresi mesum melihat shilla melirik pintu , bermaksud ingin kabur. Namun tertutupi oleh tubuh cakka.

“gue mau tidur kka, gue capek, please…..”
“oke, Ada syaratnya.” Kata cakka masih nyengir.
“apaan?.”

cakka berjalan mendekati shilla, mengikuti jalan pikirannya dia mengelus rambut  shilla yang tergerai dan mencium puncak kepala gadis itu lalu mengecup kening dan kelopak mata shilla yang terpejam pasrah. Lalu dia mendekatkan wajahnya dan bisa merasakan hembusan napas memburu dari shilla dan bibir tipisnya bergetar. Lalu cakka menyentuh bibir itu dengan tangannya dan mengelusnya, kemudian mendekat…dan mendekat…..

TOK….TOK….TOK… bunyi pintu rumah diketuk sukses berat menggagalkan rencana cakka untuk mencium shilla. shilla yang mendengar itu, langsung membuka matanya dan mendorong cakka ke pinggir lalu keluar.
“ada apa bu?.” tanya shilla ramah ketika melihat ibu-ibu membawa rantang dan menyodorkannya ke shilla dengan tatapan terpaku penuh kagum melihat cakka berdiri di belakang gadis itu.

“ini tadi ibu adain aqiqah buat anak ibu. Terus ada kelebihan. Yaudah ibu mau ngasih ini ke kalian.” Katanya sambil matanya tak lepas dari cakka yang tersenyum.

“makasih yah bu. maaf tadi kami gak bisa mampir. Soalnya ada urusan. Besok akan kami kembalikan rantang ibu.” Jawab cakka.

“iya Mas. Ibu duluan yah. permisi.”

shilla pun menutup pintu dan membuka tutup rantang untuk melihat apa isinya. Ketika dia mencium bau karih kambing, perutnya mendadak mulas dan rantang itu langsung dia berikan ke cakka.
“lo bawa ke dapur yah. gue mau tidur.” Lalu shilla langsung masuk kamar karna tak tahan mencium bau kambing.

cakka ikutan ngantuk, meletakkan rantang itu di ruang tamu dan masuk ke dalam kamar untuk tidur.


♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪


Since I found you, I swear, I’ll never let you go with another man. Cause, you’re my soulmate.

Selama tiga Bulan mereka KKN, selama itu juga setiap sore shilla dan alvin ke Pondok untuk menemani sorenya keke yang setia menunggunya. Seperti sekarang ini, keke jauh lebih cantik berkat polesan shilla, badannya mulai wangi dan dia ternyata anak yang cerdas.

“Kakak….. bagus gak?,” tanya keke mendekati shilla yang asyik berdiskusi dengan alvin dan memutar tubuhnya.

shilla menatap keke, dia melihat bahwa gaun-gaun punya sepupunya seumuran keke yang dikirimkan ray pas di badan keke yang mungil.
“Bagus kok. keke cantik banget yah.” Puji shilla sambil mencubit pipi keke yang mulai tembam.

“Kakak….. jangan tinggalin keke yah?,” katanya polos bikin shilla menatap alvin, minta jawaban.

“keke, kalo kak shilla gak bisa kesini lagi, soalnya dia akan balik ke Bandung, tapi kamu jangan sedih, kakak akan datang kesini kok, setiap sore, temanin keke, gimana?.” Tanya alvin sambil jongkok di hadapan keke lalu tersenyum.

“keke mau ikut kak shilla aja, soalnya kak shilla cantik, kayak boneka, keke suka liatnya,”

shilla pun garuk-garuk kepala melihat keke yang begitu manja padanya. Satu sisi dia ingin bawa gadis itu pulang kerumah, jadi adeknya karna dia suka sama anak kecil. Tapi di sisi yang lain, keke masih punya Ayahnya, walaupun dipenjara.

“Kakak gak bisa sayang, soalnya…,” dan ucapan shilla pun teryous karna bingung mau ngomong apa lagi.
“Soalnya nanti Ibu Odah sedih kalo keke ikut kak shilla, Kan Ibu Odah sayang sama keke, keke sayang gak sama Ibu Odah?.” Jelas alvin.

