Rabu, 08 Mei 2013
Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.2): Hopeless
Penulis: Regina Maharani Nurlie
“Akhirnya… tiba di hotel juga. Badan
gue serasa remuk semua.” Ucap shilla penuh syukur ketika masuk kamar dan
langsung rebahan diranjang. Membuat Via gemas dan melempar bantal
kearahnya.
“Lo tidur mulu dari tadi! Dasar Kebo
lu shil.” Ejek via.
Sebelum shilla membalas ejekan via,
ponselnya mendadak berdering dari tas ranselnya. shilla yang mendengar
buru-buru bangkit dari tidurnya dan tertegun ketika tahu siapa yang
menelponnya, kemudian mengangkatnya.
“Hai sayang… udah nyampe Jogja yah?”
Suara alvin terdengar ramah dan penuh perhatian yang sangat membuat shilla
seketika blank.
“Udah kok Sayang. Baru aja sih
nyampe. Ada apa?”
“Jalan yuk sayang, kan kamu besok ke
Jakarta, untuk hari ini deh.” Pinta alvin dengan suara memelas membuat shilla
tak bisa menolak.
“Ok sayang. Kamu jemput atau gimana
nih?”
“Ya jemput dong! Emang aku cowok
apaan tega biarin pacar yang paling aku sayangi selain keluargaku jalan
sendiri? Tunggu bentar yah sayang, I love you.” Ucap alvin dengan penuh
sayang lalu memutuskan telponnya. Membuat shilla garuk-garuk kepala sambil
menatap ponselnya yang kedap kedip ada pesan masuk.
debo, Cungkring’s Boy
“Kamu nginap dimana sayang? Aku lupa
nanya tadi. Habis excited banget sih kamu di Jogja.” Pesan sms dari alvin
buat shilla tersenyum memaklumi sifatnya yang ternyata masih sama,
pelupa. Kemudian dia segera membalas sms alvin dan terkirim.
“vi …” Panggil shilla ketika melihat
sahabatnya sekarang tiduran disampingnya.
“Lo mau jalan sama alvin? Jalan aja shill.
Gak papa kok. Kami ngerti.”
“Tapi…”
“Udah jalan sana. Lo mikirin siapa
lagi?” Tanya via ketika melihat mendung dimata shilla.
“Enggak kok. Beneran gak papa? Lo
nitip apaan?”
Tau siapa yang dipikiran sahabatnya,
yang sukses membuat sahabatnya mempunyai sejuta ekspresi diwajahnya hanya
sekali lihat, hanya seulas senyum yang bisa via tampilkan diwajahnya,
“Iya… shilla sayang. Gue nitip apaan yah? Gak usah deh, tas gue ntar
meledak lagi kalo gue nitip. Hahaha.
“Tas lo emang perlu meledak vi. Wong
lo bawa oleh-oleh kayak ngeborong isi toko!” Ejek shilla yang membuatnya
ditimpuk bantal.
“Gue kan bawa oleh-oleh buat dibagi shill.
daripada lo, beli oleh-oleh kayak dompet lagi krismon gitu, pelit! Udah gitu,
tiap harga lo bandingin dan lo hitung berapa totalnya sebelum beli! Alamak…”
“Wajar dong vi! Gue gak mau
kelihatan boros dan pas sampai di Jakarta, barang yang gue beli gak berguna,
kan uangnya sayang. Mending nabung.” Bela shilla ketika sifat terlalu irit jadi
bulan-bulanan sivia
“Lo nabung dimana shill?”
“Di perut! Ya nabung di Bank, via!
Lo kira gue nyimpan uang di kendi terus gue kubur gitu?”
“Iya… kan siapa tau kalo gue
kehabisan uang, gue bongkar rumah lo. Siapa tau ada. Hahaha…”
Sebelum shilla hendak membalas
ejekan sivia dengan kata-kata yang sudah diketik diotaknya, mendadak
hpnya bergetar karna ada sms. Dan dia membacanya kemudian meresponnya sambil
tersenyum.
“Gue jalan dulu yah, debo udah
didepan katanya. Bye via.” Pamit shilla sambil mengambil tas ranselnya.
“Iya… Bye Paman Gober. Eh salah,
Nona Gober. Hahahaha…” Ejeknya puas ketika melihat shilla memasang wajah
merajuknya.
“Bangga bener yah liat teman merana!
diputusin Kak iel baru nangis darah berliter-liter!” Gerutunya sepanjang jalan
ketika mendengar suara tawa via samar-samar terdengar yang cukup bikin
merinding. dan ketika di depan Café, dia melihat cakka keluar Café dengan
merangkul cewek yang seksi dan bohay dari dirinya, yang jelas bukan ify,
berjalan kearahnya. shilla langsung menoleh pura-pura melirik yang lain
ketika melihat kejadian dimana cakka mencium pipi cewek entah beruntung atau
sial itu tepat melewatinya.
“shilla…” Panggil alvin di
depan resepsionis ketika melihat shilla berdiri mematung didepan Café dengan tatapan
kearah lain. Dan membuat cakka yang rupanya mendengar itu, ikutan menoleh
kearahnya dengan tatapan mata yang dingin.
shilla yang mendengar suara alvin,
langsung ingin menghampiri namun urung ketika melihat alvin rupanya lebih
sukarela menghampirinya daripada dihampiri.
“Jalan sama siapa kka? Cewek lo
yah?” Tanya alvin ketika sudah berdiri disamping shilla sambil merangkul
gadisnya dan menatap cewek blasteran sangat cantik dengan pakaian
baju seperti kemben bewarna merah dan kentat hingga membentuk tubuhnya yang
aduhai dan rok mini yang semakin membuat kakinya jenjang itu berdiri disamping cakka
dengan tingkah terlalu agresif di banding cewek normal karna tak mau melepaskan
lingkaran tangannya dipinggang cakka. dan sesekali mencium pipinya hingga shilla
yang melihat itu tepat dihadapannya, panas dingin.
“Tuh cewek siapa sih? Gue gak terima
dia main peluk cakka seenaknya! Eh… tapi gue siapa cakka jadi marah?” Batinnya.
cakka yang melihat ekspyati shilla
sudah panas dingin, tersenyum sinis
“Hahaha… ya begitulah… Eh… mau jalan
sama shilla yah? Having fun yah. Gue mau jalan dulu ma dia, mau nyari kamar
kosong. bye.” Suaranya berubah menjadi bisikan namun terdengar sangat jelas
ketika mengucapkan kalimat terakhir itu ditelinga alvin. Membuat shilla yang
mendengar itu, langsung menarik tangan alvin agar menjauh dengan wajah
memerah menahan marah dan melotot ketika cewek yang menggandeng cakka, menatap
penuh ejekan kearahnya, seolah meremehkan.
“Udahan yuk jalan, lapar nih.” Kata shilla
dengan suara penuh paksaan karna tak tahan melihat cewek didepannya yang
semakin merendahkan dirinya lewat tatapan tajamnya.
“Ayukh… sayangh… jalan lagi
yukh…udah gak tahan nih pengen cium kamuhhh… hmm…” Desah Cewek itu sambil
mencium pipi dan leher cakka yang tersenyum manis kearahnya. dan shilla yang
melihat itu, semakin menarik Alvin agar menjauh karna tak tahan.
Alvin yang mendengar itu tersenyum,
entah apa artinya ketika mendengar bisikan cakka dan desahan cewek itu yang
terdengar ajaib ditelinganya yang selalu digunakan untuk hal yang baik-baik.
“Oh… semoga lo nemu yah. Gue mau jalan dulu ma shilla. Bye kka”Pamit alvin
lalu merangkul tangan shilla keluar dari hotel.
Diikuti tatapan oleh mereka.
“Thanks ag,atas bantuannya, sorry
yah mendadak” Ucapnya penuh terima kasih sambil menatap agni, kakak shanin
yang sedang kuliah di Jogja semester Akhir yang buru-buru melepas
rangkulannya dan menatap sinis.
“Anytime kka. Lo bikin gue serasa
jadi cewek murahan didepan tuh cowok. Ancur image baik gue.” Gerutunya sambil
membenarkan bajunya yang dirasa menyiksa dan cakka langsung melepas jaketnya
kemudian disampirkan ditubuhnya.
“Lo pakai jaket gue aja deh.
Gak enak sepupu gue dilirik cowok cowok. By the way, Lo cantik juga pake baju
ini yah. Bikin… ” Goda cakka ketika melirik sepupunya jadi pusat perhatian
karna pakaiannya yang mengundang iman dan tertawa ketika melihat sepupunya
cemberut.
“What?! How dare you!” Gerutunya
sambil memakai jaket cakka dan menjitaknya dengan sekuat tenaga yang mungkin,
akan membuat cakka semakin amnesia.
Flashback…
“ag… lo dimana? Gue di Jogja nih,
bantuin gue dong” Permintaan cakka bertubi-tubi tanpa jeda ketika agni
mengangkat telponnya.
