Rabu, 02 Januari 2013
In:
Cerpen
2000 Day * Cerpen Cakshill *
Hey aku ada cerpen nih...Tapi ini cerpen copasan :P
Cerpen aslinya couplenya dari kartun anime yaitu Sasuke-Hinata ,tapi admin ganti jadi Shilla-Cakka :P
Buat pecinta kartun anime yg udah baca cerpen ini,baca lagi yukk versi Cakshillnya :P wkkwkw :DD
Cerpen aslinya couplenya dari kartun anime yaitu Sasuke-Hinata ,tapi admin ganti jadi Shilla-Cakka :P
Buat pecinta kartun anime yg udah baca cerpen ini,baca lagi yukk versi Cakshillnya :P wkkwkw :DD
2000 Day *Cerpen Cakshill*
KRINGGGGGGGGGGG
Cakka mematikan alarm dari jam weker
di atas meja di samping tempat tidurnya. Dia kemudian bangkit dan duduk di
pinggir ranjang. Dia tidak langsung menuju ke kamar mandi saat melihat sebuah
kertas berisi catatan tertempel di atas sandal yang akan dipakainya. Tulisan di
kertas itu cukup jelas terbaca untuk mata yang baru bangun tidur.
Jangan lupa sarapan sebelum
berangkat.
Ada Onigiri di dalam kulkas.
Panasilah terlebih dahulu sebelum
mandi.
Love A-Z
'ckkk! Dia tidak pernah lelah
membuat catatan-catatan seperti ini,' pikir Cakka.
Dengan langkah yang malas, cakka
menghampiri kulkasnya untuk mengeluarkan onigiri yang dibuat oleh kekasihnya. cakka
lalu memasukkan onigiri itu ke microwave untuk dipanaskan. Beranjak ke kamar
mandi, berpakain, dan kemudian sarapan. Cakka pun mengemasi barang-barang yang
diperlukannya dan berangkat mengajar sebagai dosen di Universitas.
Kedatangan Cakka disambut oleh teman
baiknya selama kuliah dan sekarang menjadi partner kerjanya.
"Hey, cakka. Akhirnya kau
datang juga. Tadi aku menerima sebuah email. Disitu tertulis bahwa kau ditawari
pekerjaan untuk mengajar di Universitas Shivers. Kau benar-benar
beruntung," ucap rio sambil tersenyum lebar.
Belum sempat cakka memberi komentar,
rio melanjutkan ucapannya. "Tapi aku bisa mengirim balasan email-nya bahwa
kau menolak untuk mengajar di sana."
"Jangan!"
Larangan cakka sontak membuat rio
kaget.
"Memangnya kenapa? Kurasa kau
akan sulit meninggalkan Shilla. Atau mungkin kau akan mengajak dia untuk ikut
denganmu?" tanya rio.
"Aku akan menerima tawaran itu.
Jadi jangan ditolak," cegah cakka
"Lalu bagaimana dengan Shilla?"
tanya rio lagi.
"Justru aku pergi kesana untuk
sedikit menjauh darinya. Supaya aku tidak terlalu bosan," jawab cakka
"Apa? Baiklah. Kalian memang
sudah berpacaran selama 6 tahun . . ."
"5 tahun setengah," potong
cakka
"Iya, iya. Hampir 6 tahun.
Meskipun begitu, aku tidak percaya kau bisa bosan dengannya. Bukannya dulu kau
yang selalu mengejar-ngejarnya. Kau bahkan tidak punya keberanian berkenalan
dengannya jika saja kau tidak menjadi asisten Guru yang mengajar di kelasnya
kan?" celoteh rio
"Setiap orang, pasti memiliki
titik jenuh ," balas cakka datar.
:^:^:
Pagi ini seperti biasa cakka
berangkat kuliah lebih awal. Sebenarnya kelasnya baru dimulai jam 10 pagi. Tapi
sebelum jam 8 pagi, cakka sudah berdiri di halte bus. Dia tidak ingin terlambat
naik bus. Dia memang jenius, tapi bukan bermaksud untuk menjadi mahasiswa
teladan dengan datang ke kampus lebih awal. Ada seseorang yang selalu ditunggu cakka
untuk naik bus yang sama dengannya. Seorang gadis, yang menjadi pujaan hatinya.
Sudah setahun sejak cakka pertama
kali melihat gadis itu. Rambut panjang indigo, bola mata lavender, kulit putih,
dan paras wajahnya yang manis membuat cakka tidak bisa tidak memikirkannya.
