WELCOME TO MY BLOG :D

About Me

Tirsa
Lihat profil lengkapku

Readers

Followers

Label

  • About Me:) (4)
  • Ashilla Zee dll :) (11)
  • CampurCampur :P :) (3)
  • Cerpen (5)
  • CuapCuap (3)
  • Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill) (22)
  • KasaKusuk (14)
  • KAU (12)
  • Mario Stevano Aditya Haling (2)
  • PEMBUNUH CAHAYA *versi ALSHILL* (1)
  • SCAVENT CHEERS (1)
  • SVC (SCAVERS VIOLENCE CHEERS) :* (4)
  • Tugas (6)

Blog Archive

  • ►  2014 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2013 (51)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ▼  Juni (4)
      • Lirik lagu Temani Aku - Riostevadit
      • Lagu-lagu yg di nyanyikan Mario(RIO) di IC 3
      • Jatuh Cinta Sama Elo?! NO WAY! (Versi CAKSHILL) EN...
      • Jatuh Cinta Sama Elo?! NO WAY! (Versi CAKSHILL) EN...
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (12)
  • ►  2012 (33)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (1)
Senin, 10 Juni 2013
In: Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill)

Jatuh Cinta Sama Elo?! NO WAY! (Versi CAKSHILL) ENDING *bag2 : SUNSHINE AFTER THE RAIN

Penulis: Regina Maharani Nurlie

Hayy guyss maaf yaa waktu itu aku janjinya ngepost bagian 2 ini sehari setelah bag 1 dipost ,tapi baru bisa post skarang..hehe :p
Alasannya yaa karna aku stres(?) ini udah kedua kalinya twitterku dihack u,u
Tapi gpplah,coba ikhlah :) *numpangcurhat lagi:p*
Btw yg udah ngefollow acc @.SVCviolence ,please unfollow/repot spam yaa,itu twitterku yang dihack -,-
Yang jelas initinya twitterku cuma 1 yaitu @TirshaSVC ..okeee :D *maafkalogakpenting:P

Yaudahh lanjuttt yukk baca bagian duanyaa :D






 


“Bayangin lo bakal lebih mengerikan lagi,kka. Lo adalah hantu dari segala hantu yang paling gue takutin!” Gerutu shilla sambil menendang kaki cakka karna tingkahnya yang semakin menyebalkan.

“Tapi yang paling lo sayang kan?” Godanya dan cakka bisa melihat jelas semburat merah diwajah shilla yang putih bersih.

shilla memilih diam daripada dia menjawab, namun keceplosan. cakka yang rupanya nyerah karna usahanya tak berhasil, fokus menonton film.

“Kok dia gak ganggu gue lagi yah? Apa dia nyerah yah?” Batin shilla.

Penasaran, dia membuka matanya dan berteriak sejadi-jadinya lalu langsung memeluk cakka yang disampingnya sambil menangis ketika melihat Hantu berambut panjang yang berasal dari Jepang itu sedang ngesot dengan rambut terurai kedepan dan mendongkak seolah-olah menatapnya. cakka yang awalnya biasa saja melihat itu, mendadak sport jantung karna teriakan shilla.
“Pulang!” Bisik shilla sambil memeluknya erat dan meremas belakang bajunya.

cakka yang tak tega melihat gadis yang dia sayangi ketakutan, akhirnya mengelus rambut shilla dan mencium puncak kepalanya. “Iya... yuk,” Ajak cakka sambil menggenggam tangan shilla yang dingin saking takutnya dan dia berjalan sambil menutup mata. Tak berani melihat.

“Akhirnya...” shilla bernapas lega karna berhasil keluar dari rumah hantu yang membuatnya ingin mati muda saking takutnya dan menatap cakka yang wajahnya terlihat kecewa berat.

“Kenapa lo? Pengen masuk lagi? Sono masuk deh! gue main sendiri!” Gerutunya tau apa yang dipikiran cakka.

“Tapi gak seru kalo lo gak ikut, shill.” Balas cakka sambil menatap kearahnya dan tersenyum. Entah sudah berapa kali dia melihat cakka tersenyum. Dan membuatnya ingin ikut tersenyum juga.

shilla memalingkan wajahnya untuk mencari permainan selanjutnya yang mendebarkan tapi tak bikin nangis ketakutan. Ketika menemukannya, dia langsung menarik cakka agar menuju tempat itu.

Roller coaster. Permainan selanjutnya yang bikin shilla senang namun wajah cakka berubah sedikit pucat. Seumur hidupnya, dia paling menghindari permainan ini. Bikin perut mual.

“Ayooooo...” Tarik shilla namun tertahan karna cakka tak bergerak mengikutinya.

“Main yang lain yuk. Jangan yang ini, gue phobia.”

“Terus lo mau main apaan? Kan lo udah janji mau ikutin apapun yang gue pilih.”

cakka melihat sekeliling, lalu menunjuk suatu permainan yang menarik  “Bagaimana kalo itu aja, shill? Kayaknya seru tuh,” Tunjuknya sambil nyengir. Shilla mengikuti arah cakka dan mencubit tangannya.
“Lo mau bikin gue nangis darah?!” Omelnya ketika melihat tulisan “Kereta Hantu” Terpampang besar di papan.

“Roller Coaster yah?” Seru seseorang dibelakang mereka, ketika menoleh, ternyata  shanin dan  rio menegurnya.

“Iya... main yuk” Ajak shilla ketika melihat binar mata  shanin ketika melihat permainan itu yang naik turun secara mendebarkan. Tak sabar kakinya ingin berlari dan duduk dengan jantung berdegup kencang lalu berteriak sepuasnya hingga suara serak.

“Ayoooooo..”  shanin langsung berlari sambil menarik shilla agar cepat mengantri karna sudah tak sabar. Meninggalkan pasangan masing-masing.
“Lo yakin pengen main ini, kka?” Tanya rio ketika melihat wajah cakka pucat dan teringat bagaimana ekspresi cakka ketika turun dari permainan itu pada saat mereka berjalan bertiga dengan gabriel. Dia langsung lari ke toilet dan muntah.

“Gue udah janji sama shilla,yo.” Jawab cakka pasrah dan berjalan menghampiri mereka yang sudah teriak tak sabar untuk mencoba permainan itu

rio hanya nyengir kuda dan berjalan di belakang cakka sambil berharap, semoga kejadian memalukan beberapa tahun lalu bersama mereka tak terulang lagi.

“Lo kenapa?” shilla mulai cemas ketika turun dari permainan, cakka langsung berjalan oleng dan wajahnya pucat pasi.

cakka memegang pagar besi didepannya sambil memegang kepalanya yang mendadak pening berat. Permainan Roller Coaster sukses berat membuatnya seperti terkena hangover.

“Toilet dimana?” Tanya cakka ketika shilla memegang dahinya dan melap keringat dinginnya.

“Disitu,” rio langsung menunjuk toilet terdekat dan cakka langsung berjalan cepat menghampirinya.

“cakka kenapa sih?” Tanya shilla ketika melihat cakka tak keluar juga dari toilet. Cemas dan perasaan bersalah melanda.

“Dia phobia naik Roller Coaster, shill. Gue taunya pas beberapa tahun lalu sebelum dia amnesia, kami mampir kesini dan nyoba naik. Hasilnya ya... seperti lo liat sekarang.” Rio menjelaskan dan membuat wajah shilla mendadak mendung.

“Seharusnya gue gak usah ikutin ego untuk naik itu. Kan kasihan..”

“Ga kok. tadi dia udah gue tanyain yakin gak ikut ini, dia bilang yakin karna udah janji sama lo, shill. Otomatis, dia pasti memikirkan resikonya kan?” rio mencoba memperbaiki mood shilla yang mendadak suram.

“Betul tuh, Kak. Gue aja sering di Jerman main sama kak cakka dan kak agni, kakak gue naik ini. Kami naik ini karna balas dendam sama cakka yang hobi ngajak keluar masuk rumah hantu. Ckkckc...” shanin mendecak jengkel ketika teringat betapa senangnya cakka membuat mereka ketakutan dan menyodorkan diri sukarela untuk dipeluk erat mereka. Ketika dia tanyakan alasannya, cakka menjawab karna ingin membuat iri cowok-cowok disekitar mereka yang melihat dirinya dipeluk 2 gadis cantik kayak dirinya dan agni.


Cakka keluar dari toilet dengan wajah lega. shilla melihat itu separo ingin tertawa meledek habis-habisan, separo prihatin.

“Naik apalagi sekarang? Kalo lo milih permainan itu lagi, gue tinggal pulang.” Ancam cakka ketika melihat cengiran shilla diwajahnya.

“Pulang aja. Toh gue bisa pulang sendiri,” Jawab shilla cuek sambil menunjuk permainan yang menarik hatinya.