“Lo itu yah, udah nelpon disaat gue
banyak tugas, neror lagi! Mau minta tolong apaan?”
“Sorry deh . urgent banget.”
“Kok gue ngerasa gak enak yah
dibalik kata “urgent” lo? Ada apaan?” Tanya agni berlapis curiga
mendengar nada suara cakka yang sangat dikenalnya, penuh kejutan yang
membuatnya kehabisan napas dan rayuannya yang sukses membuatnya sebagai cewek
dan sepupunya, bertekuk lutut untuk mengikuti ide cakka.
cakka langsung menceritakan tentang shilla
dari awal hingga membuatnya galau tiada akhir dan idenya, sesuai
perkiraannya, disemprot agni dengan omelan yang notabene cewek
baik-baik.
“ Gue prihatin sama masalah lo, tapi
bukan berarti lo nyuruh gue jadi cewek gak bener kan?! Lo sepupu gue apa bukan
sih?! Enggak! Gue gak mau!”
“Ayolah ag … sekali aja deh… gue
pengen dia cemburu, Gitu doing ag gak lebih. Suer deh. Terakhir kali deh…
janji.”
“Lo bikin dia cemburu gak usah
rusakin image gue dong!”
“Tapi … Cuma ini yang terpikir
diotak gue. Please agni yaa yaa…”
“Otak lo mesum sih! Makanya itu
doang yang ada dikepala lo!”
“biar Otak mesum, gue cowok
baik-baik kale Agni Trinubuati Cuma lo yang bisa gue andalin. Ayolah cantik…
please help me. You’re my angel and my sun. just you baby. ” Rayu cakka yang
buat agni garuk-garuk kepala.
“Iya! Baik untuk dimusnahkan! Lo
sadar gak sih permintaan lo itu bikin gue jadi cewek gak benar!” Omelnya
menjadi-jadi karna tak bisa menerima ide cakka dari sisi manapun.
“gel… please agni… Kita kan
sepupu. Masa gak saling bantu sih? Lo gak kasihan sama gue ngel? Gue udah
amnesia, kehilangan cewek yang gue sayangi, masa lo nambahin beban penderitaan
gue sih?” Dengan suara memelas, cakka mengeluarkan jurus andalannya untuk
merayu cewek seperti agni yang notabene takkan pernah bisa menolak
keinginannya.
“Itu mah derita hidup lo kka, bukan
derita hidup gue!”
“Tapi ag… ayolah… please…” Ucapnya
dengan nada memelas. membuat agni menghela napas berat.
Heum….Ok deh… Tapi ada
syaratnya! Lo harus traktir gue makan dan nonton marathon di bioskop! Ok?”
Pinta agni yang buat cakka melongo.
“Lo serius Cuma minta itu doang? Gue
kira banyak. Hahaha.”
“Oh… lo mau gue pesan banyak? Ok
deh, gue mau lo beliin Tas Hermes yang paling baru, traktir gue beli buku
kuliah, terus lo traktir gue makan ditempat mahal, terus…” agni langsung
mencerocos bak kereta api lewat.
“Stop ! Lo mau buat gue gadai tiket
pesawat supaya penuhin keinginan gila lo itu?! Lo kesini naek apaan? Taksi?”
“Bajaj! Yaiyalah gue bawa mobil! Lo
oon gak sembuh-sembuh yah? Udah deh, alamat lo smsin aja, ntar gue samperin
setengah jam lagi. Gimana?”
“Ok. … pake baju yang seksi yah,
OK?”
“Sepupu saraf l! Wokeh deh.”
“Thanks agni, you’re my beloved
cousin.” Ucapnya penuh terima kasih.
“Iya… Gue jemput dimana nih?”
“Di Café hotel gue aja deh. Oke ag..
Be careful yah.”
“Yup.”
*********************
“Woy! Lo kenapa ngelamun,ag? Sambil
liatin gue lagi! Ayooo… lo kesengsem sama gue kan sekarang? Ingat agni, kita
saudara sepupu, ampe kiamat gak mungkin kita bisa pacaran.” Ucapnya narsis membuat
agni tersadar dari lamunannya.
“Kalo cowok di Bumi ini udah pada
musnah semua dan Cuma lo satu-satunya yang hidup, baru gue TERPAKSA naksir sama
lo! Pede bener deh!” Gerutu agni dan sebuah jitakan mendarat mulus dikepalanya.
“Lo kok sekarang hobi jitak sih ag? Shanin
aja gak segitunya sama gue.” Keluh cakka karna kepalanya yang malang selalu
jadi sasaran jitak agni
“shanin itu ntar gue suruh jitak lo
tiap menit, tiap detik! Kan dia nurut ama gue, kakaknya. Hahahaha…” Tawa
agni yang sekilas membuat cakka teringat dengan shilla. Dan membuat wajahnya
langsung murung.
“Lo tau gak ag? Sifat lo itu mirip
kayak sifat shilla. Sama-sama ngomel kalo gue narsis. Kalo gue narsis, lo jitak
kepala gue kan? Kalo dia enggak. Dia mencibir panjang lebar gitu. Tapi gue
suka. Sayang… gue ingatnya itu doang dari dia. Kasian banget kan gue?” Tanyanya
hambar yang membuat agni prihatin dengan keadaan sepupunya. Ditambah dia
tau keadaan cakka sebelum amnesia dan apa hubungannya dengan gadis yang dia
temui tadi dari shanin
“Suatu saat nanti lo pasti ingat kok
kka. Eh… kita makan yuk! Gue lapar nih. Udah gini aja, Lo traktir makan
minumnya, gue nonton. Gimana? Itung-itung rayain lo mampir kesini, meskipun
yah… ngerepotin gue akhirnya.” Ucapnya penuh kesinisan dikalimat terakhir
membuat cakka tertawa.
“Suara lo kayak gak ikhlas banget
gue mampir yah? Udah… gue traktir lo aja deh semuanya, lo Cuma bawa gue
kemanapun yang lo pengen. Ok?” Tawar cakka yang buat agni langsung
berbinar.
“Ok cakka! Yuk.” Ajak agni
penuh semangat dan menggandeng cakka keluar hotel.
“Sayang… kok kamu kelihatan ngelamun
sih? Ada apaan? Kamu sakit?” Tanya alvin cemas duduk berhadapan dengan
shilla yang menatapnya focus namun pikiran kedunia lain.
“Itu cewek siapa cakka sih?! cakka
juga nemu cewek itu dimana?! Arghhh!! Gue gak suka!”
“shilla…my beloved girl.”
Panggil alvin sambil mengelus pelan pipi shilla dan membuat gadis itu
langsung sadar akan lamunannya dan wajahnya memerah malu.
“Eum… Anu…” shilla sambil menggaruk
kepalanya tak gatal dan menggigit bibir bawahnya, tanda dia salting dengan
perlakuan alvin yang dirasa sangat manis untuknya.
“Ada apa sayang? Kamu ada masalah?”
Tanya alvin penuh perhatian sambil menatap dalam shilla, cewek yang paling
disayanginya.
Shilla hanya menggelengkan kepalanya
sambil menunduk dan langsung meminum susu coklat kesukaannya sambil menatap
jalan Marioboro yang dipadati oleh manusia. Mau tak mau membuatnya teringat
tentang cakka, dan membuatnya galau.
“Minumnya pelan-pelan sayang…
belepotan tuh. Sini ku bersihin.” Dengan penuh perhatian alvin
membersihkan sisa susu coklat shilla yang ada dibawah bibirnya dengan
tangannya, membuat shilla semakin gugup dan malu.
“Ma…ka…sih…” Ucapnya terbata-bata
saking malunya dan membuat alvin tersenyum.
“Kamu pernah ke Angkringan ini shill
sebelumnya? Ini Angkringan favoritku lo. Dan penjaganya ini, kenal banget sama
aku. Hahaha…”
“Wah… Aku tau kenapa kamu dikenal
baik sama pemiliknya, pasti kamu sering ngutang kan? Hahaha… Iya… sama cakka
sih. Cuma berdua.” Ucap shilla penuh semangat ketika mengucapkan kalimat
terakhir itu dan sedetik kemudian dia membelalakkan matanya karna sadar bahwa
dihadapannya ini adalah alvin, Pacarnya.
alvin sadar dengan perubahan sifat shilla
ketika menyebut nama cakka, hanya tersenyum walau dihati ada sepercik cemburu
“Hahahha… aku anti ngutang Sayang… Cuma ngebon aja sih sering. Hahaha… Oh yah?
Terus kamu ngapain aja ma cakka?” Pancing alvin untuk melihat reaksi shilla
shilla tak sadar dengan pertanyaan alvin,
semakin semangat menceritakannya dengan tatapan berbinar-binar, seolah
perjalanan dengan cakka itu adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya
dan semua orang harus tau itu. Membuat alvin merasa terintimidasi oleh
kehadiran cakka yang tak nampak disampingnya, namun melekat diingatan.