Keke pun terdiam lalu menatap shilla lama, dia sangat menyukai kakak yang ada didepannya ini, karna hanya dialah yang mengerti dirinya saat ini, dan bersikap ramah dengannya, selain alvin tentunya.
“keke sayang sama Ibu Odah, yaudah deh, keke gak jadi ikut Kak shilla , tapi kakak janji yah selalu mampir kesini nemuin keke,” sambil mengulurkan dua jari kelingking kea rah shilla dan alvin
.
“Tentu saja sayang, kakak janji,” kata mereka berdua menautkan jari kelingkingnya dan memeluk keke
. 
“Kita pulang atau shalat disini dulu shill?,” tanya alvin ketika shilla asyik menguncir rambut keke.

“Shalat disini yuk, baru pulang, gak papa kan?,”
“Gue juga maunya begitu shill, tapi kan ntar malam, gelap, sepi, gue sih gak papa shill, udah biasa, tapi masalahnya lo cewek, cantik lagi!, gue takutnya kalo kenapa-napa aja di jalan ntar dan gue gak bisa nolongin lo.”

shilla memainkan ujung rambut keke, sejujurnya dia tak ingin pulang, dia masih ingin bersama keke, adek barunya, tapi, dia membenarkan kata alvin, daripada kejadian beneran, mending ngehindar.

“Yaudah deh, keke, kakak pulang yah, besok kakak kesini lagi,” kata shilla sambil mencium kedua pipi keke dan dibalas pelukan.

“Kakak alvin pulang dulu yah, bye keke,”

akhirnya, mereka pulang menyusuri hutan dengan sepeda ontel kesayangan pak Kepala Desa sambil sibuk komat-kamit dalam hati membaca Surah-Surah untuk menenangkan hati mereka.

“Sekali-Kali lo ajak cakka shill, kan asyik tuh,”
“Enggak deh, gue berfirasat kalo bawa dia bakal jadi petaka gitu,” kata shilla membayangkan gimana jadinya reaksi Ibu-Ibu kalo melihat cakka, dijamin kerusuhan massal.

“Cowok lo  terlalu ganteng sih untuk ukuran manusia, jadi pada histeris Ibu-Ibu yang liat, Sampe-sampe temen-temen KKN gue yang cewek liat cakka kayak liat apa gitu,” kata alvin geleng-geleng ketika teringat reaksi teman-teman ceweknya, mirip pasien baru masuk Rumah Sakit Jiwa, Histeris.


shilla cuma tertawa mendengar keluhan panjang lebar alvin tentang cakka yang selalu menatapnya kayak ingin menguliti hidup-hidup kalo dekat dengan dirinya.

Curahan Hati Seorang alvin pun berhenti ketika tiba di depan rumah, dan dia bersyukur karna tak ada cakka duduk di depan pintu, dengan tatapan tajamnya yang bikin bulu kuduk alvin pada tegak semua.

“Tumben pacar lo gak jadi penjaga pintu shill,”
“udah pensiun kali, gak dapat gaji, Cuma dapat gigitan nyamuk doang,” kata shilla pura-pura cuek, padahal penasaran.
“tuh kunyuk omes mana yah?,” batinnya.
“gue pamit dulu shill, bye,” kata alvin lalu mengayuh sepedanya menembus malam.
Shilla  pun memegang gerendel pintu, ternyata tak dikunci, berarti ada orang didalam, dia masuk dalam rumah dan mengunci pintu, ketika lewat di depan kamar cakka, dia mendengar suara bentakan, pensaran, akhirnya dia menguping.
“Kamu ini kenapa sih fy?! Kamu gak percaya sama aku?! aku benar-benar sibuk!,” bentak cakka ditelpon.
“Masa kamu saking sibuknya gak pernah balas sms aku lagi?! gak pernah telpon aku lagi?! atau Jangan-Jangan kamu sibuk godain shilla?!,” ify meradang di telpon.
“Astaga ify! jauh banget kamu mikirnya yah! aku benar-benar sibuk! Dan disini susah nyari sinyal HP Shil!,”
“oh,,, berantem ternyata,” batin shilla.
“Alasan! Bilang aja tebakan aku benar! Kamu sibuk godain shilla kan?!,”
“kamu bisa gak sih, GAK USAH BAWA NAMA DIA DISINI! dia gak ada urusannya dengan urusan kita fy! Ingat itu!,” cakka semakin ngamuk ketika nama shilla selalu disangkut-pautkan dengan pertengkaran mereka.
“Bilang aja iya kka! kamu dekatin shilla kan sekarang?! Buktinya, kamu selalu bela dia tiap aku sebut namanya! Kamu duain aku?!,”