“Lo pengen diputar dan dibalik sama mesin itu atau gue yang akan lakuin itu  ditempat tidur sampai lo gak bisa berdiri lagi, Sayang?” Bisiknya ketika tau permainan yang ingin dituju selanjutnya, Kipas Angin. Dan membuat cakka menatap ngeri ketika mesin besar itu akan memutar dan membalikkan tubuh mereka seperti kapas.

Shilla membeku mendengar bisikan cakka. Walaupun  shanin dan  rio tak mendengar karna sibuk diskusi. Tapi... bisikan itu, membuatnya teringat beberapa tahun silam. Saat cakka mengancamnya apabila dia tak melakukan apa yang diinginkannya.

“Gak ada pilihan ketiga nih?” shilla berusaha menormalkan suaranya yang agak gugup.

“Ada sih... Cuma gue males nyebutinnya. Karna lo pasti akan milih itu,”

“Apa?” Tanya shilla penasaran.

“Atau...” cakka terdiam. Berusaha menguatkan hatinya. Baginya, shilla tetaplah pacar cowok lain yang tak bisa dia goda sembarangan walau dia tau perasaan gadis itu sebenarnya tertuju untuknya. “Lo pilih alvin yang melakukan itu ke lo di tempat yang dia mau?” Susah payah cakka mengucapkan. Membuat setiap kalimat yang keluar, bernada biasa saja. Tanpa ekspresi walau dalam hati, sakit.

shilla terdiam mendengar pilihan ketiga itu. Bersama cakka, dia hampir lupa bahwa sebenarnya mereka bukan sepasang kekasih, melainkan teman. Ya... hanya teman.

Merasa atmosfer berubah seketika, shanin merangkul mereka berdua. “Main yang lain yuk?” Ajaknya sambil tersenyum untuk menetralkan suasana dingin yang ada.

“Ayooo...” shilla mengangguk riang dan membiarkan tangannya ditarik  shanin dan asyik tertawa tanpa mempedulikan tatapan kagum beberapa cowok yang melirik kearah mereka. Membuat cakka dan Rio yang melihat itu, memproteksi pasangan masing-masing dengan berjalan disamping dan merangkul posesif. Membuat mereka jengkel.

“Kenapa sih?” Seru  shanin jengkel karna tak biasanya rio merangkul pundaknya.

“Ntar kamu dilirik cowok kalo gak aku rangkul.” Bisik  rio ditelinganya dengan nada cemburu. Membuat  shanin tertawa dalam hati.

“Bisa cemburu juga pacar gue ternyata,” Batinnya.
“Lo sendiri kenapa rangkul gue?” Tanya shilla karna berungkali dia melepas rangkulan cakka, berungkali juga cakka merangkul pundaknya kembali.
“Ntar lo hilang lagi dilirik cowok lain. Sudah cukup alvin buat gue kehilangan lo, jangan sampai alvin yang lain lagi buat gue gak bisa nyentuh lo seperti saat ini.” cakka menjawab pelan dan ada sedikit sakit dibalik nada suaranya itu. Membuat shilla terdiam.

“Kemanapun hati gue melangkah, lo akan tetap jadi bayangan gue, cakka.” shilla bergumam sendiri. Berharap cakka tak mendengarnya.

“Hai...” Terdengar suara yang menyapa mereka. Shilla menoleh dan tersenyum ketika melihat gabriel dan yang lain ikut bergabung dengan mereka.

“Main bareng yuk?” Ajak  sivia yang langsung direspon anggukan.

“Boleh...” Jawab yang lain dan mereka berjalan beriringan.

                                                               Ѽѽѽ

“Kemana aku akan menghentikan langkahku ini? Menghentikan hujan yang terus menerus membasahiku? Stay with him or... Stop on you?”

“Kak alvin... gak Jalan?” Tanya keke masuk kekamarnya yang kebetulan  anak tante Fanny yang sahabat mamanya sejak kecil.

“Gak ke. Kenapa?” alvin termenung dimeja belajar sambil memandang ponselnya. Sudah seharian dia tak mendapat kabar apapun dari shilla. Dia mencoba menghubungi, tapi tak pernah direspon.

“Kak, mau gak temanin keke ke Dufan? keke ada janjian sama temen-temen ngumpul disitu. Kalo sendirian aja, gak akan diijinin mama.” Ajak keke yang baru saja berumur 18 tahun dan sudah mengagumi alvin sejak lama. Namun dipendamnya karna malu.

alvin terlihat berpikir. Kemudian tersenyum dan berharap bisa bertemu shilla. “Boleh... sekalian janjian sama pacar kakak disitu.” Alvin bangkit dari meja belajarnya sambil dan mengambil kunci mobilnya yang sengaja dia titipkan dirumah Tante Fanny agar setiap dia ke Jakarta, takkan repot meminjam mobil mereka. Kemudian dia menatap keke yang kepergok meliriknya dan tersenyum.

“Sekarang kak?” Tanya keke yang sudah berapa kali lupa bernapas ketika melihat Alvin tersenyum padanya dan merutuki dalam hati betapa beruntungnya yang jadi pacar alvin sekarang dan berdoa tiap malam agar mereka putus. *kayaknya 11-12 sama doanya cakka:p*

“Taun depan,ke. Ya... sekarang dong!” Alvin mengacak gemas rambutnya dan keke langsung ngacir keluar kamar tanpa pamit untuk menutupi wajah malunya.

“Tante... alvin jalan dulu yah sama keke. Mau temanin dia Kedufan ngumpul ma temannya.” Jelas alvin ketika melihat Tante Fanny duduk berdampingan mesra didepan TV bersama suaminya. Membuatnya ingin seperti itu juga bersama shilla, cewek yang paling dia cintai,
Tante Fanny tersenyum salah tingkah melihat alvin dan berdehem kecil. “Boleh kok. tapi... keke pulang sama kamu kan?”

“Iya tante... kenapa? Tante mau jalan?”

“Iya... tante titip kunci sama kalian yah. Mau jalan sebentar.” Dan alvin tertawa ketika melihat suami Tante Fanny mengedipkan mata kearahnya.

“Kami mau pacaran dulu. Masa Cuma anak seumuran kalian boleh pacaran, sedangkan kami gak? Kan rugi. Iya kan ma?” Tanyanya sambil memandang istrinya yang memerah malu.

Merasa suasana semakin romantis namun bikin nyesak dihatinya, alvin mengucapkan syukur ketika keke muncul dihadapannya dan menarik tangannya agar lekas kesana.

“Dah Mama...dah Papah...” Pamit keke keluar rumah diikuti alvin.

Kedua orang tuanya hanya tersenyum dan melambaikan tangan dengan harapan dihati, agar mereka berdua berjodoh. *ikutan aminin*
Semua permainan hampir dicoba oleh mereka yang menggabungkan diri dengan shilla. Lelah, sudah pasti. Namun kesenangan hati takkan bisa diganti dengan apapun. Tapi tidak bagi shilla, walau hatinya senang karna bisa bersama cakka, tetap saja ada rasa bersalah yang amat besar pada alvin karna melupakannya.

 
“Kita naik itu yuk,” Ajak oik yang semakin lengket dengan ray. Membuyarkan perasaan bersalah shilla dan menatap apa yang ditunjuk oik.

“Arung jeram? Boleh...boleh... sekalian habis shilesai main ini, kita pulang,” Putus shanin yang dibalas anggukan oleh yang lain.

cakka langsung menggenggam tangan shilla dan mereka masuk dalam permainan itu tanpa mengetahui apa yang terjadi setelah ini.

“Gimana masangnya sih?” Gerutu shilla karna tak bisa memasang sabuknya. cakka langsung membantu memasangkannya tepat dipinggang shilla.

“Pas kan?”Tanyanya dan shilla mengangguk.

Ketika aba-aba mulai terdengar, mereka menyiapkan suara masing-masing dan tanpa sadar, saling berpegangan tangan erat. Membuat yang lain melihat itu, hanya tersenyum. Apalagi ray yang tau bagaimana isi hati shilla sebenarnya namun selalu dibantahnya.

“Aaaaa....” Mereka berteriak puas dan langsung turun dari permainan itu dengan sekujur tubuh basah total. Shilla yang waktu itu memakai baju tipis bewarna putih tulang, membuat cakka melihat warna bra yang dikenakan shilla dan melepas jaket yang dia titipkan untuk menutupi belakang tubuh shilla yang mengundang mata lelaki untuk semakin meliriknya.
“Kenapa?” Tanya shilla bingung ketika tau-tau jaket besar menutupi belakang tubuhnya.

“Belakang baju lo basah, gue sempat liat apa yang lo pakai didalamnya. Warna merah yang bagus, sangat HOT.” Pujinya sambil berdiri dibelakang shilla dan tersenyum yang dapat diartikan shilla sebagai senyuman mesum.(-_-)

shilla memasang jaket cakka yang kebesaran dibadannya tanpa banyak omong. Terlalu malu untuk merespon dan membiarkan cakka menggenggam dan menautkan kesepuluh jarinya di tangannya dan berjalan berdampingan.