“Terus kamu senang?” Tanya alvin
untuk memberi jeda kepada shilla untuk bernapas karna saking semangatnya bercerita.
“Senang banget malah! Aku kan gak
pernah naik Delman, terus dia ngajak naik Delman pas tau itu.” shilla pun
tersenyum ketika mengingat hal itu. Tak menyadari alvin dihadapannya
mulai panas dingin.
“Kayaknya,cakka special banget yah
buat kamu shill” Ucap alvin dengan penuh penekanan setiap kalimatnya,
terdengar samar namun terasa bagi shilla yang langsung terdiam.
“Kenapa gue jadi keceplosan begini?
Aduh…”
“Kamu cemburu sayang? Tenang aja
sayang, dia Cuma temanku kok. Yang mesum. Hahaha…” Dengan suara berusaha tenang
shilla menjawab ucapan alvin sambil tersenyum dan mengelus pipinya.
Seolah elusannya mengatakan, “Dia tak ada artinya di hidupku. Untuk saat ini.”
alvin tersenyum mendengar ucapan shilla
dan ikut meminum pesanannya dengan tenang sambil memegang tangan shilla yang
mengelus pipinya kemudian menggenggamnya. Dan shilla menatapnya dengan
pandangan, entah apa namanya. Susah dijelaskan. Namun cukup membuat alvin
salting.
“Kenapa sih lihatin aku terus? Entar
kamu semakin tergila-gila dengan aku looo… Hahhaha…” Candanya sambil mengelus
pipi shilla pelan kemudian mencubitnya. Membuat shilla merengut namun wajahnya
merona malu.
“Ada ketemu keke gak?” Tanya Alvin
dan membuat shilla semangat menjawabnya. Melupakan segala kekakuan yang ada
karna bingung dengan status dari bersahabat menjadi sepasang kekasih.
Semakin malam, semakin rame suasana
Jogja yang dipenuhi oleh Mahasiswa dan membuat mereka lupa waktu. alvin
yang melirik Jam tangannya, langsung kaget melihat jarum jam menunjukkan angka
11 tepat. “Sayang, udah jam 11 nih. Pulang yuk.”
“Hah? Wah… gak terasa yah. Yaudah
deh…” Jawab shilla lalu menghabiskan minumannya.
“Aku bayar dulu yah.” Kata
alvin sambil berdiri dari bangkunya dan CUP! Sebuah kecupan kilat mendarat
bebas di bibir shilla yang membuat gadis itu kaget.
“Sorry… gak ada yang liat kan?”
respon alvin dengan suara menggoda dan mengedipkan matanya ketika melihat shilla
kaget.
shilla hanya menggelengkan kepalanya
sambil mengelus bibirnya dan menatap alvin di depan Kasir yang sesekali melirik
dirinya. Membuatnya malu
Setelah dirasa selesai urusan
bayar-membayar, shilla pun menghampiri alvin dan mereka pulang dengan naik
motor CBR-X warna hitam punya alvin
“Gimana rasanya naik motor di Jogja shil?”
Tanya alvin dengan suara agak keras karna takutnya shilla tak mendengar
dibelakangnya.
“Enak… tapi dingin…” Kata shilla
sambil menikmati sepoinya angin malam menerpa wajahnya dan dia semakin mengentatkan
pegangannya di pinggang alvin yang agak ngebut membawa motornya.
alvin hanya tersenyum mendengar
jawabannya dan mengelus tangan shilla yang mengepal dipinggangnya dengan lembut
dan semakin laju dia membawa motornya menuju Hotel tempat shilla menginap.
“shill… Udah sampai tuh. Kamu tidur
yah?” Tanya alvin karna tak mendengar suara shilla dibelakang.
“Enggak kok. Cuma gak nyangka aja
bisa nyampe dengan selamat. Soalnya kamu ngebut sih bawa motor. Bikin jantungan
tauk!” Kata shilla sambil turun dari motor alvin dan memukul pundaknya
pelan. Membuat cowok itu tertawa.
“Kalo aku bawa kamu, dijamin selamat
shill. Aku gak mungkin kan nyelakain kamu disini? Lagipula, Ini gak
seberapa dengan ngebutnya aku kalo telat ngampus. Lebih cepat dari ini.
Hahaha….”
“Dari dulu ampe sekarang, kamu tuh
gak pernah berubah yah. Hobi telat. Diubah dong sifat kamu, ntar kamu celaka,
kan repot sendiri.” Ucap shilla khawatir.
“Palingan kalo aku kecelakaan, kamu
akan nyamperin aku kan?” Goda alvin yang buat shilla tersenyum malu.
“Tergantung parah atau enggaknya.
Kalo parahnya ampe kaki kamu diamputasi, baru aku datengin. Kalo enggak parah,
Cuma lecet doang, ngapain?”
“Dasar jahat kamu yah! Besok ke
Jakarta jam berapa?” Tanya alvin sambil mengelus tangan shilla yang
memegang tangan kirinya.
“Jam 10 pagi. Soalnya ketemu jadwal
pagi sih.” Keluhnya ketika teringat jadwal pulang.
“Yasudah… kamu masuk dan tidur sana
deh. Maaf yah aku gak bisa nganterin kamu. Nanti, aku pasti akan Ke Jakarta
kok, nemuin kamu.” Hibur alvin ketika melihat murung diwajah shilla dan
mengelus pipinya.
“Beneran? Ok deh. See you. Makasih
yah sayang udah temanin aku di Jogja. Aku senang banget.” Ucap shilla tulus dan
berbalik masuk hotel, namun tangannya ditarik alvin
“Ada apa?” shilla memutar tubuhnya
kearah alvin dengan mimik bingung sambil melirik tangannya yang
dipegangnya sambil tersenyum manis. “Imbalannya mana?” Tagih alvin yang
buat shilla mengerutkan keningnya. Kemudian dia tersenyum setelah tau
maksudnya.
“Imbalan apaan? Oh… kamu sekarang
kerja sampingan jadi tukang ojek yah?” Tebak shilla ngawur. Bikin alvin semakin
nyengir.
“Iya… Tukang ojek buat kamu aja kok.
Ayooo.. Aku ingin ini nih sebagai imbalannya.” Kata alvin sambil menunjuk
pipinya sendiri, buat shilla yang tau apa maksudnya, malu.
“Ini jalan raya vin, malu ntar
ketahuan.” Tolak shilla sambil menggelengkan kepalanya.
“Tapi sepi shill… ayolah… sekali
aja….”
“Tapi , bukannya tadi udah?”shilla
mengingatkan kejadian di Angkringan tadi yang membuat pipinya semakin merona.
“Ya sudah deh kalo kamu gak mau, gak
papa kok. Aku pulang dulu yah.” Ucap alvin pura-pura kecewa dan melepas
pegangan tangannya di tangan shilla. Membuat gadis itu serba salah.
shilla menghela napas berat sambil
melirik kiri-kanan yang entah kenapa, menjadi sepi. Didukung keadaan yang
sekarang lampu disekitar hotel agak remang-remang, Seolah-olah mendukung
keinginan alvin yang terakhir.
“Semoga gak ada yang lihat, semoga
gak ada yang lihat. Amien.”
“Iya deh.” Kata shilla akhirnya
mendekati alvin yang sudah siap jalan dan mencium pipi kiri alvin dengan
jantung berdetak tak beraturan. Karna selama ini, dia jarang nyium cowok. Kalo
dicium sih sering. Banget malah.
alvin langsung memalingkan pipi
kirinya yang dicium shilla dengan cepat dan memegang erat kedua lengannya dan
mencium shilla dengan lembut dan sedikit paksaan karna shilla berusaha
melepasnya dan tak membuka bibirnya utuh. Namun, alvin yang entah belajar dari
mana, membuat shilla lemas dengan menghisap dan menggigit permukaan bibir
tipisnya dan semakin menarik dirinya ke tubuh alvin. hingga akhirnya, dia
pasrah membuka bibirnya dan menutup matanya seraya berdoa, semoga aksi
alvin tak dilihat warga sekampung.
“Hhhmm… vin… I can’t breath. hmm…
Please stop. ” Desah shilla sambil berusaha mendorong alvin menjauh karna
kehabisan oksigen dan semakin menggigit bibirnya ketika alvin beralih mencium lehernya
dan menggigitnya pelan.__.
alvin menatapnya lekat, lalu
berbisik “ just 20seconds, dear. after this, I’ll let you breath.”Ucapnya
sambil menggigit daun telinga shilla dengan pelan kemudian menciumnya kembali
sebelum gadis itu memberi penolakan.
Setelah dinilai lama dan takut
semakin beresiko karna berciuman panas di depan umum, Membuat alvin mau
tak mau, melepas ciumannya di bibir shilla yang dirasa sangat menggoda untuknya
dan memberikan penutup indah dengan menggigit bawah bibir gadis itu dan
menjilatnya pelan. Membuat shilla meringis. lalu alvin melepas pegangan
tangannya di kedua lengan gadis itu sambil mengedipkan matanya ketika shilla
membuka matanya dan menatapnya dengan wajah sangat memerah malu.