Cakka mengacak kepalanya frustasi, tanpa menyadari dibalik pintu, shilla mendengar pembicaraan mereka. Ikutan tegang.
“Aku bela dia karna…” kata cakka terdiam, bingung mencari alasan.
“karna apa? Karna kamu sekarang lebih suka sama dia daripada sama aku, pacar kamu sendiri?!.” ify semakin ngamuk ditelpon.

“Kamu kenapa sih fy? Selalu menyalahkan shilla kalo kita berantem?!.”
“Karna puncak masalahnya ada di shilla! Semenjak kamu ketemu dia, kita selalu berantem! Dan aku sudah pusing dengan semua ini! Aku ingin putus!.”

“OK! Kita putus!.” KLIK. Telpon penuh emosi membara bikin panas telinga dan otak akhirnya kelar juga. cakka pun rebahan di tempat tidur sambil memandang langit-langit kamarnya.
“kalo dipikir-pikir iya juga sih, semenjak ketemu shilla, gue mulai bosan sama ify. dulu cinta banget. Ngomong-ngomong tentang shilla, tuh anak udah pulang belum yah?.”

cakka bangkit dari tempat tidur. shilla yang masih ngintip di depan pintu, mendengar bunyi tempat tidur berderik, dia buru-buru duduk diruang tamu sambil membaca buku, agar tak ketahuan nguping.


“shill, lo kapan pulang? Kok gue gak dengar? Sejak kapan lo bisa baca buku kebalik?.” cakka ngikik melihat shilla membaca buku kebalik.

yang disindir, Cuma nyengir gak keruan dan memutar bukunya. “ gue baru aja nyampe, udah diketok gak ada yang dengar, yaudah gue masuk aja karna pintu tak dikunci”
“oh… lo gak dengar gue telponan kan?.” dengan mimic gugup kalo shilla dengar dia putus.

“enggak, gue kan baru aja nyampe, gue masuk kamar dulu yah, mau tidur.” Sambil masuk kamar dan menutup pintu dan bersandar dibelakang pintu.

“mereka putus! Gue harus senang apa sedih yah?,”

“ah, daripada mikirin mereka yang belum tentu mikirin gue, mending gue nulis laporan.” Katanya sambil mengambil buku laporan segede kamus dan keluar dari kamarnya.

“kok keluar lagi?, katanya mau tidur?.” Dengan mimic bingung karna melihat shilla keluar kamar sambil nenteng buku.
“gue belom nulis laporan,”
“yaudah shill, bareng kita aja nulis laporannya.”  Ucap sivia sambil menawarkan duduk disampingnya, dan mereka mulai menulis laporan bersama, sesekali berdiskusi.


jam di dinding menunjukkan 22.30.sivia , peserta terakhir, menyerah menulis laporan, akhirnya dia menutup bukunya setelah menguap berkali-kali. “gue tidur dulu yah, ngantuk berat. Bye semuanya.” Sambil berjalan terhuyung-huyung menuju kamarnya.


“lo gak tidur shill? ini udah jam 11 loh.” cakka sambil melirik jam dinding ketika melihat gadis itu masih melek menulis laporan, padahal yang lain sudah tepar semua.
“gue masih banyak nih, lo kalo mau tidur, tidur aja, gak usah nungguin gue.” tanpa melepas tatapannya dari laporan.
“yaudah gue masuk kamar dulu yah, bye.” Sambil berdiri didekat shilla lalu mencium kepalanya dan masuk kamar.