Beautiful.
Kata pertama yang diucapkan cakka
saat pertama kali melihat Shilla. Setiap pagi sejak saat itu, cakka selalu
berangkat lebih awal agar bisa bertemu dengan Shilla di dalam bus. Setelah
turun dari bus, cakka akan mengikuti Shilla secara diam-diam sampai Shilla
hilang dari pandangannya. cakka memang disukai oleh banyak gadis. Tapi dia
bingung bagaimana harus bertindak kepada gadis yang dia sukai.
cakka akhirnya memiliki kesempatan
untuk mengenal Shilla saat dirinya diminta menjadi asisten guru oleh Pak Dayat
untuk membawakan mata pelajaran Bahasa Inggris. cakka sempat terdiam sebentar
saat memasuki kelas yang akan diajarnya dan melihat Shilla ada di sana. Entah
ini sebuah kebetulan atau memang takdir.
cakka semakin sering bertemu Shilla.
Dan suatu pagi saat cakka naik bus, tidak ada lagi bangku yang kosong
kecuali satu bangku. Yaitu bangku di sebelah Shilla. cakka sempat deg-degan
saat harus duduk di samping Shilla. Shilla tersenyum kepadanya begitu dia duduk
di samping Shilla.
"Selamat pagi kak..,"
sapanya lembut.
Ibarat kupu-kupu yang baru lepas
dari kepompongnya, cakka merasakan kupu-kupu itu terbang di dalam perutnya.
Shilla mengenal dirinya sebagai
utusan untuk menggantikan Pak Dayat. Dia belum pernah mengenal cakka lebih
dekat. Itu sebabnya Shilla sedikit ragu-ragu saat dia ingin menanyakan sesuatu
kepada cakka.
"Mm. kak," panggil Shilla.
"Ya?" cakka langsung menoleh
begitu namanya dipanggil oleh gadis pujaannya.
"Apa kau bisa memberikan kursus
privat Bahasa Inggris?" tanya Shilla sedikit ragu.
"Untuk siapa?" tanya cakka
balik.
"Untukku," jawab Shilla.
cakka tersenyum. "Tentu
saja."
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
cakka tiba di apartemennya untuk
melihat seseorang sedang memasak di dapurnya. Seluruh ruangan juga terlihat
rapi. Pasti dia semua yang membereskannya.
"Selamat Sore," sapa
Shilla begitu melihat cakka membuka kulkas untuk mengambil air dingin.
"Kau pasti lapar. Tunggu ya.
Sebentar lagi makanannya siap. Mandi saja dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat
di bathtub," tawar Shilla.
"Hmmm."
Waktu makan malam terasa sangat
biasa. cakka sudah tidak pernah lagi menggoda Shilla atau sekedar memberi
pujian-pujian atas apa yang sudah dikerjakan oleh Shilla. Tidak ada
kata-kata Masakanmu lezat sekali, atau Aku beruntung punya
pacar sepertimu. Mereka berdua sama-sama makan dalam diam. Akhirnya cakka
memutuskan untuk memecah keheningan.
"Mulai bulan depan, aku akan
pindah ke Universitas Cambridge," ucap cakka datar.
Shilla menghentikan kegiatannya. Dia
kemudian meletakkan sumpit di atas mangkuk nasinya.
"Wah! Bagus sekali. Karena kau
sangat sibuk, sepertinya aku harus ikut kursus Bahasa Inggris di tempat lain.
Bahasa Inggris-ku 'kan kacau sekali. Bagaimana aku bisa berkomunikasi di
sana?"
Shilla melanjutkan perkataannya
sedangkan cakka hanya memijit-mijit pelipisnya. Awalnya cakka kira Shilla akan
menangis. Ekspresinya benar-benar tidak terduga. Shilla malah berpikir bahwa cakka
akan mengajaknya turut serta.
'Memangnya siapa yang mau mengajakmu
kesana,' gumam cakka dalam hati.
shilla kembali makan saat dia
selesai bicara.
"Apa aku boleh minta
tolong?" tanya cakka.
"Apa saja," jawab Shilla.
"Bisakah malam ini juga, kau ke
tempat rio biasa bereksperimen? Aku membutuhkan jurnal hasil penelitiannya
malam ini sebagai bahan untuk besok pagi," pinta cakka
"Tentu saja," balas Shilla
sambil tersenyum.