“Thanks yah sayang. I love you. Take
care yah buat besok.” Ucap Alvin sambil mengecup bibir shilla dengan
cepat dan tersenyum.
“Iya… Love you too. Aku masuk dulu
yah.” Pamt shilla langsung lari masuk dalam hotel. Meninggalkan alvin yang
tersenyum dengan tingkahnya dan akhirnya menjalankan motornya dengan kecepatan
ngebut.
“Ingin ku bunuh pacarmu, saat dia
cium bibir merahmu
didepan kedua mataku
aku cemburu.”
*Dewa 19 – Cemburu*
Lagu Dewa 19 dari koleksi album
dimobil angel seolah sangat mewakili perasaan cakka yang melihat secara
langsung aksi nekat seorang alvin yang selama ini dia kira polos,
ternyata lebih beringas daripada dirinya. Agni yang juga melihat kejadian itu,
langsung mematikan tape di mobilnya. karna dia juga ikut merasakan perasaan
cakka lewat lagu yang didengar.
“kka…” Tegur agni hati-hati
ketika melihat sepupu labilnya hanya diam dan pandangan seketika kosong.
“Cakka Nuraga…” Ulang Agni sambil
mengguncang tubuh cakka yang tak merespon panggilannya.
“Gue mau ke Hotel dulu. Thanks ya ag
udah habisin uang gue.” Kata cakka seolah sadar dengan kelakuan agni dan
menatapnya. Namun kosong.
“Are you Okay? Lo gue anterin masuk
gimana? Gue takut lo ngamuk kka.”
“Really bad. Gausah. Lo pulang sana.
Cewek gak boleh malam-malam disini. Apalagi sama gue, habis lo entar.” Ucap
cakka sambil turun dari mobil agni
agni membuka spion mobilnya dan
menatap cakka khawatir. “Beneran? Lo jangan ngamuk yah?”
“Iyah Mama agni … Udah pulang sana.
Thanks yah udah temenin gue. Lo memang sepupu yang paling ngertiin ag.” Ucap cakka
tulus sambil mengacak rambut agni dan tertawa ketika gadis itu merengut.
“Kita Cuma beda 2 tahun cakka! Oke
deh… kalo ada apa-apa telpon aja gue. Bye kka. Thanks for all of this. Sorry if
I spend much your money.” Ucap agni sambil menarik hidung cakka dan
menjalankan mobilnya meninggalkan sepupunya sendiri. Ditemani remang lampu
jalanan yang seolah menjadi lampu dihatinya yang sudah durja, semakin menjadi.
Sepeninggal agni, cakka langsung
masuk dalam hotel untuk melakukan satu hal, Tidur.
“Lo kenapa shill? dikejar siapa?
kenapa ngos-ngosan?” Tanya sivia beruntun dan kaget karna melihat shill
masuk kamar dengan ngos-ngosan dan wajah memerah malu sambil mengulum bibirnya.
“Wajah lo kenapa merah shill?
Ayooo... Lo baru ngapain aja sama alvin jadi merah gitu? Leher lo kenapa ada
bekas gigitan tuh? Pasti...” Lanjutnya sambil memanyunkan mulutnya yang buat
wajah shill semakin merah.
“Lo tidur gih sana! Lo itu anak
kecil vi, jadi gak boleh tau apa yang gue lakuin sama alvin.” Ejeknya sambil
tertawa melihat wajah via mendadak cemberut.
“Gue punya KTP tauk! seenak dengkul
bener lo bilang anak kecil! lagipula yah, gue udah pernah ngelakuinnya ma kak
iel! sering malah!(-_-)” Ucap sivia berapi-api karna tak terima dibilang anak
kecil sementang tubuhnya mungil kayak kurcaci. sedetik kemudian, dia sadar apa
yang diucapkannya dan menutup wajahnya sendiri karna malu.
“Owh... pantesan awet. gak
taunya....”goda shilla mengikik dengan nada puas karna melihat temannya malu.
“Tauk ah gelap!” Kata via
sambil berjalan menuju ranjangnya dan tidur pulas. membiarkan shilla yang
sekarang terdiam duduk di sisi kiri ranjang sambil mengelus bibirnya dan
teringat akan kejadian tadi. dan wajahnya merah merona.
“AH! gue kenapa sih?! Udah shilla!.”
Teriaknya pada diri sendiri karna selalu mengingat hal itu. pusing, akhirnya dia
merebahkan dirinya disamping sivia dan tidur.
Pagi Hari. 06.00 wib, Jogjakarta.
“shill... Udah kelar kan semuanya?”
Tanya via ketika melihat shilla sibuk membereskan kopernya sekali lagi. takut
ada yang tertinggal.
“Sip. Keluar yuk.” Ajak shilla
dengan memegang tiket pesawat ditangan kanannya, koper ditangan kirinya.
diikuti sivia dibelakangnya.
Keluar dari kamar, shilla melihat cakka
dengan yang lainnya asyik ngobrol didepan Cafe. membuat shilla teringat
kejadian malam kemarin ketika cakka bersama cewek lain begitu mesranya. membuat
emosinya naik ke ubun-ubun.
“Kenapa shill?” Tanya rio bingung
melihat shilla berjalan kearah mereka sambil menatap cakka dengan ekspresi
pengen ngamuk.
cakka yang sadar diliatin shilla
sedemikian rupa, Cuma tersenyum dingin dan menatap dalam cewek yang baru saja
melintas dihadapannya ketika shilla berdiri didepannya.
“Tuh cewek cantik kan shill? seksi
gimana gitu... Gue godain ah...” Kata cakka tanpa tau malu langsung menyusul
cewek yang sukses mengalihkan dunianya itu. meninggalkan shilla yang melongo
karna ditinggal pergi.
“Tuh anak kenapa sih shill? Kayaknya
kumat lagi tuh penyakitnya.” Keluh rio ketika melihat diseberang sana, cakka
sukses mendekati cewek yang sekarang seperti kejatuhan durian runtuh karna
didekatin cakka dan tukeran nomor ponsel. membuat shilla ingin melangkahkan
kaki kearah mereka dan menjewer telinga cakka sampai putus kalo tak ingat bahwa
dirinya sekarang bukan siapa-siapa dia lagi.
cakka dengan coolnya berjalan
menghampiri mereka yang takjub dengan tingkahnya. Hatinya puas ketika melihat shilla
menatapnya sinis, seolah dia bisa membaca tatapan shilla yang merupakan cermin
hatinya bahwa dia cemburu dengan apa yang diperbuatnya. namun gengsi ngomong.
“Eh... Mas dayat datang tuh. udah
Check Out kan?” Tanya rio yang dijawab anggukan kayak anak itik nurut sama
induknya.
Mereka pun menghampiri Mas dayat
yang menunggunya di luar hotel dan berangkat menuju Bandara Adi Sutjipto.
“vi... Lo duduk sama siapa?” Tanya
rio kepada sivia
“Gue duduk sama Kak rio dan kak oik..
kenapa?”
“Gue tukeran tiket dong. gue mau
ngobrol sama rio. ada yang mau diomongin. lo sama shilla. Gimana?” Tanya cakka
“Tap...Tapi kak...”
“Ayolah vi... Gue ada urusan sama rio.
lagipula rio Ok aja kalo lo mau. Please vi.” Harap cakka sambil menatap sivia
yang bingung, separo ingin mengiyakan, separo hatinya takut kalo keputusannya
akan buat shilla terluka.
Shilla yang mendengar dengan jelas
permintaan cakka, menghela napas berat. “Udahlah vi, Gue juga lagi pengen duduk
bareng lo sama angel. udah lama gak bareng kalian.” Ujarnya seolah mengiyakan
keinginan cakka untuk lepas darinya.
sivia yang merasa kalah, akhirnya
menganggukkan kepalanya walau hatinya berat.
“Iya deh kak.” Ucapnya pasrah sambil
menukarkan tiket pesawatnya dengan punya cakka dan menghela napas berat. tak
menyangka diposisi seperti ini.
shilla yang melihat itu, menatap cakka
dan tersenyum samar kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.
Akhirnya, Mereka pun sampai ke
Bandara Sutjipto, tempat mereka datang dengan pengalaman yang kosong, dan
kembali lagi dengan membawa sejuta pengalaman dan cerita, juga buah tangan
untuk orang-orang yang mereka sayangi. shilla pun turun terakhir dari mobil
dengan koper siap ditarik kemanapun dia mau. dan tersenyum kepada Mas dayat
“Makasih yah Mas udah mau nganterin kami.”
Ucapnya tulus diikuti yang lain.