Yang dicium malah cengengesan malu, kemudian asyik melanjutkan tugasnya, sesekali mengelus kepalanya yang dicium cakka dan tersenyum malu.

 “Tuh anak udah tidur belum yah?, kok gue gak dengar dia masuk kamar?, apa jangan-jangan ketiduran? Ini udah jam 12 malam.” sambil menatap langit-langit kamar dengan gelisah memikirkan shilla.
“ah, gue keluar aja deh, perasaan gak tenang nih,” akhirnya dia bangkit dari tempat tidurnya untuk memastikan.
 “ketiduran disini dia ternyata!,” gumam cakka ketika melihat shilla tertidur di kursi tamu tanpa melepas kacamatanya sambil meringkuk karna kedinginan, padahal sudah mengenakan sweater.


Kasihan, akhirnya dia membereskan hasil laporan shilla dan melepas kacamata yang bertengger lalu diletaknya di meja, dan dia menggendong gadis itu ke kamar.

Dia keluar lagi untuk mengambil barang-barang shilla yang dia letakkan dimeja tamu, lalu diletakkannya dimeja rias gadis itu. Dan duduk disampingnya sambil mengelus rambut panjang shilla,  kebiasaan yang dia sukai.

“shill, gue pernah gak di posisi seperti ini? Posisi gue selalu gendong lo kalo ketiduran?, hati gue bilang iya, tapi kenapa gue gak bisa inget?, gue ingin inget semuanya shilla,” sambil terus mengelus rambut dan pipinya yang memerah lalu menciumnya.


Entah bisikan Setan atau Malaikat atau juga hatinya sendiri, akhirnya dia mendekatkan wajahnya ke wajah shilla sambil mengelus bibirnya yang tipis dan memerah , semakin dekat, semakin dia merasakan napas tenang dari shilla, kontras dengan napasnya yang menderu karna gugup, mereka beradu hidung, beradu napas, dan…

Perlahan, shilla menggerakkan tubuhnya kesamping, menjauhi cakka, membuat rencananya gagal untuk kesekian kalinya, dia tersenyum sambil mengecup kening shilla lalu keluar dan perlahan menutup pintu.

keesokan paginya…..

“shill, bangun shill! kita Sosialisasi shill hari ini!.” Ucap sivia sambil mengguncang tubuh shilla pelan, diikuti angel yang menggelitiki kakinya dan oik yang mencubit-cubit tangannya.

“Aduh! Apa?! Sosialisasi yang bareng anak Psikologi itu?!.” Sambil terbangun karna panic dan kesakitan karna tubuhnya dicubit segala arah.
“yap! Kami udah siap nih, tinggal nunggu lo aja lagi! tadinya sih cakka pengen bangunin lo, tapi katanya gak tega.”
“astaga! kalian duluan aja deh, entar gue nyusul, ok? di Puskesmas kan ngumpulnya?.” Sambil duduk disisi ranjang dan pasang wajah menyesal.
“di Balai Desa dulu, baru kita keliling, yaudah deh, kami duluan yah, kunci pintunya shill.” Ucap sivia sambil memperingatkan karna dia tau kebiasaan buruk shilla, lupa mengunci pintu.

“ok deh! Yuk keluar!,” kata shilla sambil merangkul mereka dan sesekali mencubit oik sebagai balasan.



“lo beneran shill nyusul? Gue tungguin gimana?,” Entah kenapa dia merasa cemas meninggalkan shilla sendiri.
“beneran cakka, gue gak papa sendiri, selesai mandi dan beres-beres gue nyusul kok,” kata shilla sambil tersenyum dan mendorong cakka keluar karna sudah ditinggal.