"Oh ya, cakka. Jangan lupa hari
ke-2000 kita ya!" Shilla mengingatkan.
"Memangnya kau ingin kita
merayakannya dimana?" tanya cakka
"Kejutan. Pastikan saja kau
tidak memiliki acara lain di hari itu," jawab Shilla sambil tersenyum.
"Hmm."
:^:^:
"Kita mau kemana kka?"
Shilla sudah tidak memanggil cakka
dengan sebutan kakak –sebagai kakak kelasnya-lagi setelah mereka berteman
dekat. Dia tidak menyangka kalau asdos dan guru kursusnya itu bisa menjadi
teman baiknya sekarang. Mungkin pun lebih.
"Nanti kau akan tahu,"
jawab cakka membuat Shilla semakin penasaran.
Mereka akhirnya tiba di sebuah
tempat yang sunyi di tengah hutan. Suasana hutan yang sebelumnya gelap,
sekarang menjadi terang karena adanya ribuan kunang-kunang yang terbang di
sekitar pepohonan di hutan.
Shilla memandang takjub keajaiban
alam yang tersaji di depan matanya. Pemandangan seperti ini tidak akan bisa kau
temukan di daerah perkotaan. Meskipun ada, pasti jumlahnya tidak sebanyak ini.
"Indah sekali. Bagaimana kau
bisa menemukan tempat ini?" tanya Shilla yang masih takjub.
"Waktu itu aku, rio, dan
teman-temanku yang lain melakukan ekspedisi mengenai spesies kupu-kupu. Tapi
kami malah menemukan kunang-kunang. Tidak banyak orang yang mengetahui tempat
ini. Lalu aku berjanji, bahwa aku akan membawa orang yang kucintai
kesini," jawab cakka
Shilla menggaris bawahi kalimat cakka
yang terakhir. Keindahan pemandangan di depannya tak mampu mencegahnya untuk
menoleh ke arah cakka. Matanya penuh dengan pertanyaan. Namun cakka juga bisa
melihat kebahagiaan tersirat disana.
cakka menjawab pertanyaan Shilla
dengan cara yang tidak biasa. Begitu juga cakka. Baginya begitu sulit
menjelaskan cinta dengan kata-kata.
Namun dari bibir mereka yang
bersentuhan dan pelukan hangat Cakka yang merangkul tubuh Shilla, dia pasti
sudah menemukan jawabannya.
cakka sangat bahagia. Dia lupa kapan
terakhir kali dia merasa sebahagia ini. Shilla ternyata menjadi sosok yang
lebih dari sekedar pacar. Dia juga menjadi Ibu, Kakak, dan sahabat yang baik.
Tinggal jauh dari keluarga besar Nuraga membuat hidupnya sedikit tidak teratur.
Namun setelah Shilla datang, cakka merasa dirinya lebih berarti.
Shilla selalu ada. Menemaninya,
mengurus dirinya dan apartemennya, memasak, membantu menyiapkan modul sebagai
bahannya untuk mengajar, dan lain sebagainya. Andaikan mereka sudah menikah,
Shilla adalah sosok istri yang sempurna.
Shilla juga suka menyelipkan
catatan-catatan kecil sebagai pengingat untuk cakka. Di dalam kamar, di pintu
kulkas, di dinding dapur, dan tempat-tempat lainnya. Isinya sederhana. Sekedar
mengingatkan cakka agar tidak telat makan, jangan terlalu lelah, istirahat yang
cukup, dan pesan-pesan lainnya.
Cakka menganggap dirinya adalah
pemuda yang paling beruntung di dunia ini.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
Cakka memaksa untuk membuka kedua
matanya yang masih terasa ngantuk. Dia masih ingin berlama-lama di atas kasur
sebelum melaksanakan rutinitasnya hari ini. Namun bunyi bel pintu seakan tidak
mau berkompromi. Seperti enggan berhenti sebelum si pemilik apartemen
membukakan pintunya.
Cakka mengumpulkan seluruh tenaganya
untuk bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar untuk membukakan
pintu apartemennya. Seperti yang sudah cakka duga, orang yang memencet bel
pintu tak lain dan tak bukan adalah Shilla.
"Pagi sekali datang
kemari?" tanya cakka
"Aku membawakan jurnal hasil
penelitian yang kau minta," jawab Shilla.
"Oh. Masuklah. Letakkan saja
jurnalnya di atas meja. Aku mandi dulu," ucap cakka.