“Sama-sama Mbak shilla. saya juga
senang karna bisa mengantar kalian ke tempat yang Mas tau. maaf kalau selama
Mas kenal dengan kalian, ada tingkah Mas yang buat kalian sebal, jengkel dsb.”
shilla hanya tersenyum manis
mendengar ucapan Mas dayat,
“Enggak kok Mas. shilla malah gak ngerasa mas
itu ngeselin. justru rame orangnya.” Pujinya yang buat Mas dayat serasa
terbang kalo tak melirik di belakang shilla, cakkka melototinya.
“Ya sudah Mbak shilla, semuanya...
hati-hati dijalan yah. Kalo mau ke Jogja lagi, telpon aja Mas. insyaallah Mas
antarin kemanapun yang kalian mau.” Tawar Mas dayat kepada yang lainnya.
Membuat sivia,oik dan angel kasak-kusuk dibelakang punggung cakka
“Ntar kalo kita ke Jogja, Kita aja
bertiga. gimana?” Tawar angel
“Berempat dengan shilla dong!”
Sahut sivia tak terima sahabatnya ditinggal.
“Iya... Kita berempat! Minus cowok!
Ntar, Kita ke Mall yah... merana gue gak menginjakkan kaki di Mall Jogja.”
Keluh oik yang selama 3bulan, tidak meninggalkan jejak kaki di Mall manapun
yang ada di Jogja. membuatnya galau.
“Otak lo mall mulu deh ik.” Keluh angel
yang rupanya bosan setengah mampus mendengar galauan oik yang sangat dihapalnya
dan menjadi racun buat telinganya.
Disaat temannya kasak kusuk
merencanakan perjalanan yang entah kapan terjadi itu, shilla mendorong kopernya
dengan tatapan lesu, seolah tak ada lagi yang dapat membuatnya tersenyum.
bahkan makanan sekalipun. membuat yang lain menghentikan percakapannya dan
menepuk pundak shilla lembut agar semangat dan melangkahkan kaki menuju ruang
tunggu.
“Gue beli cemilan dulu yah, lapar.”
Pamit shilla kepada via dan yang lain ketika setengah jam menunggu
pesawat.
“Jangan lama-lama shill. entar lo
ketinggalan pesawat. 30 menit lagi kita berangkat.” Ucap sivia
mengingatkan.
shilla pun celingak-celinguk mencari
tempat strategis untuk duduk. ditempatnya sudah diduduki orang lain. ketika
pandangannya ke arah cakka yang asyik membaca buku, dia melihat kursi kosong
diantara cakka dan seorang gadis cilik yang wajahnya bikin shilla gemes
setengah mati pengen nyubit sedang memandang cakka dengan tatapan penuh pesona.
seolah cakka adalah pangeran baginya. membayangkan itu membuat shilla tersenyum
geli dan duduk disamping cakka.
“Mau?” Tawar shilla ketika dia
membuka bungkus cemilan yang isinya coklat itu ke cakka. tapi tak direspon.
“Yasudah kalo gak mau.” Dengan suara
dingin karna dicuekin, shilla menjawab maksud acuhan cakka dan menawarkan ke
lain.
“Adek mau gak?” Tawar shilla manis
ke gadis cilik itu yang sedari tadi menatap cemilan yang dia pegang.
dengan wajah malu-malu namun bikin
gemes, dia mengambil cemilan di tangan shilla sambil menatap senang dan mengadu
pada ibunya yang duduk disampingnya bahwa dia dikasih cemilan.
“Bilang makasih sayang sama
tantenya...” Kata Ibu gadis cilik itu dan dia menurut.
“Makasih tante.” Ucap gadis cilik itu
polos sambil memakan cemilan ditangannya cukup membuat shilla shock berat.
“Emang gue sekarang tua banget jadi
dipanggil tante?” Gumamnya dengan suara sangat shock yang membuat cakka hendak
tertawa, namun ditahannya.
“Kalo seumuran lo wajar kali dipanggil
Tante. Gue aja dipanggil Om.” Sahut rio yang duduk disebelah kiri cakka rupanya
mempunyai telinga sangat tajam karna bisa mendengar gumaman shilla yang hampir
kayak bisikan.
Shilla hanya mangut-mangut mendengar
jawaban rio menatap gadis cilik dihadapannya dengan wajah terpesona.
“Gue pengen deh suatu saat nanti,
punya anak secantik dia. kan enak bisa gue dandanin. tapi gue nikah dan
bikinnya sama siapa?” Bisik shilla sambil mengelus rambut gadis itu.
“Bikinnya sama gue shill. Kan gue
termasuk bibit unggul(-_-).” Ucap cakka yang membuat shilla menoleh ke arahnya
dengan ekspresi kaget.
“Apa lo bilang?” Tanyanya seolah
ingin memastikan bahwa tadi cakka ngomong. bukan imajinasinya.
Merasa keceplosan, cakka menatap
shilla “Lupakan aja deh gue ngomong apa. gak penting buat lo ingat.” Dan
kembali fokus membaca buku. tanpa mempedulikan hembusan napas kecewa shilla.
Suara Announcer terdengar nyaring
membuat shilla tersadar dari khayalan dan mengelus rambut gadis cilik itu yang
sekarang menghabiskan cemilan ditangannya “Kakak pergi dulu yah. Dadah manis.” Pamit
shilla sambil mengacak dan mencubit pipi gadis itu, membuat cakka yang melihat
kesenangan shilla terhadap anak kecil, tersenyum.
shilla pun naik ke pesawat diikuti
yang lain, meninggalkan Jogja dan kenangan yang ada disetiap tempat dia
hampiri. Dengan harapan semoga suatu saat nanti, dia bisa mampir kembali untuk
membuat kenangan baru.
cakka rupanya tidak main-main dengan
rencana yang dibuatnya. Dia duduk dengan rio dan oik. Membuat shilla yang duduk diapit sivia
dan angel menghela napas berat sambil menatap oik yang beruntung duduk
disamping cakka dan bercanda, sesekali cakka menggodanya hingga
wajah cantik oik bersemu merah merona. Membuat shilla cemburu.
“Gue boleh nyender gak vi dipundak
lo?”Pinta shilla dengan suara sedih, membuat sivia tak bisa nolak.
“Silahkan Fy.” Jawab sivia dan
shilla langsung menyenderkan kepalanya di Pundak sivia dan tertidur.
๘๘๘๘๘๘
“shill... kita sudah sampai di
Jakarta.” Kata sivia membangunkan shilla yang tertidur pulas
disampingnya. dibantu Jessi.
“shill... ada cowok cakep tuh...
bangun gih! ntar rugi lo gak liat!.” Kata angel sambil tertawa.
“Mana? Cakepan mana dengan cakka?”
Kata shilla ngigau dengan mata belum terbuka seutuhnya. membuat cakka yang saat
itu lewat didepan mereka, berhenti mendadak.
“Dia ngigau kak. udah jalan sana! lo
bikin macet!” Usir sivia sambil mendorong cakka menjauh karna jalan
dibelakang cakka tertahan.
“Cakepan dia sih… udah lo buka mata
deh shill.” Kata angel yang rupanya kaget dengan jawaban shilla
shilla pun membuka matanya dan
mengedipkannya berkali-kali. Kemudian menatap mereka bergantian dengan tatapan
bingung karna mereka menatapnya seolah dia baru saja berubah jadi hantu. “apa?”
“Enggak. Yuk keluar.” Ajak sivia
yang rupanya sadar dan langsung menarik mereka berdua turun dari pesawat
shilla pun menunggu kopernya nongol
diruangan Bagasi sambil berdecak lidah karna kelamaan nunggu. Mengabaikan
tatapan cakka yang menatapnya aneh dan sejuta pertanyaan muncul dikepalanya.
Ketika melihat kopernya keluar
bareng dengan ransel cakka,shilla langsung ingin mengambilnya, namun keduluan cakka
“ Koper lo berat. Entar jatuh, sakit deh. Kan kasihan
lo ntar.” Kata cakka sambil mengangkat koper dan meletakkannya dihadapannya
lalu berjalan keluar meninggalkan shilla yang melongo dibuatnya. Namun
tersenyum dengan perlakuan manis itu. Sambil bersinandung dia menarik kopernya
keluar, diikuti dengan yang lain.
“Sayang… aku kangen kamu.” Suara
penuh mesra menyambut mereka di Pintu kedatangan kemudian memeluknya. Sukses
membuat senyuman shilla berubah menjadi ekspresi ketidak percayaan ketika
melihat cakka membalas pelukannya, bahkan mencium kening ify tepat
dihadapannya. Membuatnya ingin mati saat itu juga.
“Aku juga kangen sama kamu sayang.”
Balas cakka sambil menjawil hidung ify dan mengecup bibir ify kilat. Kakinya
serasa lemas seketika dan langsung ditarik sivia ke pinggir karna
menutupi jalan.
“shilla…” panggil shanin dengan
suara prihatin mendekati shilla. Dia tau semuanya dari awal keberangkatan
hingga kenapa cakka ngajak ify balikan. Dari rio.
shilla tak merespon shanin .