“shilla?” Sebuah panggilan bernada shock sukses membuat shilla langsung melepas pegangan tangan cakka dan menatap ke depannya. Tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Membuatnya ingin menghilang saat itu juga.

Alvin takkan menyangka akan seperti ini. Bermula berjalan sendiri keliling Dufan karna ditinggal keke yang menggabungkan diri dengan teman-temannya yang membawa kunci rumahnya. Dia melihat sosok gadis yang sangat dikenalnya berdiri membelakangi. Kemudian, pandangannya tertutup oleh cowok yang menyelimuti belakang tubuh gadis itu dengan jaket yang dia kenakan dan berbisik ditelinga gadis itu. Lalu dia sembunyi dibalik pohon untuk meyakini hatinya dan shock ketika gadis itu berbalik dan berjalan dengan berpegangan mesra, ternyata pasangan itu adalah Shilla dan Cakka. Bergegas dia mendekati mereka dengan amarah dihati, kecewa dan sejumlah perasaan yang takkan pernah bisa dia ungkapkan.

“shilla?” Panggilannya cukup membuat gadis yang berdiri tak jauh dari hadapannya mematung dan melepas pegangan tangannya dengan cakka yang tak kalah kagetnya. Namun sukses tertutupi.

“alvin?” shilla membalas tak kalah shocknya. Sedangkan yang lain, berdiri dibelakangnya. Sama kagetnya.

alvin langsung mendekati shilla dan menariknya kasar. “Ikut gue pulang,” Bisiknya dan menatap cakka tanpa bicara apa-apa.

“vin... Jangan lo sakitin shilla.” Ucap cakka ketika melihat gadis itu mengernyit kesakitan karna pergelangan tangannya diremas alvin dengan kasar.

“Bukan urusan lo, cakka.” Alvin menjawab dingin dan menarik shilla agar meninggalkan tempat ini tanpa pamit kepada mereka.

“kka...” panggil ray mendekatinya dan menepuk pundak cakka yang menatap shilla pergi meninggalkannya dari kejauhan. Sekilas, dia melihat mereka saling berantem.

“shilla gak papa kan?” cakka bertanya pada dirinya sendiri karna tak menyadari ray menepuk pundaknya.

“Gak kok. alvin gak akan kasarin shilla,” ray menenangkan cakka walau dia sendiri pun tak tenang.

“Halo ke..” alvin menelpon keke ketika mereka sudah didalam mobil. shilla mengelus pergelangan tangannya yang memerah karna alvin. Dia menoleh ketika alvin menelpon seseorang.

“Kamu masih sama temen kan? Aku pulang dulu yah, Ada urusan. Gak papa kan? Atau ntar ku jemput?” alvin terus berbicara ditelpon tanpa mempedulikan shilla yang menatapnya tanpa kedip.

“Beneran? Kunci rumah sama kamu kan? Ok deh, aku pulang dulu. Sorry ke.” Ucap alvin dan dia memutus telponnya lalu menjalankan mobil tanpa melirik shilla sedikitpun.

“Apa pentingnya cakka bagi kamu shill?” Tanya alvin ketika mereka berhenti disebuah tempat yang agak jauh dari keramaian kota. Sungguh, diam tanpa bicara apa-apa sangat membunuhnya. Dia ingin kejelasan tentang apa yang dilihatnya.

Shilla terdiam. Inilah saatnya. Dan sungguh dia takkan pernah siap. “Dia teman,alvin.”

“Teman apa yang saling merangkul dan berbisik? Aku melihat semuanya, shilla. Dan aku kecewa sama kamu. Lihat aku!” alvin langsung menolehkan wajah shilla agar melihatnya. Agar melihat betapa kecewanya dia.

“vin... aku benar-benar minta maaf. Tapi beneran dia Cuma teman aku!”

“Gak ada teman yang saling rangkul, shilla! Aku curiga, apa karna kamu ingin bersama cakka jadi gak ingin ajak aku untuk jalan sama teman-teman kamu?” Tuduhnya sambil meremas stir mobil. Sungguh sakit perasaannya sekarang. Tak pernah mengira bahwa apa yang pernah diceritakan  agni padanya, benar.

“Kamu kejauhan mikir, alvin! Aku gak pernah punya niat untuk tidak memperkenalkan kamu dengan teman-temanku! Kalo aku dari dulu punya niat kayak gitu ke kamu, jangankan ke teman-teman aku, sama kak ray pun gak akan aku kenalkan ke kamu!” shilla tak terima dituduh seperti itu.

alvin terdiam mendengar jawaban shilla. Selama setahun pacaran, baru kali ini mereka berantem hebat. Dia melihat napas shilla naik turun saking emosinya. “Kenapa kamu harus jalan berdua sama cakka, shill?”

“Aku gak jalan berdua, alvin! Aku jalan bareng teman-teman! Apa kamu gak lihat mereka berdiri dibelakangku?!”

“Tapi aku melihatnya tidak seperti itu, shilla! Kalian seperti pacaran! Sama aku, kamu gak pernah kayak gitu! Aku bukannya membandingkan antara perhatian kamu sama aku atau dia, tapi...” alvin menekankan kalimat terakhir dan menatap tajam shilla “Aku pacar kamu, shilla! Apa yang kamu lakukan dengan cakka itu seharusnya kamu lakuin ke aku! Bukan sama dia!”

Shilla menyandarkan kepalanya ke kursi. Sungguh dia ingin membanting apa saja yang dihadapannya agar emosinya berkurang.
“Aku gak ngerti apa yang kamu omongin, alvin. Kalau aku slalu membedakan kamu dengan cakka, kita gak akan bertahan lama seperti ini. Aku berusaha untuk...”

“Berusaha?!” alvin memotong pembicaraan shilla dan menatap sinis. “Berusaha apa, shill?! Berusaha sayang sama aku?!”

“Bukan begitu maksudku!” jawab shilla sengit. Sungguh, dia tak mengerti setan apa yang membuat alvin berubah dari lembut menjadi sangar.

Alvin terdiam. Dia menghela napas berat. “Aku tau semuanya, shilla. Aku tau hubunganmu dengan cakka waktu SMA bagaimana, Aku tau isi hatimu, shilla.” Alvin mengucapkan dengan nada putus asa. Hilang amarahnya sudah. Hanya kekecawaan mendalam yang meliputi hatinya.

“Itu hanya masa lalu, alvin. Dan aku tak mau membahasnya lagi.”

“Masa lalu yang slalu jadi bayanganmu, shilla. Apa kamu lupa? Aku anak Psikologi, aku tau isi hati manusia hanya dengan menatap matanya.”

“Apa yang kamu tau, alvin?” shilla menjawab tak kalah lesunya. Tak ada yang bisa dia sembunyikan kalau alvin sudah mengatakan seperti itu.

“Tak penting untuk kamu tau apa yang sudah terpampang jelas dimatamu, shill. siapa yang kamu pilih?” alvin langsung bertanya to the point. Baginya, sekarang bukan waktunya basa-basi.

“Kalau aku memilih dia, kita gak akan jadian, alvin.”

 “Bohong,”

“Apa kamu lihat aku sedang berbohong saat ini?”

“Bukan bohong, tapi menyembunyikan sesuatu. shill... kenapa kamu pilih aku?”

“Karna aku sayang sama kamu.”

“Walau tak sebesar sayang kamu dengan cakka kan?”

“Aku gak tau,”

alvin terdiam. Dia memilih menjalankan mobilnya untuk mengantar shilla pulang. Tak ada pembicaraan. Masalah mereka gantung.

Shilla merasa tersiksa di mobil alvin. Tak ada bunyi radio, tak ada pembicaraan. Yang menemani mereka hanyalah suara klakson mobil saling bersahutan dan ketukan jari alvin di stir mobil. shilla menatap alvin. Sungguh, dia tak menyangka harinya akan sekacau ini.

Alvin lebih kacau lagi. Kalau saja dia tak bisa menahan emosinya, tak tau apa yang akan terjadi nanti. Yang jelas, hidupnya serasa diliputi kekecawaan yang tak ada habisnya. Tiba-tiba, sebuah ide hadir diotaknya. Terdengar gila. Namun harus dilakukan. Karna waktunya takkan pernah ada lagi.

                                                                  ᴥᴥᴥ

“Aku akan bantu kamu untuk memilih, shilla.” Dan shilla kaget ketika mendengar ucapan alvin ketika mereka sudah tiba dirumahnya. Dia menatap alvin.