Shilla tidak memberi komentar. Dia
melakukan apa yang dikatakan oleh cakka. Saat mandi, cakka memikirkan tentang
Shilla yang terlihat agak berbeda hari ini. Dia sama sekali tidak tersenyum.
Wajahnya juga terlihat pucat. Dan dia memakai gaun terusan berwarna putih.
Tidak biasanya Shilla memakai baju seperti itu. Apa dia sakit?
Setelah bersiap-siap, cakka berniat
segera berangkat ke Universitas tempatnya. Saat keluar dari kamar, dia melihat
Shilla sedang memandangi kalender. Mungkin menghitung hari ke-2000 yang hanya
tinggal 3 hari lagi.
"Aku sudah mau berangkat. Kau
akan tetap disini?" Tanya cakka.
"Ya," jawab Shilla singkat
tanpa menoleh.
"Ya sudah." cakka pun
keluar dari apartemennya.
Dalam perjalanan ke halte bus, cakka
mengaktifkan ponselnya. Dia sengaja menon-aktifkannya semalaman agar tidak
terganggu oleh telepon-telepon yang mungkin tidak penting.
Baru saja ponselnya nyala, sebuah
telepon masuk. Cakka mengernyitkan alisnya.
'Kakak Shilla?', tanyanya dalam
hati.
"Halo, Alvin cakka menjawab
teleponnya.
"Akhirnya aku berhasil
menghubungimu, cakka.. Bisakah kau ke rumah sakit sekarang? Shilla terjebak
kebakaran di laboratorium Kimia tadi malam. Sekarang dia sedang dirawat. Dan
dokter bilang, keadaannya cukup parah," jelas alvin di ujung telepon.
cakka menghentikan langkahnya. Dia
tidak percaya. Baru saja dia bertemu Shilla di apartemennya. Bagaimana bisa
sekarang Shilla berada di rumah sakit?
"cakka?" panggil alvin
"Ah, iya vin.. Aku segera
kesana," sahut cakka
"Baiklah."
Dengan begitu telepon tertutup. cakka
bingung kemana tujuannya selanjutnya. Langsung bergegas ke rumah sakit, atau
kembali ke apartemennya. cakka memutuskan kembali ke apartemennya. Ini bukanlah
April Mop, bukan pula hari ulang tahunnya. Tapi cakka tetap berharap bahwa ini
semua adalah lelucon.
"Shilla!" panggilnya
setelah membuka pintu.
Tidak ada jawaban. cakka mencari ke
setiap sudut apartemen sambil memanggil nama Shilla. Namun tetap tidak ada
jawaban. Dan Shilla juga tidak ada di manapun. cakka kemudian berlari keluar.
Dia tahu kemana tujuannya sekarang. Rumah sakit.
:^:^:
cakka mulai bosan. Setiap hari
Shilla selalu memperlakukannya dengan cara yang sama. Tepat 5 tahun mereka
pacaran, cakka mulai memikirkan bagaimana caranya agar putus dari Shilla. Dia
tidak terbiasa dalam urusan asmara. Apalagi untuk mengakhiri hubungan dengan
seorang gadis. Baginya ini lebih sulit dari mengerjakan soal-soal eksakta.
Dia tidak lagi seperti dulu.
Pelukan, ciuman, pujian, sudah tidak pernah diberikannya lagi kepada Shilla.
Namun Shilla tidak pernah mempertanyakan ataupun menyadarinya. Shilla tetap
saja memperlakukan cakka dengan cara yang sama.
Jika saja cakka adalah awan, maka
dia sudah berada di titik jenuhnya. Yang sudah siap menurunkan hujan yang
merupakan air mata Shilla.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
"Shilla pingsan di dalam
laboratorium Kimia saat berdesak-desakan keluar ruangan dengan orang lain
ketika kebakaran terjadi. Itu yang dikatakan oleh rio kepada saya," jelas
dokter yang merawat Shilla- setelah cakka tiba di rumah sakit.
"Tidak ada luka bakar yang
berarti, karena pemadam kebakaran berhasil mengevakuasi Shilla dengan
cepat," lanjut Dokter.
"Lalu, kenapa keadaannya
dikatakan cukup parah?" tanya alvin
"Itu karena . . ." Dokter
menarik nafas dalam sebelum melanjutkan jawabannya, "Shilla menghirup asap
dari cairan Sulfur dan Klor yang terbakar."
cakka tersentak. Dia masih berharap
bahwa ini semua adalah lelucon. Dia tidak ingin ini semua terjadi. Apalagi
ketika mendengar penjelasan dari Dokter. Sulfur dan Klor. Adalah cairan Kimia
yang akan berubah menjadi racun jika bersentuhan dengan api. Dan permasalahan
yang terjadi saat ini adalah, ada racun yang masuk ke tubuh Shilla melalui
sistem pernapasannya.