 “Ayo cakka! buruan!,” teriak rio didepan halaman.
“tuh lo sudah dipanggil mereka, buruan kesana gih.”
“gue berangkat yah, hati-hati shill, feeling gue gak tenang.”
“iya… lo negative mulu deh, udah sana, Bye semuanya.” Sambil melambaikan tangannya dan tersenyum melihat cakka yang melirik cemas kearahnya.
“kenapa firasat gue dia bakal diapa-apain yah? apa gue pernah ngerasain seperti ini sebelumnya?.”

shilla pun menutup pintu tanpa mengunci pintu rumah, karna dia merasa aman-aman saja.


tapi, firasat itu benar, prasangkamu salah. Karna dia ada, meneror hidupmu.


selesai mandi kilat, dia langsung masuk kamar untuk berpakaian tanpa mengunci kamarnya, karna baginya, siapa juga yang bakal masuk kekamarnya?
 tanpa dia sadari, seseorang yang sudah mengintainya selama 3bulan, akhirnya tersenyum lebar karna bisa mendapatkan mangsanya setelah penjaganya yang membuat dia tak bisa menyentuh gadis itu, pergi.



Di tempat lain,

“shilla udah datang vi?,” tanya cakka cemas karna melihat shilla belum datang, padahal acara mau dimulai.
“gue belum liat tuh, mungkin masih dijalan, Eh itu alvin, mending lo tanyain deh.” Jawab sivia sambil menunjuk alvin yang baru datang.

Panic, cakka pun mendekati alvin yang asyik ngobrol dengan teman-temannya
 “vin loe liat shilla gak?,” tanyanyaa tanpa basa-basi.
alvin kaget karna baru datang langsung ditodong pertanyaan. “gue gak liat dia, dia gak bareng lo?.” alvin balik bertanya.
“kalau ada,gue juga gak bakalan nyari dia vin,”


Dia keluar dari Balai Desa untuk melihat apakah ada shilla atau tidak, karna perasaannya sangat tidak tenang, seolah ada terjadi sesuatu, tapi dia tak tau apa.
“bisa gila gue kayak gini! Ayo shilla… datang shill! agar gue tenang!.”

merasa menunggu tak berarti, sedangkan perasaannya sibuk memaksa untuk segera mendatangi shilla kerumah, dia memutuskan masuk kembali keruangan dan melihat angel dikerubungi ibu-ibu.

“ngel, kalo ada yang nanya gue kemana, lo bilang aja gue nyusul shilla, gak tenang perasaan gue daritadi.” Sambil mencolek punggung angel.
“Ok deh kak,” kata angel mengacungkan jempol lalu berbalik menghadapi “serangan” ibu-ibu yang sekarang berganti pertanyaan dari bagaimana cara mengobati bayi menjadi apakah cakka udah nikah apa belum, maksudnya biar dijodohkan dengan anak gadis mereka masing-masing.(?)

“alvin! Gue pinjam sepeda lo yah!,” teriak cakka ketika melihat alvin lewat didepannya sambil membawa kotak air minuman.
“Ok kka!.”

“tunggu gue shill!,” gumam cakka mengayunkan sepeda menuju rumahnya dengan perasaan tak menentu.



di tempat shilla….
terdengar pintu kamarnya terbuka pelan, shilla yang asyik memakai baju tanpa lengan sambil membelakangi pintu tak mendengar karna telinganya disumpal headset.

“Mmphh…” teriak shilla panic karna mulutnya ditutup oleh seseorang dari belakang dan kemudian, dia didorong kasar ke ranjang hingga hpnya dan headsetnya terbanting dan ketika menoleh siapa yang berbuat ajar kepadanya, dia kaget ketika melihat orang itu, yang sudah menghancurkan hidupnya, hadir lagi.


DEBO..

“Hai shilla, tambah cantik aja lo sekarang.” Sapa debo tersenyum sinis kemudian mendorong shilla lagi ke ranjang ketika gadis itu ingin kabur.