Tatapannya kosong dan seolah jiwanya pergi entah kemana. Hanya Raganya yang
masih menginjak Bumi. Menunggu disemayamkan bersama sakit yang dia rasa. shilla
pun langsung berjalan meninggalkan mereka, termasuk cakka yang menatap
kepergiannya.
“Sekarang gue punya ify, Lo punya alvin.
Kita tak akan saling menunggu kan?” Bisik cakka ketika shilla lewat
dihadapannya. Mengabaikannya.
shilla menghela napas berat, menahan
air matanya yang hendak jatuh dan menatap cakka dengan tatapan yang
diketahuinya, adalah tatapan tersakit yang pernah dia lihat dari Ify. “Se…moga…
kita bahagia dengan apa yang kita pilih. cakka.” Dengan terbata-bata dan pasrah
shilla mengucapkan itu dan cakka bersumpah demi apapun, dia melihat shilla
meneteskan air matanya. Namun keburu dihapusnya.
“Kita pulang dulu yah. Bye
semuanya.” ucap ray berpamit dan langsung merangkul shilla dan melambaikan
tangan kea rah yang lain. Diikuti shilla
“Gue cabut dulu yah.” Pamit shilla
dengan suara agak serak dan cipika-cipiki dengan yang lain sebelum pergi.
“Sabar shill.” Ucap via
prihatin. Karna diantara yang lain, Cuma dia tau gimana hancurnya hati
sahabatnya itu.
“Gue kuat vi.” Ucap shilla sambil
tersenyum dan berjalan menghampiri ray yang siaga menarik koper dan membawa tas
ranselnya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, shilla
hanya diam dan menatap keluar dengan pandangan kosong. Ray pun tak berani
mengusiknya. Dia membiarkan shilla sendiri dan tenang. Karna dia tau sepupunya
itu seperti apa.
“Gue gak pernah sekangen ini dengan
rumah kak.” shilla membuka pembicaraan ketika mereka tiba dirumah lalu keluar
untuk mengambil barang-barangnya. Dibantu ray.
“Gue juga gak pernah ngerasain
sesepi ini ketika lo tak ada selama 3 bulan. Dek.” Kata ray lembut sambil
mengacak rambut shilla dan mereka masuk rumah bareng.
“Barang-barang lo gue taroh dimana
dek?” Tanya ray ketika melihat shilla terpaku di depan kolam renang.
“Udah berapa lama gue gak berenang
sejak cakka pergi yah? Setahun? Dua tahun? Tiga tahun? Atau.. empat tahun?”
Batin shilla
“shilla…” Ulang ray ketika melihat
gadis itu tak meresponnya.
“Ehm… Eh… bantuin masuk kamar yah
kak. Berat banget tuh. shilla gak sanggup ngangkat.” Jawabnya dengan agak
tergagap.
ray sadar apa yang membuat sepupunya
tergagap menjawab pertanyaannya tadi. Sadar siapa yang dipikirkan gadis itu.
Hanya bisa tersenyum. “Ok deh. Dek… kalo ada masalah yang lo gak bisa tahan
lagi, jam berapapun lo pengen cerita, ketok saja kamar gue. Gue siap dengar
curhatan lo dek.” Sahut ray sambil mengacak rambut panjang shilla dan
mengangkat kopernya ke kamarnya. Meninggalkan sang pemilik kamar tersenyum
samar dan melemparkan pandangannya ke kolam sebelum pergi menyusul kak ray.
“Kak… shilla ada beliin oleh-oleh
nih. Gatau muat apa enggak. Dicoba yah.” Ucap shilla ketika ray berdiri di
blakon dan menghampirinya sambil membawa bungkusan.
“Apaan? Wah… thanks yah dek. Pasti
muat kok.” Jawab ray sambil tersenyum.
“Iya kak. Kak… shilla mau ke bawah
dulu yah. Udah lama gak berenang.” Izin shilla yang buat ray kaget.
“Lo mau berenang? Serius?” Ucapnya
tak yakin.
shilla hanya menganggukkan kepalanya
dan keluar dari kamar menuju kolam. Meninggalkan Emir yang prihatin dengan
keadaannya sekarang.
“Semoga lo kuat dek. Gue
yakin lo bisa hadapin semua ini.” Bisik ray sambil mengawasi shilla di tengah
kolam. Hanya diam, tak ada gerakan.
Tanpa diketahui ray, shilla sebetulnya
menangis di kolam. Teringat semua perlakuan cakka di tempat ini,
hal yang paling dia rindukan, namun berbalik menyakitinya.
shilla pun menyelam. menahan
napas dalam air sekuat dia mampu. Agar semua sakit yang menghimpit perasaannya,
larut bersama air mata yang terus menerus mengalir deras dan bercampur dengan
air kolam renangnya yang dipenuhi kenangan cakka yang silih berganti memasuki
alam pikirannya.
“Tak bisa, aku melupakanmu…
walau kau bukan milikku lagi.
Tak bisa, Aku hidup tanpamu
terbiasa… kau perhatikan aku.
Bagaimana… Nasib cintaku
Hatiku masih, hidup diragamu
masih saja, Aku menganggapmu
Aku pasanganmu…
Seperti dahulu.”
*Rini Idol : Mimpi besarku*
“shilla..shillaa!” Teriak ray cemas
dari atas karna melihat shilla lama tak muncul dari air, sedangkan hujan turun
dengan sangat deras.
Takut terjadi apa-apa dengan
sepupunya, ray bergegas turun ke bawah.
◌◌◌◌◌◌
“shill..shillaa… bangun shillaa…” panggil
ray cemas di ruang tamu setelah menggendong shilla yang lemas di kolam renang
karna tak sadarkan diri.
Perlahan, gadis itu membuka matanya
dan melihat ray langsung tersenyum dan memeluknya penuh syukur.
“Jangan lakuin hal bodoh kayak tadi
yah?” Pinta ray yang hanya dijawab anggukan lemah shilla.
“Sorry kak. shilla…” Ucapannya
terhenti dan dia menangis tersedu-sedu dipelukan ray
“Kalo lo gak sanggup ngomong, nangis
aja di pelukan gue. Gue mau kok.” Ucap ray sambil mengelus rambut shilla yang
basah dan semakin erat memeluk supaya dia tak kedinginan.
“Kenapa kak… semuanya…” Isaknya
lemah dengan bibir bergetar karna kedinginan. lelah menangis, akhirnya dia
tertidur di pelukan ray.
Melihat shilla tertidur
dipelukannya, dia langsung menggendongnya ke kamar dan memanggil Mpok surti
“Mpok… gantiin baju shilla yah. Dia ketiduran tuh pake baju renang. Takutnya
masuk angin.” Perintah ray yang langsung dijawab senyuman oleh Mpok Surti.
“Siap Mas ray.” Dengan gaya ala
upacara 17an, Mpok Surti langsung masuk kamar shilla dan menutupnya.
Meninggalkan ray yang langsung masuk kamar dan tidur.
*******************
“Sorry shilla…” Hanya itu yang bisa
diucapkan cakka ketika teringat bagaimana sakitnya shilla menatap dirinya pada
saat dia bersama ify
“Kak…” Panggil shanin ketika
melihat cakka termenung di balkon, padahal hari hujan deras.
“Kalo ada cara yang lebih lembut
dari ini, akan gue lakuin shill. Asal gue gak pernah melihat tatapan lo seperti
siang tadi. Tatapan lo bikin gue ngerasa bersalah banget shill. Lo nyiksa
gue.” Lanjutnya tanpa mengetahui, shanin mendengar ucapannya dan ikutan
melamun.
“Kayaknya gue punya ide agar
lo bersama shilla lagi kak. Tunggu tanggal mainnya.” Bisik shanin penuh
semangat dengan ide menari-nari di kepalanya, siap untuk didiskusikan
dengan pacar tersayang, Rio. Dan meninggalkan cakka yang masih galau.
ॢॢॢॢॢॢ
1 tahun setelah mereka selesai KKN,
tak ada saling tegur, saling menggoda. Yang ada hanya kebisuan yang mendominasi
mereka. Seolah-olah tak ada yang saling kenal.
“Halo sayang…” shilla mengangkat
ponselnya yang berdering pada saat dia mengerjakan tugas di kelas berdua cakka
dengan posisi duduk berjauhan.
cakka hanya bisa mengepal tangannya
yang dingin ketika mendengar suara shilla yang terdengar manja dan wajahnya yang
merah merona karna dirayu alvin, semakin membuatnya emosi.
“Sayang…” Entah keberuntungan atau
kesialan, ify langsung masuk dalam kelas cakka dan memeluk cowoknya dari
belakang sambil meletakkan kepalanya di pundak lalu mencium pipi cakka. Membuat
shilla yang melihat kejadian itu, langsung memalingkan wajahnya kea rah lain.
Dan matanya terasa basah, namun ditahannya.