"Separah apa?" tanya cakka
pelan. Dokter bahkan hampir tidak bisa mendengarnya.
"Hasil pemeriksaan terakhir
kami menunjukkan, racun sudah menyebar ke seluruh aliran darah dan juga
beberapa organ tubuhnya. Salah satunya paru-paru," jawab Dokter.
"Apa tidak ada cara untuk
menyelamatkannya?" tanya cakka lagi.
Pertanyaan bodoh! Padahal cakka
jelas-jelas tahu apa efek dari racun ini ke tubuh manusia. Tapi dirinya
benar-benar berharap shilla bisa diselamatkan.
"Saya mohon maaf. Meskipun bisa
dilakukan pencucian darah, tapi tidak mungkin mengganti organ-organ tubuhnya
yang sudah terkontaminasi. Itu mustahil," Dokter meyakinkan.
"Haha. Bukankah kau harusnya
senang dengan kejadian ini kak cakka? Kau 'kan memang sudah berencana untuk
putus dengan Kak shilla," ucap Shanin lirih sambil meneteskan air matanya.
"Shanin. Jangan berbicara
seperti itu," Alvin mencoba menenangkan adiknya
"Tapi itu memang benar Kak Alvin..
Kak Shilla sendiri yang cerita. Kak cakka berubah. Dan dia yakin kalau Kak cakka
ingin putus darinya. Tapi dia menunggu sampai lewat hari ke-2000 untuk
menanyakannya pada kak cakka," bentak Shanin.
alvin memeluk Shanin yang
terisak-isak dan mencoba menenangkannya.
cakka terdiam. Mencoba mencerna
seluruh kalimat yang diutarakan oleh Shanin. Ternyata Shilla sudah menyadari
tentang perubahan sikapnya. Tapi kenapa Shilla harus menunggu sampai hari
ke-2000 untuk mengklarifikasinya.
"Kak shilla sudah menyiapkan
sesuatu untukmu di hari itu. Dia sudah menyiapkannya selama 3 tahun terakhir
ini," isak Shanin.
cakka masih belum bisa berkata-kata
sampai Dokter menyuruhnya untuk melihat keadaan Shilla. cakka sempat ragu saat
ingin memasuki kamar rawat Shilla. Dia tidak sanggup melihat Shilla yang
terbaring lemah di atas ranjang sempit rumah sakit. Dia juga tidak senang dengan
alat-alat rumah sakit yang menyentuh kulitnya meskipun itu untuk mendukung
kehidupannya. Tubuh mungilnya semakin terlihat tak berdaya. cakka tidak mampu
lagi membendung air matanya saat dia menggenggam tangan Shilla. Begitu dingin
dan membiru akibat racun yang sudah menembus syaraf-syaraf kulit putihnya.
cakka menciumi seluruh lekuk tangan
Shilla. Bahunya berguncang karena mencoba menahan tangisnya. Dia memang ingin
berpisah dari Shilla. Tapi bukan dengan cara seperti ini. Dia ingin Shilla
sehat dan hidup bahagia meski tanpa dirinya. Dia masih belum bisa menerima
vonis Dokter terhadap Shilla. Karena hidupnya, hanya menunggu hitungan hari.
Kenapa harus berakhir seperti ini? Pertanyaan ini terus berulang-ulang di benak
cakka. Dia tidak rela jika Shilla harus pergi untuk selamanya.
Shilla masih pulas dalam tidurnya.
Tidak ada yang tahu apakah Shilla akan siuman atau tidak. Nafasnya yang teratur
tidak sama dengan denyut jantungnya yang kian melemah. Semua orang berhak
merasa khawatir menghadapi hal ini.
Malamnya cakka beranjak pulang
setelah Dokter berhasil membujuknya dengan mengatakan bahwa jam besuk sudah
selesai. Awalnya cakka tidak ingin pulang. Dia ingin terus bersama Shilla di
saat-saat terakhirnya. Tapi kebijakan rumah sakit sepertinya sulit untuk
dibantah.
cakka melangkah masuk ke
apartemennya. Rasanya begitu dingin. Tidak ada kehangatan yang biasa dibawakan
oleh Shilla. Seluruh ruangan terlihat sepi. cakka rindu kehadiran Shilla yang
meramaikan kekosongan di apartemennya. Dia menggeleng pelan dan berjalan ke
arah kamarnya.