“ngapain lo disini?! keluar! atau gue teriak nih!.” dengan wajah panik dia berusaha berdiri lagi namun gagal karna kedua kakinya sekarang ditindih debo.
“silahkan teriak cantik, gak bakalan ada yang dengar, hahaha.” Sambil tertawa puas dia duduk diperutnya hingga gadis itu sesak napas lalu menarik kasar kedua tangan gadis itu keatas ranjang dan mengikat erat hingga shilla kesakitan.

shilla berusaha berontak dengan menendang kedua kakinya yang bebas, namun sia-sia karna debo masih betah berada diatas tubuhnya sambil mengelus wajahnya, kesal, akhirnya dia menarik lututnya kea rah belakang tubuhnya dan BUK! Lututnya mengenai punggung debo.
“Argh! Sialan lo shill!,” kata debo lalu tanpa ampun menarik rambut shilla keras hingga dia kesakitan, seakan-seakan seluruh rambutnya akan terlepas dari kepalanya.
“sakit kak! Sakit! Lepasin tangan lo!,” teriak shilla sambil berusaha menarik kakinya kea rah  punggung debo berkali-kali dan wajahnya berusaha noleh kesamping untuk menggigit tangan debo yang masih menyakiti rambutnya.


kesal karna dilawan, akhirnya dia turun dari tempat tidur dan mengambil dua tali untuk mengikat kaki shilla yang jenjang sesekali mengelusnya lembut sambil tersenyum melihat shilla tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan menggigit bibirnya ketika elusan tangan debo berada di lututnya, secara berulang-ulang.

“kak, please,, lepasin gue! jangan siksa gue!.” Pinta shilla sambil memohon dan air mata menetes.
“gue gak akan nyiksa lo kok, asal lo gak melawan. Bisa?.” Sambil mengelus wajah shilla yang basah dengan air mata lalu gadis itu membuang muka.

“kayaknya jawaban lo enggak deh, ckckck,,, lo selain cantik, melawan juga yah, tertantang gue.” Ucap debo sambil tersenyum dia mengeluarkan pisau dari kantongnya dan membuat aliran darah seakan berhenti ketika ujung pisau itu menyelusuri lekuk wajahnya, lehernya , lekukan pinggangnya hingga terakhir kakinya yang terikat.

“Kak,,, please kak,,, lepasin, Jangan… jangan…” dengan wajah memelas dia berusaha menatap debo yang masih berusaha meruntuhkan mentalnya, melemahkan pertahanannya.

merasa belum puas menyiksa shilla, dia meneruskan mengelus ujung pisau di tubuh shilla yang geliat-geliat menghindar, mengelus lembut pipinya, bibirnya. “lo cantik kayak gini shill, bikin gue gimana gitu.” sambil mengecup pipinya yang sudah basah dengan airmata lalu menjilatnya.(-,-)

 Jam di dinding menunjukkan 12.00 siang, entah sudah berapa jam dia menjadi “permainan” debo yang semakin menikmati ketidak berdayaannya.

“kenapa diam shill? lo gak nikmatin permainan gue?,” tanya debo dan dibalas dengan lengosan.
“Ya Allah, tolongi Hamba-Mu ini Ya Allah.”

di depan rumah…

cakka tiba didepan rumah dengan ngos-ngosan karna mengayuh sepeda hasil pinjam dari alvin. Dan tiba-tiba….

“Aaaa!! Lepas! Lepas! Sakit!,” teriakan nyaring membuat cakka serasa nyawanya hendak copot ketika mendengar teriakan kesakitan dari cewek yang dia jaga dan membuatnya gila.

dia langsung lari masuk rumah tanpa mempedulikan sepeda alvin yang tergeletak ditanah, pikirannya Cuma satu, Shilla.

BRAK! Pintu ditendang dengan keras, dan dia melihat shilla dengan posisi terikat sedang berusaha mencari napas karna lehernya dicekik dan rambutnya ditarik oleh seseorang yang bernapsu menyiksanya.

Buk! Dengan sekali tarik, cowok itu tersungkur kebelakang dan dengan kalap dia menendang-nendang tubuh cowok itu.
“lo apain cewek gue?! lo apain dia?! SHIT!.” Kombinasi antara tamparan dan tendangan membuat tubuh lawannya lemah.

debo berusaha melawan sekuat yang dia bisa, akhirnya dia berdiri dan saling adu jotos. Namun, entah cakka sudah kalap atau gimana, dia tak merasakan darah menetes di pelipis karna tonjokan debo, wajahnya nyut-nyutan karna lebam, yang dia pikirkan Cuma satu, cowok ini harus mampus!