“Kamu kenapa sayang?” Tanya alvin
cemas karna suara shilla berubah menjadi agak serak, seolah dia menahan
sesuatu.
“Aku gak papa kok sayang… beneran.”
Ucapnya dengan suara berusaha normal agar tak ada yang curiga.
“Kamu sakit?” Tanya alvin mulai
curiga dengan perubahan suara shilla.
“Enggak kok sayang.”
“cakka… kita jalan yuk. Aku bosan
lihat kamu selalu berkutat dengan buku. Kamu itu pacaran dengan buku atau
denganku sih?” Ucap ify dengan suara agak keras dan dimanjakan agar shilla
mendengar. Dan usahanya berhasil. Karna shilla menatap kearahnya dengan
tatapan terluka.
“Kamu aneh deh sayang, masa sama
buku dicemburuin? Jalan? Aku nyelesain ini dulu yah. Sebentar lagi.” Ucap cakka
lalu menepuk pipi ify dengan lembut. Membuat cakka yang melihatnya, langsung
memalingkan wajahnya lagi.
“alvin jauh lebih baik dan tak mesum
kayak cakka. Lo dari dulu ingin itu kan?” Suara hatinya shilla
mengingatkan.
“alvin memang jauh lebih dari caka,
tapi… ada sesuatu yang alvin gak punya, tapi cakka sangat punya itu.” Suara
hatinya yang lain membela cakka
“Seandainya dia tau gimana sakitnya
perasaan gue..” Bisik lirih shilla di telpon, membuat cakka kaget.
“shilla, Kamu kenapa?” Suara alvin
terdengar di telpon, membuat shilla kaget dan langsung sadar dengan apa yang
diucapnya.
“Mampus gue!” Rutuknya dalam hati.
“Apaanvin? Enggak kok… enggak. Eh
udah dulu yah sayang. Aku mau masuk kelas dulu. Bye. I love you. Muah.” Ucap shilla
cepat agar alvin tak bisa merespon dan langsung mematikan ponselnya.
Alvin, My Boy.
“Kamu kenapa sayang? Siapa yang
sakitin kamu?” Pertanyaan alvin bersarat khawatir terpampang jelas di pesan
masuknya. shilla menghela napas sedih dan memilih mengabaikannya.
sesekali cakka melirik shilla dengan
wajah cemas karna gadis itu terlihat murung dan pucat beberapa akhir ini. ify
yang menyadari cakka tak focus padanya, langsung berdiri menutup akses cakka
melirik shilla dengan tubuhnya.
“Bagaimana sayang? Kita jadi jalan
kan? Ayolah… sekalian merayakan 1 tahun kita balikan.” Rayu ify
Sempat dilihatnya shilla berdiri dan
langsung keluar dari kelas sambil berlari, membuat cakka terdiam dan menatap ify
“Aku ga bisa sayang ternyata. Hari ini
tugasku numpuk. Kamu kan tau aku sebentar lagi mau lulus. Kapan-kapan aja
yah? Aku janji deh… akan temanin kemanapun yang kamu mau.” Bujuknya ketika
melihat wajah ify merengut, namun
tak menolak keputusannya.
“Yaudah deh. Aku keluar dulu. Bye
sayang.” Ucapnya sambil hendak mencium pipi cakka, namun cakka berpaling kea
rah lain, membuatnya tersenyum dan mengacak rambut cakka lalu keluar dari
kelas.
Sepeninggal Ify dan Shilla, cakka
melepas kacamatanya kemudian berjalan menuju jendela kelasnya yang mempunyai
akses langsung ketaman. Dia melihat shilla duduk termenung sambil melempar batu
ke kolam dengan tatapan kosong. Seperti dirinya. “Sampai kapan shill kita terus
begini? Gue gak sanggup lagi.” Bisiknya kemudian memutuskan untuk keluar dari
kelas.
१११११
Di Kampus UGM…
“vin, kenapa lo?” Tegur sahabatnya
ketika melihat alvin, melamun di pohon yang rindang sambil memegang hpnya.
“Gue gak tau nih. pacar gue gak ada
balas sms daritadi. bikin bingung aja.” Keluhnya sambil berharap shilla membalas
pesannya, agar dia tenang.
“Ciee... siapa pacar lo? Si shilla
kan? ckckck... sibuk kali. Eh... gue masuk kelas dulu yah. Bye vin.” Pamit
temannya dan meninggalkan alvin sendiri.
“Siapa dia yang lo maksud,shilla? Apa
cakka? apa hubungan kita selama ini tetap tak bisa hapusin dia dari hidup
lo? Apa gue udah terlambat?” Ucapnya lirih sambil menikmati angin sepoi-sepoi
menerpa wajahnya dan membuatnya teringat kejadian demi kejadian, dimana shilla
selalu bersemangat setiap menyebut nama cakka hanya dengan sekali pancing,
dimana dia bisa merasakan perbedaan yang sangat kontras antara memanggil
namanya dengan sebutan sayang, dan nama cakka dengan sumpah serapah, namun
tebersit entah apa namanya... perasaan sayang yang disembunyikan.
Flashback...
“Sayang…” Panggilnya mesra ketika shilla
mengangkat telpon.
“Iya sayang… ada apa?”
“Aku kangen kamu… sangat kangen
malah.” Gombalnya yang membuat gadis itu, tertawa di seberang sana.
“shilla… Ntar habis ini gue pinjam
Flashdisk cakka dari lo yah.” Panggilan itu mengalihkan pembicaraan shilla dari
alvin, namun dapat mengubah semuanya yang disembunyikan.
“Flashdisk cakka yah kak? Oke deh.
Tapi jangan diilangin yah Flashdisknya. Kan sayang. Hahahaa…” Jawabnya dengan
nada riang, seolah-olah itu hal menyenangkan untuknya.
“Dari siapa sayang?” Tanya alvin
ketika dirasa shilla sudah berada jangkauannya.
“Dari kak rio. Dia mau pnjam
flashdisk cakka tapi keduluan shilla, yaudah deh. Padahal aku takut kak rio
minjem, soalnya punya cakka sering hilang sih. Kan sayang…” Jawabnya dengan
nada penuh khawatir..
“Emang Flashdisk cakka segitu
pentingnya yah jadi kamu khawatir banget kalo flashdisk dia hilang?”
“Penting banget malah kka! Soalnya
semua file-file dia ada disitu semua. Dia kalo hilang kelimpungan sendiri, jadi
aku copy semua file dia di laptop. Jadi kalo ilang lagi, gak ribut lagi.”
Jelasnya dengan penuh semangat, kontras pada saat mengangkat telpon alvin.
“Oh… jadi cakka sangat istimewa
banget untukmu yah sampai repot-repot bikin copyan segala.” Ucapnya dingin.
“Isti… Eh udah dulu yah sayang, aku
mau masuk kelas dulu. Bye.” Ucap shilla cepat seolah menghindar dan langsung
memutus telpon.
alvin menghela napas berat ketika
teringat percakapan kemarin itu. Membuat buktinya bertambah bahwa seberapa
perhatian pun dia dengan shilla, takkan bisa mengubah posisi cakka dihati gadis
itu.
seketika alvin membelalakkan matanya
maksimal ketika melihat seorang gadis, yang sangat dikenalnya lewat
dihadapannya. Dia mengucek-ucek matanya agar memastikan matanya tak katarak
mendadak. Kemudian berlari mendekatinya. “Lo?” Ucapnya shock karna
melihat penampilan gadis itu yang serba sopan. Berbeda pada saat dia pertama
kali bertemu.
“Iya… ada apa yah?” Tanyanya seolah
tau apa dipikiran cowok yang memegang tangannya dan tersenyum.
“Lo cewek yang bareng cakka waktu
itu di hotel kan?” Tanya alvin shock.
Agni tersenyum, kemudian berkata
“Kayaknya kita harus bicara deh. Ada yang mau gue jelasin ke lo.”
“Tentang apaan?”
“Tentang semuanya yang gak lo
ketahui. Itung-itung memperbaiki image gue yang ancur lebur didepan lo.”
Ucapnya dengan nada jengkel di kalimat terakhir, membuat alvin tersenyum.
“Boleh. Bagaimana kalo disini saja?”
Tawarnya sambil menunjuk pohon tempat dia bergalau ria.
Agni kelihatan berpikir, kemudian
tersenyum “Bagaimana kalau di kantin? Gue belum makan soalnya.”
Alvin hanya
mengangguk dan berjalan beriringan dengan agni. Cewek entah siapa baginya,
namun yang dia yakini, akan membuka sekat yang selama ini menjadi pembatas yang
tak terlihat, namun semakin menebal antara dirinya dan shilla
.
“Mau?” Tawar cakka sambil
menyerahkan sebotol Coca-Cola hingga mengenai pipi shilla. Dan membuat gadis
itu kaget dan langsung beres-beres.