“Memilih apa?”

alvin membuka handle dashbordnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil bewarna putih gading dan dia membukanya dihadapan shilla. Membuat gadis itu merasa kehilangan oksigen untuk beberapa saat.
“Aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk melamarmu, shill. tapi aku harus lakukan ini. Aku tak mau kamu menjalani hubungan ini kedepannya dengan perasaan terbagi seperti ini. Aku sudah ngobrol dengan orang tuamu di Singapura dan kak ray soal rencana ini. Mereka setuju apabila kamu setuju. shilla...” alvin berhenti dan menatap shilla yang gelisah. Dia tau perasaan gadis itu. Terlihat jelas dimatanya.
“Aku besok balik ke Jogjakarta. Apabila kamu mau menerimaku, aku akan lupakan masalah ini dan menganggap ini tak berarti apapun dan kamu temuin aku di Bandara jam 6 pagi. Kita berangkat bersama. Tapi bila kamu menolak lamaranku...” alvin terdiam dan menghela napas. Sungguh dia tak bisa membayangkan kemungkinan yang satu ini.
“Kamu boleh pergi dariku dan tak usah menemuiku di Bandara. Anggap aja, ini pertemuan terakhir.” Alvin memasangkan cincin tunangan itu di jari manis shilla yang terdiam dan mencium pipinya “Pilih, shilla. Dia, atau aku.”

Shilla menundukkan wajahnya dan menangis. Sungguh dia tak ingin di posisi seperti ini. Posisi dimana dia harus memilih dan harus menyakiti salah satu. Dia tak tega melakukannya. “Jangan paksa aku untuk memilih, alvin. Aku tak mau menyakiti siapa-siapa.”

“Aku tak mau kamu bersamaku, tapi kamu sakit, shilla.  Pilihlah.” “Dan aku siap menerimanya,” Batin alvin.

“vin...” shilla berusaha melepas cincin tunangannya. Mendadak berat untuk mengenakan. Namun ditahannya.

“Putuskan dulu, baru kau lepas.” alvin menahan tangan shilla dan menghapus air matanya.

“Thanks, udah antar aku pulang, maaf atas sore tadi. Tapi sungguh vin, aku gak ada apa-apa sama cakka.” shilla memutuskan turun dari mobil.

“Aku tau,” Hanya itu yang dijawab alvin ketika shilla menutup pintu mobilnya dan berlari masuk rumah.

alvin memutuskan mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
“agni... lo punya nomor cakka? Boleh gue minta?” Pintanya ketika telpon tersambung dan langsung mengalir cerita ketika  agni meminta penjelasan.


                                                               Ѽѽѽ

“Gue cabut dulu,” Pamitnya ketika membaca pesan dari nomor yang tak dikenal beberapa saat yang lalu. Tapi dia tau siapa yang mengirim.

“Kemana lagi kak?” Tanya shanin melihat cakka buru-buru mengambil kunci kendaraan dan bergegas ke garasi.

“Ketemuan sama alvin, Bye.” Kata cakka sambil menutup wajahnya dengan helm dan melaju meninggalkan rumahnya menuju suatu tempat.

“Semoga Kak cakka gak papa, gak main hajar-hajaran. Amin.” Harap shanin sambil menutup pintu rumah.

                                                                   ---

“Gak susah kan nemu tempatnya?” Sapa alvin ketika melihat cakka menghampirinya dan duduk didepannya sambil memesan kopi.

“Gak kok, ini tempat kesukaan gue. Jadi gue gak asing,” cakka menjawab singkat sambil memandang cafe tempat mereka bertemu. Membahas cewek yang sama-sama mereka sayangi.

“Gue sudah lamar shilla, gue tau ini kecepetan atau gak matching karna ngelamar dia disaat melihat lo berdua dia. Tapi gue sayang sama dia.”

“Sorry soal itu. Kami Cuma teman, gak lebih,” Ucap cakka. Pupus harapnya sudah.

“Gue tau, dia mati-matian jelasin itu.”

“Lo percaya sama dia kan?”

“Gue lebih percaya apa yang tersirat di matanya daripada apa yang dia ucapkan.”

“Maksudnya?”
Debo menghela napas berat. Seberat perasaaan yang dia rasakan sekarang.
“Gue tau semuanya dari agni , cewek yang lo ajak kemaren pada saat kita ketemu di Jogja. Kami ketemu karna ternyata sekampus dan mengambil jurusan yang sama. Walaupun, yah... lo lupa sama hal itu. Yang jadi pertanyaan gue sekarang, bagaimana perasaan lo sama shilla sekarang?”
Cakka memilih meneguk minumannya sebelum menjawab. Pertanyaan yang sangat sulit diucapkan. Karna menyangkut masalah hati.
“Seperti perasaan lo sama dia. Tapi kalo dia memilih lo, gue terima. Karna... itu pilihan dia. Gue gak bisa maksa.”
“Kalo dia belum memilih gimana? Apa lo tetap perjuangin ngerebut dia dari sisi gue?”

cakka mengernyit bingung. Tak mengerti. “Bukannya lo udah lamar dia?”

“Ngelamar bukan berarti langsung terima kan? Gue minta dia milih gue atau lo. Dan dia akan menjawabnya esok pagi. Disaat gue pergi.”

Melihat cakka tak memberi respon, alvin melanjutkan. “Kalo dia milih gue, apa lo mau jagain dia seperti lo jaga pacar sendiri?”

“Apa lo gak takut kalo nanti shilla selingkuh sama gue walau dia milih lo?” Pancingnya.

“Gue tau dia, dan gue yakin dia gak akan begitu.”

“Gue mau menjaga dia. Apapun pilihannya.”

alvin tersenyum. “Kalo dia memilih lo, gue harap lo jangan pernah bikin dia nangis lagi. Kalo sampai itu terjadi, lo gak akan selamat dari gue, cakka.”

“Gak akan pernah.” Ucapnya yakin.

“Tenang gue mendengarnya. Gue cabut dulu yah kka, belum siap beres-beres soalnya. Bye...” alvin mendadak berdiri dari duduknya namun ditahan cakka.

“Kenapa lo ngomong seolah-olah dia gak milih lo?”

“Karna gue tau hatinya kayak gimana.” alvin berbalik pergi meninggalkan cakka yang tertegun.
 

                                                                  ***

“Siapa yang gue pilih, Tuhan? Please... help me,” Harapnya sambil memainkan cincin pemberian alvin dan meletakkan di meja belajar. Sungguh kalut perasaannya. Tak tau milih siapa.

“shill,,,” Panggil ray ketika melihat shilla menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Gak tidur?”
“Gue gak tau kak harus gimana,” Curhatnya sambil memeluk cakka. Dan kepalanya dielus pelan olehnya.

“Pilihlah apa yang hati lo ingin, dek.”

“Walaupun harus menyakiti seseorang?”
“Itulah resikonya, dek. Setiap pilihan yang terhampar dihadapan kita, pasti akan ada yang merasa sakit.”
shilla mengangguk dan melepas pelukannya. Dia tau apa yang dipilihnya.

“Gue tidur yah kak,”

“Yap. Udah malam banget soalnya.” Ucap ray sambil menyelimuti shilla yang langsung pulas tertidur.

“Semoga lo milih yang benar kali ini, dek.” Harapnya sebelum menutup pintu.

                                                               ѾѾѾ

“Yes... i choose you,”

“shilla gak akan pernah datang,” alvin mengucap lesu sambil melirik jam tangan berkali-kali. Sudah menunjukkan jam 5.45. sebentar lagi pesawat akan menerbangkannya, meninggalkan semua yang tercetak disini.

alvin menutup matanya, meminta keajaiban walau dia tau itu mustahil, walau dia tau akan ditertawakan oleh hatinya sendiri karna slalu menyangkal. Tapi... biarlah dia berharap, sekali saja.

“Ku pejamkan mata ini...
Ku tertidur tanpa lelap
Tapi ku bermimpi, kau jadi milikku.”

“alvin...” Terdengar seseorang memanggilnya disaat semua harapan pupus. Disaat dia siap masuk ke dalam pintu keberangkatan. Dia mematung ditempat, tau siapa yang memanggilnya. Karna dia sangat mengenali suara itu. Suara yang dinantikannya.

“Suaramu tetap bernyanyi
Walau sadar ku kian tak ada
Namun ku bahagia, lagumu milikku.”        

“Kenapa, shill?” alvin menghampirinya dan memeluk gadis itu. Harapan yang sudah hilang dari genggaman, hadir kembali, dialah yang dipilih gadis itu.

“Aku sudah memilih, alvin.” shilla melepas pelukannya dan melepas cincin yang dikenakannya. Membuat alvin shock ketika cincin itu kini berada ditangannya.

 “Aku memilihnya, kka. Aku salah selama ini selalu menutupi apa yang aku rasakan. Tapi... aku gak bisa lagi menutupi lebih dalam lagi. Kamu benar, aku sakit bila terus bersamamu sedangkan hatiku separohnya ada di dia. Tapi.. bukan berarti aku tidak sayang sama kamu selama ini, alvin. Aku sayang ... tapi...”

“Tidak sesayang kamu ke dia kan, shill? Kalo kamu milih dia, kenapa kamu mendatangiku kesini?

shilla terdiam. Dia tau alvin akan menanyakannya.
“Karna aku tak ingin, apabila kita putus, tak berhubungan lagi. Aku sahabatmu, alvin. Dulu dan sekarang, dan aku tak mau, karna hubungan ini, persahabatan kita ikut renggang. Kau sahabat terbaik yang aku punya, vin.” shilla menundukkan wajahnya.

   “Kau mau mengantarku pulang?”

Shilla menganggukkan wajahnya sambil menunduk. Membuat alvin mendongkakkan wajahnya dengan terlunjuknya. “Aku terima keputusanmu, shill. aku harap, cakka yang terbaik untukmu.”

 “Aku minta maaf vin udah menyakitimu, Tapi sungguh, vin... gak ada niat sedikitpun untuk kayak gini.”

“Aku tau, shill.” alvin memeluknya lagi. Tanda perpisahan, pupus harapnya sudah untuk memiliki gadis itu. Tapi dia senang, shilla jujur tentang apa yang dia rasakan, walau membuatnya  terluka.

Terdengar suara announcer mengatakan sebentar lagi pesawat menuju Jogja berangkat. alvin melepas pelukannya dan menatap shilla yang sudah berkaca-kaca.
“Aku pergi dulu, yah. Kapan-kapan mampir ke Jogja yah. Aku tunggu, semoga kamu bahagia, shilla. Aku akan mendoakanmu.” alvin mengucap tulus dan mencium keningnya. Dan shilla membalasnya dengan lambaian tangan ketika alvin sudah menghilang dari pandangannya.

Tanpa shilla sadari, alvin menghapus air matanya yang sempat menetes ketika sudah memasuki pintu keberangkatan. Sungguh sakit perasaannya. Dan dia berjalan menuju pesawatnya dengan luka yang dia tak tau kapan pulihnya. *nyesek juga yaa jadi Alvin?duuu…:(*

“Makin ku mencintai...
ku lepas kau kekasih...
biar terbang tinggi...
cinta yang tak mungkin... terbang tinggi...”

*Elyzia – cinta yang tak mungkin.*
◊◊◊
Shilla terlihat melamun dikursi taman sambil memegang ponselnya. Sudah 3 bulan dia putus dengan alvin. Masih ada perasaan tak enak dihatinya. Walau alvin sudah meyakininya mati-matian, diikuti kak ray yang selalu mengingatkan bahwa ini keputusannya.
 “Kok melamun?” Tanya cakka sambil menyodorkan minuman kalengan ke shilla dan duduk disampingnya. Dia tau apa yang di pikiran gadis itu. Dia tau semuanya dari alvin yang langsung menelpon pada saat tiba di Jogja.

 “Gak kok,” Elaknya sambil mencoba bangkit dari tempatnya. Namun cakka menahan lengannya.

 “Temanin gue bentar. Udah lama gak duduk bareng kayak gini sambil liat Angsa sedang pacaran,” Pintanya sambil menarik shilla agar duduk disampingnya.

 “Terus? Lo mau kita pacaran kayak Angsa gitu?” shilla menunjuk Angsa yang sedang memadu kasih di tengah danau. Sungguh tenang hatinya.

 “Menurut lo gimana? Kita pacaran gaya angsa atau gaya kita sendiri?” Pertanyaan cakka membuatnya bingung harus jawab apa.

 “Kalo gaya kita sendiri gimana?” Tanyanya. Membuat cakka tersenyum.

 “Seperti ini,” Perlahan, cakka mendekatkan wajah kearahnya lalu berbisik ditelinganya, “Maukah, kau menjadi pacarku?” Pintanya sambil menyelipkan anak rambut yang menghalangi telinganya lalu meniup pelan hingga shilla merinding.

 “Beri aku waktu, cakka.”

 “Waktu apa?”

 “Waktu, untuk selalu ada disampingmu. Ya... aku mau,” shilla mengangguk dan membiarkan cakka memeluknya erat.

 “I love you, shilla.” cakka berbisik ditelinganya lalu mencium pipinya. Membuat shilla serasa ingin tersenyum kepada siapa saja yang melihatnya. Untuk membuktikan bahwa dia bahagia saat ini. Sangat bahagia.

 “Love you, too.” shilla balas berbisik dengan wajah malu dan membiarkan cakka menciumnya. Dia memeluk lehernya agar shilla semakin dekat dengannya.

 

Tanpa disadari keduanya, Ada seseorang yang melihat kejadian itu semua. Dia memegang dadanya, sungguh sakit hatinya dan menatap gadis yang disebelah cakka itu dengan dendam. 
   


Sejak berpacaran tiga bulan lalu, shilla dan cakka semakin lengket kayak perangko klop dengan amplop. Tak terpisahkan. Ify sering mengamati kebersamaan mereka dan tersenyum ketika berpapasan. Seolah ikhlas. Tanpa sengaja, dia melihat shilla jalan sendiri saat keluar dari ruang dosen. Tanpa banyak cingcong, dia menghampirinya.

 “shill... bisa ngobrol sebentar?” Pinta ify ketika shilla mengerutkan kening melihatnya tak biasa menghampirinya.

 “Mau ngomong apa, fy?” shilla sedikit berhati-hati dengannya. Baginya, ify adalah orang yang pernah mencoba membunuhnya, dan mantannya cakka. Entah apa yang dipikiran gadis itu, yang jelas, membuatnya tak tenang.

“Kita jangan ngomong disini, shill. terlalu penting untuk didengar orang.”

 “Lo mau ngomong apa, fy? Gue ada kerjaan,”

 “Lo sampai jam berapa dikampus?”

“Sampai jam 3 sore sih. Ada yang gue urus disini.”

 “Lo ikut yang kuliah di luar negeri selama 2 tahun itu?” ify mencoba menebak ketika melihat map yang dipegang shilla dan gadis itu mengangguk senang.

 “Yap. Gue pilih Belanda. Udah diterima sih, tinggal ngurus aja lagi. Jangan dikasih tau sama cakka yah, ntar ngamuk. hahaha...”

 “Tenang saja. Bagaimana jam 3 itu kita ketemu ditaman?”

shilla berpikir sejenak. Lalu memandangi ify. Sekedar ingin tau apa yang direncanakannya kali ini. Namun dia menyerah. Dia tak sepandai cakka atau alvin untuk membaca pikiran orang hanya dengan matanya. “Ok deh. see ya...” shilla mengacungkan jempolnya dan pergi meninggalkan ify yang tersenyum sinis.

 “I’ve got you,”

ͼ.ͽͼ.ͽͼ.ͽ

“Sorry, fy. Udah lama nunggu?” shilla berlari menghampiri ify yang asyik duduk dikursi dan memandang danau yang agak beriak.

“Yap... gak papa,” ify menoleh kearahnya dan tersenyum ketika shilla duduk disampingnya.

“Lo mau ngomong apaan?”

“Kita berdua sama-sama tau bagaimana cakka kalo udah berhadapan dengan cewek, iya kan, shill? “ify membuka pembicaraan.

 “Maksud lo apaan ngomong begini, fy?”
 “Putusin cakka. Lo gak akan bisa dapatkan dia, shilla. Gak akan pernah bisa.” Ucap ify yang tenang serasa petir di siang bolong baginya.

 “Lo kenapa sih, fy?! Lo gak terima gue pacaran sama dia!? Lo masih sayang sama dia?! Sorry, fy. Dia sayang sama gue, bukan sama lo.” shilla berdiri dari duduknya dan pergi. Sia-sia dia duduk manis beberapa menit untuk mendengarkan omongan bikin emosi dari ify. Namun langkahnya tertahan ketika ify mengejarnya dan memberinya map.

 “Lo liat aja,” Jawabnya ketika shilla mengangkat alisnya dan membuka map lalu merasa limbung seketika. Dunianya runtuh.

Dia melihat beberapa foto cakka sedang memasang cincin untuk ify disuatu tempat ramai, dan beberapa foto menunjukkan ketika cakka berciuman mesra. Pandangannya mengabur seketika, foto yang dia pegang basah oleh air matanya.

 “Maksud lo apaan, fy?”

 “Itu foto gue tunangan dengannya di Jerman.” ify menjelaskan sambil memamerkan cincin yang dikenakan di jar manisnya. “Gue udah tunangan sebelum balik ke Indonesia. Dan pas kami putus, dia ajak kami balikan lagi, shill”

“Tapi sekarang, lo putus kan sama dia?”

 “Gue emang putus sama dia, shilla. Tapi dia melupakan hal yang penting. Sangat penting!” ify mengambil map ditangan shilla dan meletakkan sebuah foto yang membuat shilla menggeleng dan merobeknya.