Namun sebelumnya,cakka menyempatkan
diri untuk melihat ke kalendernya. Tiba-tiba dia teringat dengan perkataan
Shanin saat di rumah sakit. Hari ke-2000. Hari yang selalu dinanti-nanti oleh
Shilla. Mata cakka membelalak. Tepat di tanggal yang ditandai sebagai hari
ke-2000 mereka, ada sebuah catatan disana. cakka yakin catatan itu tidak ada
sebelumnya. Dia bingung kapan Shilla menulisnya. Lalu dia ingat saat Shilla
memandangi kalender ini tadi pagi. Apa mungkin Shilla menulisnya tadi pagi?
cakka yang selalu percaya pada
sebuah kepastian, kini mulai menganggap bahwa imajinasi merupakan hal yang bisa
menjadi nyata. Dia membaca dan mencoba mengikuti isi dari catatan yang ada di
kalender.
Lihatlah pintu kulkas!
Ada catatan lain di pintu kulkas.
cakka membacanya dan mencoba mengikuti instruksi selanjutnya.
Rak buku, baris keempat, buku
kesepuluh dari kanan.
cakka mengambil buku yang dimaksud
dari koleksi buku-bukunya yang lain. Buku itu adalah buku yang pernah
dihadiahkan oleh cakka untuk Shilla. Lalu kenapa buku itu ada disini? cakka
tidak tahu pasti jawabannya. Di sampul depan buku itu ada catatan lain.
Lihat halaman 25!
cakka membuka buku tersebut dan
mencari halaman 27. Dia memandang tak percaya. Di dalam buku itu, terdapat 2
tiket liburan ke Paris. cakka berlutut dan menjatuhkan buku yang dipegangnya.
Perhatiannya sekarang hanya tertuju pada tiket liburan tersebut. cakka
menangis. Bagaimana mungkin dia bisa begitu tega pada seseorang yang sudah
menyiapkan liburan terbaik yang selalu diimpi-impikan cakka sejak dia masih
kecil.
"S-hi-lla," panggilnya
lirih.
:^:^:
"Wah, indah sekali! Lihat cakka!
Balkon ini menghadap ke gunung fuji," ucap Shilla.
"Iya. Aku pintar memilih tempat
kan?" tanya cakka.
Shilla mengangguk senang. Hari ini
tepat hari ke-1000 mereka menjadi sepasang kekasih. Benar-benar tidak terduga
bahwa mereka akan sampai sejauh ini.
Cakka memeluk Shilla dari belakang. Khusus hari ini,
dia mengambil cuti agar bisa pergi bersama Shilla untuk merayakan hari ke-1000
mereka.
"cakka…. Apa ada suatu tempat
yang ingin kau datangi? Suatu tempat yang selalu kau harapkan suatu hari kau
bisa berada di sana?" tanya Shilla.
"Ada. Paris," jawab cakka
"Paris? Kenapa?"
"Ayah dan Ibuku menikah di
sana. Dari album foto mereka bisa kulihat, bahwa Paris adalah kota yang indah.
Tapi aku tidak pernah memiliki waktu untuk ke sana. Sejak kecil aku sudah
mengisi hari-hariku dengan belajar ini itu. Semakin tidak ada saja waktu untuk
ke sana."
"Tapi kau masih berharap pergi
ke sana 'kan?"
"Ya. Suatu hari nanti. Semoga
saja."
cakka makin mengeratkan pelukannya.
Shilla selalu menjadi orang yang mengerti segalanya tentang cakka. Selalu mau
mendengarkan semua impiannya di dalam hidup, keluhan-keluhannya selama bekerja,
dan dia selalu hadir untuk memberi ketenangan kepada cakka. Seperti saat ini.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
"cakkaa…….cakkaa……”
cakka membuka matanya perlahan.
Entah jam berapa dia baru tertidur tadi malam. Sepertinya setelah lelah
menangis terus-terusan. Matanya yang seharusnya menyipit karena sinar matahari
yang masuk melalui jendela, malah membelalak.
"Shilla."
Tepat di samping ranjangnya, Shilla
sedang duduk di atas sebuah kursi. Dia baru saja membangunkan cakka.