“Gue cabut dulu yah. Bye.” Ucapnya
terburu-buru dan berjalan melewatinya, namun terhenti karna cakka memegang
lengannya erat
“Sampai kapan lo menghindar shill?”
Tanyanya dengan tatapan ke shilla yang berpaling kearah lain.
shilla terdiam dan menatap
sekelilingnya dengan perasaan nanar, jujur dalam hatinya pun dia bertanya,
sampai kapan akan menjalani hubungan yang menyiksa batinnya. Sampai kapan dia
selalu berpura-pura bahwa alvin adalah seseorang yang membuat hatinya selalu
tersenyum. Karna pada kenyataannya, hatinya tersenyum hanya untuk satu nama, cakka.
Cowok yang memegang tangannya sekarang.
“Jawab gue, shilla. Sampai kapan?”
Tanyanya dan dengan sekali tarik,shilla sudah ada dihadapannya. Dan cakka
mengangkat dagunya agar focus menatap kearahnya.
shilla menjawab dengan gelengan.
“Jangan tanyakan ke gue. ijinin gue pergi, cakka. Nanti pacar lo marah kita
berdua ditempat seperti ini. Lagipula, Gue udah punya pacar kka. Please…”
cakka melepas pegangannya di lengan shilla,
lalu menatapnya “Lo gak akan bisa bohongin perasaan lo ke gue shill. Walau gue
amnesia, gue mulai bisa ingat sama lo.” Ucapnya tenang. Namun membuat shilla
kaget.
“Maksud lo?” Tanyanya bego, namun
dijawab cakka dengan pergi meninggalkannya. Membuat shilla frustasi.
“Maksud lo apa cakka?!” Teriaknya.
Walau dia tau percuma. Karna cakka semakin meninggalkannya.
“Lo tau kka, gue gak akan sanggup
mengakhirinya. Meskipun gue ingin.” Ucapnya lirih sambil bersandar di pohon dan
meneteskan air matanya.
cakka yang mendengar teriakan shilla
dari kejauhan, hanya bisa tersenyum samar. “Kalo lo tak bisa mengakhiri ini,
gue yang akan mengakhirinya, shilla.”
Setelah puas menangis, shilla pun
berjalan meninggalkan taman dan memutuskan pulang kerumah. Mencari kedamaian.
♡♡♡♡♡♡
“Aku bisa terima, meski harus
terluka
karna ku terlalu, mengenal hatimu.
Aku telah merasa, dari awal pertama.
Kau takkan bisa lama, berpaling
darinya.”
Agniterdiam setelah hampir separuh
waktunya menjelaskan semua yang dia ketahui tentang cakka dan shilla kepada
Debo. Sampai merelakan kelas berikutnya agar semuanya jelas, tak ada yang
saling merasa tersakiti karna ego masing-masing.
“Gue gak akan pernah nyangka kalo
gue yang menghancurkan hubungan mereka.” Ucapnya lesu.
“Jangan salahin diri lo sendiri vin.
Nurut gue gak ada yang salah disini. Lo gak salah suka dan pacaran sama shilla,
dan dia juga gak salah terima lo, vin.” Hiburnya.
“Seharusnya gue dari dulu sadar,
kalo hati dia bukan ntuk gue. tapi ntuk cakka.”
“Lo sadar, tapi lo gak peduli kan?”
Tembak Agni sambil menatap lekat alvin, persis menginterogasi pasien. Membuat alvin
tersudut.
“Iya. Karna gue sayang sama dia. Dan
sayang gue ternyata gak bahagiakan dia, tapi malah nyakitin.”
Agni mendengar jawaban alvin sambil
memutar sedotannya dan bertopang dagu. “Terus lo mau bagaimana sekarang setelah
tau masalah ini? Tetap pertahankan dia atau lo lepasin dan biarin dia sama
sepupu gue?”
Alvin terdiam mendengar pertanyaan
cewek didepannya ini. “Kalau gue pertahankan? Gue bisa buat dia lupakan cakka.”
Agni menghela napas dan menatap
Alvin.
“Gue tau lo akan jawab begini, alvin.
Gue gak bisa nyuruh lo untuk mutusin dia. Karna apa? Gue tau lo sayang sama
dia. Banget malah. Tapi please, buka hati lo sedikit saja untuk melihat
semuanya. Gue cewek, vin. Dan gue tau perasaan shilla dan sepupu gue bagaimana.
Dia sayang banget. Tapi bukan berarti dia gak sayang sama lo. Dia sayang, Cuma
dia gak bisa artiin sayangnya itu. Lo gak buruk buat shilla vin, tapi… dia
sayangnya sama sepupu gue. walau ancur gimanapun.” Agni menjelaskan dengan
panjang lebar.
“Cinta tak harus memiliki.Gue tau lo
sakit. Tapi perasaan gak bisa bohong. Sesayang apapun lo sama shilla, kalo dia
sayang sama cakka, sayang lo gak ada artinya. Yang ada, dia semakin tersiksa
karna dia bersalah selalu nyakitin lo dengan cara menyayangi cowok lain.”
Lanjutnya membuat alvin semakin terdiam. Membenarkan setiap perkataan agni.
“Gue… akan lepasin dia. Kalau itu,
bisa membahagiakan shilla.” Putusnya dengan nada berat.
Agni menggenggam tangan alvin dan
tersenyum. “Lo putusin dari hati lo vin. Jangan ada kata terpaksa. Lakukan
dengan ikhlas. Maka semuanya akan baik saja.” Ucapnya.
alvin tersenyum mendengar ucapan Agni.
“Thanks yah. By the way, gue lupa nanya, nama lo siapa? Kok lo bisa tau nama
gue?” Tanyanya beruntun.
Agni mengulurkan tangannya kea rah alvin
“Nama gue Agni Trinubuati , lo panggil aja Agni. Gue tau nama lo saat
kita ketemu di hotel, shilla nyebut nama lo. Dan gue kaget aja ternyata kita
satu kuliah. Lo ambil jurusan apa?
“Gue ambil Psikologi. Lo?” Tanya
alvin balik.
“Serius? Gue juga ambil Psikologi.
Tapi mau semester akhir.” Jelas Agni dan berikutnya, terjadi diskusi seru
antara mereka.
११११११
Setelah satu jam berdiskusi dengan Agni.
Gadis itupun pamit. “Gue pulang dulu yah. See you.” Ucapnya ramah sambil
berdiri dan tersenyum.
alvin pun membalas senyumnya. “Yup.
Hati-hati yah ag. By the way, thanks udah ngasih tau semuanya.” Ucapnya tulus.
Agni tersenyum ramah “Ya. Lo pikirin
baik-baik de apa yang gue bilang.” Ingatnya dan meninggalkan alvin yang
termangu sendirian.
“Kalo gue gak bisa lepasin shilla,
gimana ag? Gue sayang sama dia.” Ucapnya sambil memikirkan sebuah keputusan dan
mengingat semua omongan Agni tentang hubungan mereka.
Asyik-asyiknya melamun, tiba-tiba
ponselnya berbunyi. alvin pun kaget dan tersenyum ketika tau siapa yang
menelponnya. Disaat dia sudah yakin dengan keputusannya untuk mengikat gadis
itu lebih erat lagi.
“Iya sayang…” Ucap alvin mesra
ketika mendengar suara lembut shilla menyapanya.
“Gak papa kok sayang. Aku kangen aja
pengen nelpon kamu. Kamu sibuk yah? Udah makan belum?” Tanya shilla perhatian.
“Aku gak sibuk kok. shilla… kamu
lagi ada dimana?”
“Aku dirumah sayang. Baru pulang.
Ada apa?
Alvin menghela napas, “Sayang… aku
boleh ngomong sesuatu?” Tanyanya.
“Boleh kok. Mau ngomong apa vin?
“Kamu sayang gak sama aku?” Tanya
Alvin yang cukup membuat shilla terdiam cukup lama ditelpon.
“A…ku sayang kok sama kamu. Kenapa?
Kamu mikir aku selingkuh yah?” Tanyanya balik sambil melempar lelucon.
Alvin tersenyum mendengar jawaban shilla.
“Enggak kok. Aku percaya kamu gak selingkuh. Bu the way… minggu depan aku mau
kejakarta shill.” Jawab alvin
“Ke Jakarta? Ngapain?” Suara shilla
terdengar cukup senang di telinga alvin. Walau sebenarnya, Hati shilla tak
berkata demikian.
Alvin terdiam cukup lama. Sambil
memikirkan keputusannya sekali lagi. Semoga keputusan gue benar.”
“Aku mau melamar kamu,Ashilla
Zahrantiara. Aku mau, kita tunangan. Kamu mau kan?” Tanyanya yakin bahwa shilla
mau menerima lamarannya yang sangat tak romantic ini.
Shilla langsung terdiam mendengar
ucapan Alvin. Tak tau harus ngomong apa. “Aku…”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Sambungannya masih ada .?
Penasarann
kaka part 16 nya mana ?
Posting Komentar