“Lo masih inget sama gue kka?!,” tanya debo dan BUK!sebuah tonjokan melayang di wajah cakka yang buat shilla menjerit karna melihat darah bercucuran dari pelipis.

Sejenak, cakka terdiam, dan membuat debo mendapatkan kesempatan dan BUK! Tendangan melayang diperut cakka hingga cowok itu terjatuh.

“gue memang gak inget sama lo! tapi hati gue bilang, lo cowok setan yang pernah gue temuin!.” Tanpa babibu dia melayangkan pukulan bertubi-tubi di titik syaraf yang sukses bikin lawannya roboh.
 “bagus deh lo gak inget sama gue!,”
“gue gak inget, bukan berarti lo nyakitin shilla kan?! dia cewek gue! sampai kapanpun tak ada yang boleh nyakitin dia! termasuk lo! SETAN!.” Dengan kalap cakka terus-menerus menekan debo dengan tendangannya di titik-titik syaraf yang dia kuasai.

merasa akan kalah, debo dengan sisa kekuatannya langsung lari keluar rumah dengan terhuyung-huyung menahan sakit disekujur tubuhnya.

melihat lawannya kabur sebelum mampus, dia hendak mengejar, namun teringat shilla, akhirnya dia melepas ikatan ditubuh gadis itu dan memeluknya dengan sisa kekuatannya supaya gadis itu tenang dan tetesan darah ada dipundak shilla.

“please, jangan tinggalin gue, gue takut,”gumam shilla sambil memeluk erat, mencari ketenangan jiwanya yang seakan tergoncang karna ulah cowok itu.
“gue gak akan pernah ninggalin lo shill,” kata cakka membalas pelukannya dan mencium keningnya lembut.
 “gue obatin luka lo yah,” kata shilla melepas pelukannya sambil menatap cakka yang babak belur dihajar debo karna dirinya.
“Iya,” Kata cakka pelan sesekali meringis ketika shilla menyentuh lukanya.
“terakhir kali, gue bonyok gara-gara debo, sekarang lo yang bonyok karna dia, apakah besok kita bonyok bareng karna dia?,”*ngomong ngawur*

secepat kilat shilla  kedapur untuk mengambil obat-obatan dan sebaskom air panas untuk mengobati memar diwajah cakka, dengan telaten dia mengobati dan diselingi maaf kalo bikin cowok itu kesakitan.
 Sedangkan cakka, asyik memandangi wajah shilla yang serius mengobatinya, tatapan mata gadis itu serasa membiusnya untuk tak melihat kearah lain, seolah-olah pusat perhatiannya tertuju padanya.
“ada untungnya juga sih gue bonyok dihajar, kan bisa liatin shilla dari dekat.”

tanpa dicegah, sekelebat memori yang selama ini dicari cakka, hadir tanpa permisi, memutar sepenggal kenangan demi kenangan diotaknya, dan membuatnya meringis kesakitan.
“Ada apa kka?, sakit?, sorry,” tanya shilla dengan ekspresi maaf dan cemas ketika melihat cakka memegang kepalanya.

“Enggak kok, kepala gue rada nyut-nyutan gitu.” Jawab cakka sambil memegang kepalanya yang semakin sakit, namun sekelebat memori tentangnya, hujan, dan gadis itu hadir samar di otaknya, membuatnya tersenyum.
 “kayaknya, gue mulai bisa inget sama lo shill”

Diposting oleh Tirsa di 22.21
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Kapan part 15 nya nih ?

8 April 2013 pukul 22.27
Unknown mengatakan...

hai udah di tunggu ke lanjutannya :)

16 April 2013 pukul 04.58
Unknown mengatakan...

Part 15 nya mana?

18 April 2013 pukul 18.31
Unknown mengatakan...

Ayo dong part 15 nya dilanjutin :D;)

20 April 2013 pukul 06.27

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Copyright © 2012 WELCOME TO MY BLOG :D |