Penampilannya sama seperti saat cakka bertemu dengannya di pagi dia dikabarkan
bahwa Shilla sedang dirawat di rumah sakit. Dia tidak tersenyum. Dia hanya
memakai sebuah gaun putih terusan. Tapi cakka tidak peduli. Yang penting
sekarang Shilla sedang berada di dekatnya, bukan di rumah sakit.
"Aku senang sekali kau ada
disini, Shilla," ucap cakka sambil memeluk Shilla erat-erat. Dia sangat
senang bisa merasakan detak jantung Shilla di dadanya. Namun Shilla terlihat
aneh. Dia tidak membalas pelukan cakka
TIDIDIDIT
Cakka melepaskan pelukannya. "shilla???"
TIDIDIDIT TIDIDIDIT
Shilla tidak mengatakan apapun. Dia
kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan menuju jendela tempat cahaya
matahari masuk ke ruangan apartemen.
"Shilla. Kau mau kemana?"
tanya cakka
Masih tidak ada jawaban.
TIDIDIDIT TIDIDIDIT TIDIDIDIT
Setelah itu cakka melihat, tubuh
Shilla seakan menguap bersama sinar matahari dan menghilang dari pandangannya.
"SHILLA!"
TIDIDIDIT TIDIDIDIT TIDIDIDIT
cakka terbangun. Suara alarm dari
jam wekernya terus meraung karena si pemilik tak kunjung bangkit dari
ranjangnya.
Mimpi.
Ternyata dia hanya bermimpi bahwa
Shilla ada disini. Kenyataannya, Shilla tidak berada di ruangannya. Jika dalam
6 bulan terakhir ini cakka selalu merasa jenuh saat Shilla berada di kamarnya
pagi-pagi begini, kini dia begitu merindukan kehadiran Shilla.
"Sekali saja," bisiknya.
cakka meraih ponselnya yang bergetar
di atas meja. Ada telepon masuk.
"Halo!"
"Kak cakka" sapa
orang di ujung telepon.
"Shanin?"
"Iya. Kak cakka ke rumah
sakit sekarang ya! Kak shilla sudah siuman," Shanin mengabarkan.
"Baik. Aku segera kesana."
cakka menutup telepon dan bergegas
ke rumah sakit. Shilla siuman. Dia harus berada di samping Shilla. Itulah yang
dia pikirkan saat ini. Dia sudah menyuruh rio untuk mengurus cuti mengajarnya.
Sekarang, Shilla jauh lebih penting.
cakka terus berlari di sepanjang
koridor rumah sakit. Dia tidak memperdulikan lagi orang-orang yang menggerutu
di sekitarnya akibat ulahnya. Tujuannya hanya satu, Shilla.
alvin dan Shanin baru saja keluar
dari kamar rawat shilla
"cakka” panggil alvin
"Shilla ingin bertemu
denganmu," kata alvin
cakka mengangguk. Dia membuka
pintunya perlahan. Sebelum masuk, cakka menghembuskan nafas panjang. Dia harus
terlihat tegar di hadapan Shilla. Tidak boleh cengeng.
'Hey," sapanya setelah
mengambil tempat di samping Shilla.
"Kau sudah sarapan 'kan?"
Bahkan dalam keadaan seperti ini,
Shilla masih mengingatkan cakka tentang hal itu.
"Sudah," cakka berbohong.
Mana mungkin dia masih memikirkan sarapan saat mendengar Shilla siuman.
"cakka… Bolehkah aku punya
sebuah permintaan?" tanya Shilla. Seperti sudah tahu tentang vonis
terhadap dirinya.
"Apa saja," jawab cakka
"Hari ke-2000, aku ingin melihat
kunang-kunang," pintanya.
cakka menggigit bibirnya. Mencoba
menahan isakan tangis yang serasa ingin keluar ketika mendengar permintaan
terakhir Shilla.
"Ya," ucapnya getir.
.
(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)(O.o)(o.O)
.
"Kau tidak mungkin membawanya
ke tempat seperti itu, cakka”
cakka memulai perdebatannya dengan
Dokter mengenai permintaan Shilla.
"Kenapa tidak?" tanya cakka
"Shilla membutuhkan peralatan
rumah sakit sepanjang waktu. Kita tidak bisa melepasnya begitu saja. Dan
kondisi tubuhnya juga tidak memungkinkan untuk berjalan kaki. Dia harus
menggunakan kursi roda. Namun kursi roda juga tidak akan bisa menempuh jalur
hutan yang hanya memiliki jalan setapak," jelas Dokter
"Itu benar cakka. aku yakin shilla
akan mengerti jika kau tidak mampu memenuhi permintaannya," Gabriel
meyakinkan.