 “Lo bohong! Lo tukang bual, ify! Gue gak percaya sama mulut berbisa lo!”shilla semakin merobek foto yang diberi ify. Sungguh sakit hatinya. Tak menyangka akan seperti ini.

 “Lo boleh menyangkal sekuat lo mau, shill. tapi inilah kenyataannya. Gue hamil! Gue dihamilin pacar lo sendiri! Lo tau, foto yang lo robek sekuat tenaga, adalah foto USG gue!  Lo gak akan pernah bisa, shilla. Gue, mengandung anak dia. Dan lo, Cuma dikasih cinta palsu olehnya!”

 “Kenapa bisa, fy?! Kenapa lo segitu murahnya nyerahkan itu padanya?! Kenapa, fy?!”

 “Gue udah bilang dari awal, shilla. Kita sama-sama tau cakka itu gimana apabila sudah berhadapan dengan cewek yang paling disayanginya. Asal lo tau, shill. GUE GAK SEMURAH YANG LO PIKIR! Gue memberi hal yang paling beharga dihidup gue karna gue yakin bahwa kami selamanya akan bersama. Gue yakin dia akan tanggung jawab atas apa yang gue tanggung nanti. Tapi nyatanya apa, dia malah mengejar lo!” ify menatap sinis shilla yang masih tak percaya dengan apa yang diucapkan. “Dan asal lo tau, shilla. cakka udah gue kasih tau soal ini dan akan tanggung jawab. Dia akan mutusin lo dan balikan sama gue. Tapi gak sekarang, dia nunggu waktu yang tepat untuk mutusin lo. Nah...shilla... apa yang lo lakuin sekarang? Kita sama-sama wanita, shil. tau perasaan masing-masing, apa lo tega ayah dari anak gue kandung, pacaran dengan lo? Kalo lo jadi gue, gue gak akan segitu murahnya kayak gitu.”

 “Berapa kali lo berhubungan dengan dia?”
 “Setiap kami bertemu. Gak pernah absen. Pantes aja gue jebol.”(-____-‘)

Shilla terdiam. Hatinya sakit sekali. Inikah karma karna dia menyakiti alvin? Inikah perasaan alvin ketika dia lebih memilih cakka daripada dia, yang mati-matian sayang padanya? Kalau perasaannya seperti ini, dia harus minta maaf kepada alvin.
“Gue akan putusin dia. Sekarang. Jadi dia gak perlu repot-repot kasih alasan masuk akal supaya putusin gue,” shilla langsung pergi meninggalkan ify. Baginya, tak ada alasan untuk berlama-lama didepan ify yang sudah melihatnya hancur. Dia berlari meninggalkan taman menuju parkiran mobil. Tanpa mempedulikan tubuhnya basah kuyup karna hujan mengguyur deras. seperti mengetahui isi hatinya.  Tanpa mempedulikan cakka yang memanggilnya dari tadi.

 “shill…shillaaaa..shillaaaa...” cakka memanggilnya ketika melihat gadis itu lari dari arah taman sambil menangis.

 “Shit! Kunci mobil gue manaaaa?!!!!!” shilla mengumpat sambil mengaduk-aduk tasnya karna tak menemukan kuncinya. Sedangkan hujan semakin deras turun. Tiba-tiba, alarm mobilnya berbunyi tanda kunci terbuka dan dia menoleh untuk melihat siapa yang membukakan.

 “Mau kemana sayang? Kamu kenapa?” cakka berdiri disampingnya sambil memegang kunci mobil shilla yang sengaja dititipkan gadis itu padanya karna sering lupa naroh dimana.

 “Gak usah panggil gue sayang! Kita Putus!” Tanpa memberi penjelasan lebih rinci, shilla langsung masuk dalam mobil dan melaju meninggalkan kampus. Membuat cakka langsung menelponnya berkali-kali. Tapi di rejectnya.

 “Go to the Hell, cakka! I hate you!” Umpat shilla berkali-kali sambil mengusap sendiri air matanya dan memukul stir serta membunyikan klakson berkali-kali tanda frustasi. Sesak hatinya sekarang. Dia hanya ingin pulang... yah... Pulang.
 

͋ ͋ ͋ ͋
 
“Lo kenapa, dek? cakka ngapain lo?” Tanya ray kaget ketika melihat shilla pulang kerumah basah kuyup, padahal bawa mobil dan mata bengkak seperti habis nangis.

Shilla mengabaikan pertanyaan ray. Dia tak ingin mendengar nama cakka dimanapun dia berpijak. Baginya, Nama cakka adalah kutukan.
“Kak... kalo dia kerumah nyari gue, bilang gue gak ada. Dan gue pengen, lo jangan sebut nama dia dirumah ini, dimanapun gue berada. Gue benci!”

“Lo berantem, shill?” ray tak habis pikir bagaimana bisa shilla benci setengah mampus dengan cakka. Padahal sebelum-sebelumnya kesengsem.
“Gue putus sama dia kak! Dia ...”shilla teringat ucapan ify dan langsung terduduk dilantai dan menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Sakit... 
“Dia kenapa dek? Kenapa lo bisa putus?”

shilla menggeleng. Dia tak sanggup menceritakan dari mulutnya sendiri. Mendengar saja sudah membuatnya ambruk. “Gue gak mau bahas itu kak. Gue mau sendiri. Please...” Dan ray pun tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui kehendak sepupunya itu. “Yasudah. Lo istirahat sana. Ntar kalo ada cakka gue bilang lo belum pulang.”

“Thanks.” shilla bangkit dari duduknya dan langsung menuju kamarnya sambil sesekali mengusap air matanya yang terus turun membasahi pipinya.

Melihat shilla sudah masuk kamar, ray langsung mengambil ponshilnya dan mencari sebuah nama di kontaknya dengan wajah penuh amarah. “Lo apain adek gue, cakka?!” Bentaknya dan mulailah perdebatan sengit antar pria lewat telpon.

͊ ͊ ͊ ͊
shilla baru saja selesai mandi dan langsung membuka laptopnya untuk mengecek apakah ada email masuk atau tidak. Ketika dia melihat bahwa ada yang masuk, dia membacanya kemudian tertegun sendiri. Membuat keputusan.

 “Mungkin, ini cara Tuhan agar gue pergi, yah... pergi...” shilla bergumam sendiri sambil memandang emailnya dan melirik foto mereka yang sedang tersenyum dengan latar belakang pantai. Membuat air matanya menetes lagi. Sakit itu masih sangat menancap dihati. Dia mencintainya, kenapa malah dikhianati seperti ini? Dia menerima keadaan cakka amnesia, tapi kenapa selalu ada halangan dihadapannya? Apakah dia memang ditakdirkan untuk berpisah? Hanya Tuhan yang tau.

“Bye... selamat berpisah lagi
meski masih ingin memandangimu
lebih baik, kau tiada disini
sungguh tak mudah bagiku..
menghentikan segala, khayalan gila
Jika kau ada, dan ku Cuma bisa
Meradang menjadi yang disisimu,
Membenci nasibku yang tak berubah.”

Lamunan shilla terputus ketika mendengar ponselnya berbunyi. Dia meliriknya dan langsung mereject ketika tau siapa yang menelpon walau namanya sudah tak ada lagi. Dia menghapus semua yang berhubungan dengan cakka, walau ada satu yang tak bisa dihapusnya, kenangan yang melekat kuat diotaknya.
 “Gue pergi... yah... pergi. Memulai hal yang baru tanpa perlu lo jadi bayangan gue. Good bye,” shilla menatap foto mereka berdua dan melemparnya ke bak sampah. Dia memutuskan untuk tidur dengan rencana yang menari-nari dikepalanya agar bisa menyusun semuanya dalam waktu sebulan sebelum pergi.

̈́ ̈́ ̈́ ̈́ ̈́ ̈́

 “Hati-hati yah kak. Jaga rumah gue, jangan sampai lo hangusin karna masakan lo ikut hangus. Gue akan kangen sama lo, kak” Pamitnya dengan menenteng koper dan ransel dipundak.shilla pamit pergi dengan ray untuk mengambil Beasiswa di Belanda shilama 2 tahun sebelum kembali ke Indonesia. Dia memutuskan dengan matang-matang. Dan dia mengurus semuanya sendiri walau harus kucing-kucingan dengan cakka yang selalu berkeliaran dimanapun dirinya berada. Dia tak ingin bertemu cowok itu lagi. Tak ingin menghancurkan semua harapan yang disusunnya perlahan.

 “Lo serius dek?” Sampai detik ini, ray masih tak percaya shilla akan meninggalkannya selama itu. Walau dia tau alasannya dari shilla sendiri kenapa harus pergi, tetap saja dia tak terima.

 “Gue serius, kak.” Ucapnya tegas. Membuat ray tak bisa berkata apa-apa selain menyetujuinya.

 “Gue ikhlasin. Keep contact yah. Lo mau gue anter?”

 “Gak usah. Gue mau keliling dulu sebelum ke Bandara. Bye.” shilla mengecup pipi ray sebelum masuk dalam mobil dan pergi meninggalkan ray yang langsung menelpon seseorang. Meminta pertanggung jawaban.

 “shanin... alamat rumah lo dimana? Cakka ada? Oh...ya...ya... gue samperin, Bye.” ray langsung memutus telponnya dan mulai menekuk sepuluh jarinya sambil menyeringai.
“Kayaknya gue memang perlu turun tangan untuk masalah ini,” Gumamnya dan langsung pergi ke rumah cakka.
 

͒ ͒ ͒ ͒ ͒ ͒

 “Lo hamilin ify?! Jawab, cakka!” BUK! Ray menonjok cakka kalap. Membuat shanin langsung melerainya, diikuti rio .

 “STOP! Ini rumah gue, Kak ray! Lo gak bisa main hajar orang selagi gue ada disini!” shanin membentak ray yang lengannya dipegang rio  selagi dia membantu cakka berdiri yang tak tau apa-apa. Yang dia tau hanyalah, ray langsung mendobrak kamarnya dan menuduhnya dengan tuduhan gila.
 “Gue hamilin ify?! Demi Tuhan, ray! Jangankan hamilin dia, gue aja gak pernah liat bodi dia gak pakai baju kayak gimana(-,-)!” cakka membela dirinya dari tuduhan yang sangat mencemarkan nama baik itu.

 “shilla meliat semuanya, cakka! Dia cerita ke gue! Itulah sebabnya dia putusin lo! Dan sekarang, dia pergi! Yah... pergi!” ray berteriak dan membuat cakka terdiam. shilla pergi... belahan jiwanya pergi... sudah cukup dia diputusi tanpa alasan, jangan sampai dia ditinggalkan hanya karna alasan yang sangat menjatuhkan reputasinya sebagai pria.

“Dia pergi kemana, ray?! Jawab gue!” cakka memegang kerah baju ray dan membuatnya mendapat tonjokan lagi.

 “Ke Belanda! Lupain lo! Dia melihat semuanya, kka. Dari foto tunangan hingga Foto USG. Lo bisa apa, cakka?!” ray menyeringai mengejek.

cakka langsung mengambil kunci mobilnya. Pikirnya hanya satu, menghalangi gadis itu pergi dan menjelaskan semuanya, sebelum terlambat.

“Minggir! Gue mau lewat!” Bentaknya ketika ray menghalangi jalan.

“Lo mau kemana? Gue belom selesai ngomong!”

“Gue mau nyusul shilla ke bandara! Gak akan gue ijinin dia pergi!”

Ray semakin menghalanginya. “Hadapin gue dulu, baru gue ijinin! Gue gak peduli kalo tingkah gue bakal bikin lo gak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi ke shilla! Kalo lo gak sempat, berarti dia memang pantas pergi dan mencari seseorang yang bisa mencintainya tanpa harus selalu menangis karna lo! Lo bisa menunggunya selama dua tahun kalo itu terjadi, itupun kalo lo sanggup dan dia mau.” ray menjawab enteng. Seolah-olah itu biasa saja.

“Lo mau apa, ray??” cakka mulai putus asa dengan tingkah sepupu pacarnya ini yang dirasa lebih tiran dari suami Siti Nurbaya.

“Gue setuju apapun pilihan shilla asal dia bisa bahagiain sepupu gue. Lo mau tau keinginan gue? Gampang! Lo harus ingat siapa shilla di hidup lo sebelum amnesia, dan apa yang paling dia takutin dan dia senang. Kalo lo bisa mengingat semuanya, gue akan ijinin. Kalo enggak, jangan harap lo bisa keluar kamar dengan gue didepan lo ini, cakka!”

“Lo gila kak!” shanin mendengus marah. Dia tak yakin cakka bisa mengingat semua itu disaat terjepit.

“Gue gak gila,shanin! Gue hanya ingin dia sadar, siapa shilla di hidup dia dulu dan sekarang, itu saja! Dia selama ini meremehkan sepupu gue akan terima keadaan amnesianya tanpa harus berusaha mengingatnya lagi!”

cakka merasa tertampar mendengar ucapan ray. Dia berusaha mengingat keras siapa shilla dikehidupannya dulu sebelum amnesia, dia harus ingat...sebelum semuanya terlambat, sebelum dia tak bisa bertemu lagi, sebelum... ah... dia tak bisa membayangkan apabila itu terjadi. Entah dia harus kemana lagi kalau sampai itu terjadi, Belanda sangat luas, jauh dari genggamannya.
 “Arrgghh...” cakka mengernyit kesakitan sambil memegang kepalanya. Semuanya, kenangannya, hadir dalam otaknya tanpa antre. Dia mengingat semuanya, dia ingat saat pertama kali ketemu shilla, saat mereka main pentas Putri tidur, saat dia mencium gadis itu pertama kali waktu tidur dan sampai saat ini shilla tak tau, dan saat dia pergi meninggalkan shilla dan memberinya sebuah janji... yah ... janji yang dia buat, namun dia sendiri menghancurkan karna membawa ify kedalam hidupnya..

“Lo kenapa kak?” shanin cemas sambil mendelik jengkel ke arah ray. Kalau sampai cakka kenapa-napa, ray lah yang akan dia tuntut terlebih dahulu.

“Gue ingat siapa dia,” cakka terbata-bata mengucapkan sambil memegang kepalanya yang serasa ingin pecah.

“Oh ya? Siapa dia buat lo, cakka?”

“Dia..” cakka tersenyum walau kepalanya sakit.
“cewek paling galak dan gak tau diri waktu MOS, dia bentak gue padahal dia tau gue panitia, dia cewek yang paling gak terpesona sama gue disaat teman-temannya memuja gue, dia cewek yang bikin gue bertekad untuk mendapatkannya. Dan dia... cewek yang dijodohin nyokap sama gue dan gue sempat tinggal dirumahnya selama 4 bulan. Dia suka bunga tulip, coklat dan hujan. Paling takut dengan petir, dan film hantu.” cakka menjelaskan panjang lebar. Membuat ray tersenyum. shanin hendak menangis saking terharunya.

“Kejarlah dia, cakka. Gue yakin, lo pasti tau dimana dia berada kan?” ray menepuk pundak cakka.

“Thanks. Gue tau dia dimana,” cakka tersenyum dan langsung keluar kamar meninggalkan mereka yang berdoa, agar bisa bertemu shilla.

“Kalau sampai sepupu gue gak ketemu shilla...” shanin mengancam ray dengan suara mendesis “Lo yang pertama akan gue bunuh, kak.”

Rio  hanya mengangguk tanda menyetujui dan  ray hanya nyegir.

΅΅΅

 “Hujan...” Serunya pelan sambil menengadahkan tangan. Menikmati tetesan hujan yang dari dulu sangat disukainya. shilla duduk di taman sambil menatap danau yang tenang meski hujan semakin deras. tak ada niat sedikitpun untuk masuk mobil. Dia membiarkan tubuhnya basah kuyup. Dia menutup matanya. Mengingat semua yang pernah terjadi dengan cakka dikala hujan. Membuatnya menangis.
“Kenapa lo nyakitin gue, cakka? Udah cukup lo pergi tanpa pamit, kembali dengan bawa ify dan sekarang lo malah menghamilinya. Dan sekarang, dengan bodohnya gue duduk disini, di tempat lo pernah bilang kita akan ketemu lagi, walau gue sadar 100%, lo gak akan pernah ingat janji itu.” Yah... lo gak akan pernah ingat.” shilla bergumam sendiri. Meratapi kebodohannya.

“Kata siapa gue lupa sama janji yang pernah gue ucapin?” Tau-tau cakka berdiri dibelakangnya. Membuat shilla terlonjak dan menoleh.
“Hujan sayang, teduhan yuk.” Ajaknya sambil mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang payung. Namun ditepisnya.

“Buat apa lo kesini?” shilla bertanya dengan suara dingin dan gemetar menahan dingin.

“Menyusul lo, sayang. Sekalian mau menyuruh lo pulang.”

“Gue gak mau pulang! Lo tau, cakka, 2 jam lagi gue akan ke bandara! Ninggalin lo! Jadi, gue mohon, lo pergi dari kehidupan gue! Gue benci!” shilla menjerit ketika tangannya dipegang dan dipeluk cakka dengan payung yang menaungi mereka.

“Please... don’t leave me, dear.”

“Lo gak tau betapa sakitnya saat gue tau bahwa pacar gue ternyata akan punya anak dari mantannya. Tunangan pula! Gue ngerasa bodoh mau menerima cinta lo.”

“Demi Tuhan, Ashilla Zahrantiara Nuraga (masih sempat-sempatnya-_-‘)……”
“gak usa tambah-tambahin nuraganya bisa kali” potong shilla sengit…
 “Gue gak pernah hamilin ify! Lo boleh minta gue test DNA kalo lo mau, gue gak tunangan sayang. Gue gak pernah tunangan sama dia, sama cewek lain. Gue hanya mau lo.” Lanjut cakka mengiraukan ucapan shilla

“Bulshit!” Shilla mendesis. Membuat cakka langsung melepas pelukannya dan menatapnya.

“Look at me,dear. You’ll be see a honesty in my eyes. I just love you. Gue gak pernah hamilin dia. Percaya sama gue, shilla.”

“Tapi..foto itu.. gue liat lo ciuman sama dia, lo pasangin cincin ke dia, gue liat semuanya,cakka! Gue liat! Dan USG itu, Oh God... you can’t imagine how broke my heart when i knew it!”

“USG bisa aja dia ambil foto lain terus ngaku-ngaku itu punya dia, shilla.”

“Kalo foto lo ciuman? Lo mau bilang dia nyewa orang yang mirip lo terus ciuman gitu?”sengit shilla

“Gue gak nyangkal hal itu, shilla.” cakka masih menatap shilla yang menangis dan menghapus air matanya yang terus membasahi pipinya. “Gue pernah sayang sama dia, tak ingin kehilangan dia, dan gue abadikan dalam foto. Dan foto yang lo bilang itu kami tunangan, lo salah besar. Karna apa? Seingat gue, itu foto diambil pada saat sepupu gue di Jerman, James ingin mengajak pasangannya tunangan. Dan kebetulan postur tubuh tunangannya itu mirip sama ify, jadi kami nyoba cincin itu di toko perhiasan dan minta James yang fotoin. Tapi gue gak nyangka itu akan jadi senjata mata tuan untuk kehilangan cewek yang sangat gue cintai,”

“Lo sayang sama gue?” shilla luluh dengan penjelasan cakka. Namun tak ingin menunjukkan.

“Lebih dari apapun didunia ini, shilla.”

“Lo sayang, tapi lo lupa siapa gue, Buktinya... sampai sekarang, lo gak ingat kan siapa gue?”

“Lo liat wajah gue bonyok karna apa?” cakka menunjuk wajahnya sendiri. Membuat shilla sadar banyak memar diwajahnya. Bahkan darah masih menetes karna tercampur dengan air hujan.

“Lo dihajar siapa?”

“Gue dihajar ray karna tak bisa mengingat siapa lo di dunia ini. Seandainya gue gak bisa ingat lagi, mungkin kita gak akan ketemu lagi, shill. lo pergi, dan gue disini, menyesali nasib gue.”

“Siapa gue di hidup lo,Cakka Kawekas Nuraga?”

“Kamu...” cakka mengubah panggilannya dan mengecup kening shilla. “Cewek yang bikin aku merasa paling beruntung karna mengenalmu, cewek yang bikin aku merasa, ini adalah hari terindah dalam hidupku karna bisa mengingatmu dan mengatakan, kalau aku mencintaimu lebih dari yang pernah kamu bayangkan, Ashilla Zahrantiara. Dan...” kedua pipinya tak luput dari ciuman cakka. “Maukah kamu menjadi cewek yang terakhir untukku? Aku memang tak menjanjikan bisa melindungimu, tapi aku berjanji akan selalu ada disisimu di saat kamu butuh.” Dan cakka menatap shilla yang hendak mengeluarkan kristal dipelupuk matanya.

“Kamu mau mencintaiku? Baik buruknya?”

“Iya... baik buruknya aku terima. Karna disitulah sisi sempurnamu, shilla.”

“Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Slalu bersedih apapun terjadi
Apapun yang terjadi...
Kau jadikan aku, ada.

“Once*

Shilla menganggukkan wajahnya. Dia tersenyum dengan air mata menetes. Sungguh, dia terharu dengan keseriusan cakka. Semua halangan yang dia hadapi, terbayar dengan cakka mengucapkan kalimat itu padanya. Kalimat yang dia tunggu. Dan tak ada lagi yang meghalangi mereka untuk bersatu.
 “Tiada lagi yang mampu berdiri
Halangi rasaku, cintaku, padamu.”

 

 “Aku mau” Ucapnya dan cakka melepas payung yang menaungi mereka dan berpelukan erat. Inilah yang dia inginkan. Bersama gadis yang sangat dia cintai. Dan takkan pernah dia lepas lagi, sejengkal pun.

 “Kamu jadi ke Belanda? Tinggalin aku?” cakka melepas pelukannya dan menatap shilla

 “Iya... karna aku sudah mengurus semuanya.”

 “Aku ikut,” putusnya dan shilla melongo.

 “Ikut aku?”

 “Iya... aku gak mau kamu sendiri disana, terus kecantol pria Belanda dan melupakanku. Bulan depan, aku akan menyusulmu. Karna aku juga mendapat beasiswa.” Ucapnya dan membuat shilla melompat bahagia.

 “Serius? Akhirnya...” shilla terlalu bahagia untuk bisa berkata apa-apa dan dia menatap langit dan melihat pelangi seolah diatasnya. Menaungi mereka.

 “Beautiful Rainbow.” Pujinya sambil mendongkakkan wajah keatas.

 “Iya... tapi tak secantik kamu,Ashilla Zahrantiara I love you, for yesterday, now, and tomorrow.” Ucapnya dan sebelum shilla menjawab, dia sudah membungkam dengan ciumannya. shilla yang kaget dengan itu, langsung membalasnya dan melingkarkan tangan dilehernya. Dengan pelangi diatas mereka dan hujan yang sudah mulai mereda. Dan dia bersyukur, karna telah menemukan apa yang menjadi sumber senyumannya.

“Ku bahagia, kau telah terlahir didunia
Dan kau ada, diantara miliaran manusia
Dan ku bisa, dengan radarku, menemukanmu.”
*Maudy Ayunda – Perahu Kertas*





EPILOG..
         

“Sayang... Bagaimana kalo kita satu kamar aja? Biar hemat bayar gitu,” cakka menggoda shilla yang asyik melirik jalan raya dari atas apartemennya di Belanda. Ya... mereka berdua pergi ke Belanda untuk beasiswa, cakka menepati janjinya untuk mengikuti kemanapun shilla pergi asalkan dia mau menunda keberangkatannya. Maksudnya biar bareng nyampe. Dan shilla pun, dengan sedikit ancaman maut ala cakka, akhirnya menggeser semua jadwalnya.

shilla menatap cakka dengan kesal. Kadang dia bertanya dalam hati, kenapa mau-maunya sayang dengan cowok genit, sengak macam cakka. “Sejak kapan kamu mikir soal hemat biaya? Yang ada kamu lebih boros dari aku, sayang.”

cakka tersenyum untuk meluluhkan hati shilla. Namun sayangnya, shilla sudah tak mempan lagi dengan senyum maut bikin cewek-cewek histeris itu. “Jadi, kita pisah kamar gitu?” Tanyanya dengan wajah pura-pura kecewa.

shilla mendekati cakka dan mendongkakkan wajahnya karna cakka terlalu tinggi untuknya sekarang. “ Memangnya aku harus berapa kali mengingatkan perjanjian yang kita bikin, cakka? Kamu kan sudah setuju!”

“Iya sih... Tapi...” cakka menggaruk kepalanya yang tak gatal dan menatap shilla. Dia yang tau apa arti tatapan pacarnya itu, pasang badan siap lari. “Apa kamu lirik-lirik?! Mau maksa aku untuk tidur bareng? Gak usah!”

Tanpa bisa dicegah apalagi diantisipasi, cakka langsung menggendong shilla masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan kakinya dan meninggalkan barang-barangnya diluar kamar. Baginya, menggoda shilla lebih penting.

“Sayang... are you ready?” Ucapnya ketika dia menidurkan shilla dikasur dan tersenyum. Membuat shilla mendadak sulit menelan ludah.

“Rileks,” cakka menenangkan shilla yang agak panik dan dia mendekatkan wajah kearahnya dan ...dan.................. *pikirkan sendiri apa yang terjadi :p*

 

END-


Yaa akhirnya tamat juga  ini cerbug..hehe 
Skali lagi thanks so much buat kak Rere yang udah ijinin ngerepost cerbug ini dan juga buat pembaca cerbug ini... LOVE YOU GUYS :* <3

Diposting oleh Tirsa di 18.00
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

1 komentar:

Unknown mengatakan...

haha, bikin nangis, bikin jengkel, tapi suka banget cerita ini {}

14 Juni 2013 pukul 03.50

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Copyright © 2012 WELCOME TO MY BLOG :D |