"Tapi itu permintaan terakhir
kak Shilla," rengek Shanin.
cakka berpikir sejenak. Pasti ada
cara untuk mengabulkan permintaan Shilla.
"Bukannya aku tega. Walaupun
Shilla menggunakan alat-alat bantu dari rumah sakit, hidupnya juga tidak akan
bertahan lama 'kan? Aku yakin Shilla akan sanggup bertahan, paling tidak hingga
tiba di tempat tujuan," ucap cakka
"Lalu bagaimana caranya agar
dia bisa memasuki hutan?" tanya Dokter.
"Aku akan menggendongnya,"
ucap cakka mantap.
Dokter dan alvin tidak mampu
berkata-kata lagi. Shanin tersenyum melihat pengorbanan yang akan dilakukan
oleh cakka. Mereka semua tahu bahwa akhirnya tidak akan bahagia. Tapi demi
Shilla, cakka akan melakukan apa saja agar Shilla bahagia di saat-saat
terakhirnya.
Dokter akhirnya mengizinkan pasiennya untuk pergi ke
tempat yang dia inginkan. alvin dan Shanin menghabiskan waktu berlama-lama
untuk berada di dekat Shilla. Mereka tidak tahu kapan lagi bisa seperti ini.
Karena setiap waktu bisa saja menjadi saat terakhir Shillaa.
cakka masuk ke kamar rawat.
Mengisyaratkan kepada semua orang yang ada di ruangan bahwa dia akan membawa
Shilla pergi sekarang. Semua alat rumah sakit telah dicabut. Shilla juga sudah
tidak mengenakan pakaian dari rumah sakit lagi. Dia memakai dress merah muda
dengan sweater putih yang hangat. Dia tidak boleh kedinginan.
Mereka memulai perjalanan yang cukup
lama. Mengendarai mobil selama 2 jam dan masuk ke dalam hutan sekitar 15 menit
atau lebih. rio bersedia menyetir mobilnya agar cakka bisa menjadi sandaran
Shilla di bangku penumpang. Dia harus tetap merasa hangat dan tidak boleh
terlalu lelah.
Seperti yang telah diucapkan cakka,
dia mengangkat seluruh berat tubuh Shilla dengan kedua tangannya. rio
mengangguk untuk meyakinkan cakka. Dari sini, cakka hanya akan berdua saja
dengan Shilla.
cakka bisa merasakan kedua tangannya
yang pegal. Namun dia tetap bertahan. Sedikit lagi mereka akan sampai. Dan itu
dia. Cahaya dari kunang-kunang yang beterbangan sudah ada di depan mata.
"Kita sudah sampai," bisik
cakka.
cakka duduk bersandar di sebuah
pohon besar. Dari situ bisa dilihat dengan jelas keajaiban alam yang
menakjubkan. Shilla tersenyum dalam pelukan cakka
"Tidak terasa ya? Sudah 2000
hari sejak pertama kali kau mengajakku kemari," ucap Shilla pelan.
"Ya," balas cakka
"Dingin," keluh Shilla.
cakka makin mengeratkan pelukannya.
Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Mungkin pilihan terakhir
adalah, menangis. Tapi tidak. Tidak di depan Shilla.
"Selamat hari ke-2000, cakka."
cakka mengecup kening Shilla yang
mulai dingin. Dia kemudian melihat seekor kunang-kunang yang terbang ke arah
mereka.
"Lihat Shilla! Ada seekor
kunang-kunang menuju kesini."
Shilla tidak merespon.
"Shilla?"
Tetap tidak ada jawaban. Shilla
sudah pergi. Cakka melihat wajah Shilla yang diterangi oleh hadirnya
kunang-kunang di sekitar mereka. Sepertinya kunang-kunang itu ikut berduka atas
kehilangan yang dirasakan oleh cakka. Entah dia bisa segera merelakan kepergian
shilla atau tidak. Yang pasti ada perasaan yang selalu merutuki dirinya. Hari
ini, besok, dan mungkin selamanya.
Penyesalan.
"Selamat hari ke-2000, Shilla.
Selamat jalan..kamu tenang yaa disana" ucap Cakka memberi kecupan terakhir
di kening Shilla untuk yang terakhir kalinya…..
THE END……
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar