WELCOME TO MY BLOG :D

About Me

Tirsa
Lihat profil lengkapku

Readers

Followers

Label

  • About Me:) (4)
  • Ashilla Zee dll :) (11)
  • CampurCampur :P :) (3)
  • Cerpen (5)
  • CuapCuap (3)
  • Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill) (22)
  • KasaKusuk (14)
  • KAU (12)
  • Mario Stevano Aditya Haling (2)
  • PEMBUNUH CAHAYA *versi ALSHILL* (1)
  • SCAVENT CHEERS (1)
  • SVC (SCAVERS VIOLENCE CHEERS) :* (4)
  • Tugas (6)

Blog Archive

  • ►  2014 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2013 (51)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ▼  Mei (16)
      • KAU *last part
      • KAU *part 11
      • KAU *part 10
      • KAU *part 9
      • KAU *part 8
      • KAU *part 7
      • KAU *part 6
      • KAU *part 5
      • KAU *part 4
      • KAU *part 3
      • KAU *part 2
      • Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.2): Ho...
      • KAU *part 1
      • Ashilla Zahrantiara, Judul Lagunya Terinspirasi Ju...
      • Sepenggal Kisah di Masa Lalu
      • Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.1): Ho...
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (12)
  • ►  2012 (33)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (1)
Rabu, 08 Mei 2013
In: Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill)

Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.2): Hopeless

 Penulis:  Regina Maharani Nurlie
 
 
 
 
 
“Akhirnya… tiba di hotel juga. Badan gue serasa remuk semua.” Ucap shilla penuh syukur ketika masuk kamar dan langsung rebahan diranjang. Membuat  Via gemas dan melempar bantal kearahnya.

“Lo tidur mulu dari tadi! Dasar Kebo lu shil.” Ejek via.


Sebelum shilla membalas ejekan via, ponselnya mendadak berdering dari tas ranselnya. shilla  yang mendengar buru-buru bangkit dari tidurnya dan tertegun ketika tahu siapa yang menelponnya, kemudian mengangkatnya.

“Hai sayang… udah nyampe Jogja yah?” Suara alvin terdengar ramah dan penuh perhatian yang sangat membuat shilla seketika blank.

“Udah kok Sayang. Baru aja sih nyampe. Ada apa?”

“Jalan yuk sayang, kan kamu besok ke Jakarta, untuk hari ini deh.” Pinta  alvin dengan suara memelas membuat shilla tak bisa menolak.

“Ok sayang. Kamu jemput atau gimana nih?”

“Ya jemput dong! Emang aku cowok apaan tega biarin pacar yang paling aku sayangi selain keluargaku jalan sendiri? Tunggu bentar yah sayang, I love you.” Ucap  alvin dengan penuh sayang lalu memutuskan telponnya. Membuat shilla garuk-garuk kepala sambil menatap ponselnya yang kedap kedip ada pesan masuk.

debo, Cungkring’s Boy

“Kamu nginap dimana sayang? Aku lupa nanya tadi. Habis excited banget sih kamu di Jogja.” Pesan sms dari  alvin buat shilla tersenyum memaklumi sifatnya  yang ternyata masih sama, pelupa. Kemudian dia segera membalas sms alvin dan terkirim.

“vi …” Panggil shilla ketika melihat sahabatnya sekarang tiduran disampingnya.

“Lo mau jalan sama alvin? Jalan aja shill. Gak papa kok. Kami ngerti.”

“Tapi…”

“Udah jalan sana. Lo mikirin siapa lagi?” Tanya  via ketika melihat mendung dimata shilla.

“Enggak kok. Beneran gak papa? Lo nitip apaan?”

Tau siapa yang dipikiran sahabatnya, yang sukses membuat sahabatnya mempunyai sejuta ekspresi diwajahnya hanya sekali lihat, hanya seulas senyum yang bisa  via tampilkan diwajahnya, “Iya… shilla sayang.  Gue nitip apaan yah? Gak usah deh, tas gue ntar meledak lagi kalo gue nitip. Hahaha.
“Tas lo emang perlu meledak vi. Wong lo bawa oleh-oleh kayak ngeborong isi toko!” Ejek shilla yang membuatnya ditimpuk bantal.

“Gue kan bawa oleh-oleh buat dibagi shill. daripada lo, beli oleh-oleh kayak dompet lagi krismon gitu, pelit! Udah gitu, tiap harga lo bandingin dan lo hitung berapa totalnya sebelum beli! Alamak…”

“Wajar dong vi! Gue gak mau kelihatan boros dan pas sampai di Jakarta, barang yang gue beli gak berguna, kan uangnya sayang. Mending nabung.” Bela shilla ketika sifat terlalu irit jadi bulan-bulanan sivia

“Lo nabung dimana shill?”

“Di perut! Ya nabung di Bank, via! Lo kira gue nyimpan uang di kendi terus gue kubur gitu?”

“Iya… kan siapa tau kalo gue kehabisan uang, gue bongkar rumah lo. Siapa tau ada. Hahaha…”

Sebelum shilla hendak membalas ejekan  sivia dengan kata-kata yang sudah diketik diotaknya, mendadak hpnya bergetar karna ada sms. Dan dia membacanya kemudian meresponnya sambil tersenyum.

“Gue jalan dulu yah, debo udah didepan  katanya. Bye via.” Pamit shilla sambil mengambil tas ranselnya.

“Iya… Bye Paman Gober. Eh salah, Nona Gober. Hahahaha…” Ejeknya puas ketika melihat shilla memasang wajah merajuknya.

“Bangga bener yah liat teman merana! diputusin Kak iel baru nangis darah berliter-liter!” Gerutunya sepanjang jalan ketika mendengar suara tawa  via samar-samar terdengar yang cukup bikin merinding.  dan ketika di depan Café, dia melihat cakka keluar Café dengan merangkul cewek yang seksi dan bohay dari dirinya, yang jelas bukan ify, berjalan  kearahnya. shilla langsung menoleh pura-pura melirik yang lain ketika melihat kejadian dimana cakka mencium pipi cewek entah beruntung atau sial itu tepat melewatinya.

“shilla…” Panggil  alvin di depan resepsionis ketika melihat shilla berdiri mematung didepan Café dengan tatapan kearah lain. Dan membuat cakka yang rupanya mendengar itu, ikutan menoleh kearahnya dengan tatapan mata yang dingin.

shilla yang mendengar suara alvin, langsung ingin menghampiri namun urung ketika melihat alvin rupanya lebih sukarela menghampirinya daripada dihampiri.

“Jalan sama siapa kka? Cewek lo yah?” Tanya alvin ketika sudah berdiri disamping shilla sambil merangkul gadisnya  dan menatap cewek blasteran sangat cantik  dengan pakaian baju seperti kemben bewarna merah dan kentat hingga membentuk tubuhnya yang aduhai dan rok mini yang semakin membuat kakinya jenjang itu berdiri disamping cakka dengan tingkah terlalu agresif di banding cewek normal karna tak mau melepaskan lingkaran tangannya dipinggang cakka. dan sesekali mencium pipinya hingga shilla yang melihat itu tepat dihadapannya, panas dingin.

“Tuh cewek siapa sih? Gue gak terima dia main peluk cakka seenaknya! Eh… tapi gue siapa cakka jadi marah?” Batinnya.

cakka yang melihat ekspyati shilla sudah panas dingin, tersenyum sinis
“Hahaha… ya begitulah… Eh… mau jalan sama shilla yah? Having fun yah. Gue mau jalan dulu ma dia, mau nyari kamar kosong. bye.” Suaranya berubah menjadi bisikan namun terdengar sangat jelas ketika mengucapkan kalimat terakhir itu ditelinga alvin. Membuat shilla yang mendengar itu, langsung menarik tangan  alvin agar menjauh dengan wajah memerah menahan marah dan melotot ketika cewek yang menggandeng cakka, menatap penuh ejekan kearahnya, seolah meremehkan.

“Udahan yuk jalan, lapar nih.” Kata shilla dengan suara penuh paksaan karna tak tahan melihat cewek didepannya yang semakin merendahkan dirinya lewat tatapan tajamnya.

“Ayukh… sayangh… jalan lagi yukh…udah  gak tahan nih pengen cium kamuhhh… hmm…” Desah Cewek itu sambil mencium pipi dan leher cakka yang tersenyum manis kearahnya. dan shilla yang melihat itu, semakin menarik Alvin agar menjauh karna tak tahan.

Alvin yang mendengar itu tersenyum, entah apa artinya ketika mendengar bisikan cakka dan desahan cewek itu yang terdengar ajaib ditelinganya yang selalu digunakan untuk hal yang baik-baik. “Oh… semoga lo nemu yah. Gue mau jalan dulu ma shilla. Bye kka”Pamit  alvin lalu merangkul tangan shilla keluar dari hotel.

Diikuti tatapan oleh mereka.

“Thanks ag,atas bantuannya, sorry yah mendadak” Ucapnya penuh terima kasih sambil menatap  agni, kakak shanin yang sedang kuliah di Jogja semester Akhir  yang buru-buru melepas rangkulannya dan menatap sinis.

“Anytime kka. Lo bikin gue serasa jadi cewek murahan didepan tuh cowok. Ancur image baik gue.” Gerutunya sambil membenarkan bajunya yang dirasa menyiksa dan cakka langsung melepas jaketnya kemudian disampirkan ditubuhnya.

“Lo pakai  jaket gue aja deh. Gak enak sepupu gue dilirik cowok cowok. By the way, Lo cantik juga pake baju ini yah. Bikin… ” Goda cakka ketika melirik sepupunya jadi pusat perhatian karna pakaiannya yang mengundang iman dan tertawa ketika melihat sepupunya cemberut.

“What?! How dare you!” Gerutunya sambil memakai jaket cakka dan menjitaknya dengan sekuat tenaga yang mungkin, akan membuat cakka semakin amnesia.

Flashback…


“ag… lo dimana? Gue di Jogja nih, bantuin gue dong” Permintaan cakka bertubi-tubi tanpa jeda ketika agni mengangkat telponnya.

“Lo itu yah, udah nelpon disaat gue banyak tugas, neror lagi! Mau minta tolong apaan?”

“Sorry deh . urgent banget.”
“Kok gue ngerasa gak enak yah dibalik kata “urgent” lo? Ada apaan?” Tanya  agni berlapis curiga mendengar nada suara cakka yang sangat dikenalnya, penuh kejutan yang membuatnya kehabisan napas dan rayuannya yang sukses membuatnya sebagai cewek dan sepupunya, bertekuk lutut untuk mengikuti ide cakka.

cakka langsung menceritakan tentang shilla dari awal hingga membuatnya galau tiada akhir dan idenya, sesuai perkiraannya,  disemprot  agni dengan omelan yang notabene cewek baik-baik.

“ Gue prihatin sama masalah lo, tapi bukan berarti lo nyuruh gue jadi cewek gak bener kan?! Lo sepupu gue apa bukan sih?! Enggak! Gue gak mau!”

“Ayolah ag … sekali aja deh… gue pengen dia cemburu, Gitu doing ag gak lebih. Suer deh. Terakhir kali deh… janji.”

“Lo bikin dia cemburu gak usah rusakin image gue dong!”

“Tapi … Cuma ini yang terpikir diotak gue. Please agni yaa yaa…”

“Otak lo mesum sih! Makanya itu doang yang ada dikepala lo!”

“biar Otak mesum, gue cowok baik-baik kale Agni Trinubuati Cuma lo yang bisa gue andalin. Ayolah cantik… please help me. You’re my angel and my sun. just you baby. ” Rayu cakka yang buat  agni garuk-garuk kepala.
“Iya! Baik untuk dimusnahkan! Lo sadar gak sih permintaan lo itu bikin gue jadi cewek gak benar!” Omelnya menjadi-jadi karna tak bisa menerima ide cakka dari sisi manapun.

“gel… please  agni… Kita kan sepupu. Masa gak saling bantu sih? Lo gak kasihan sama gue ngel? Gue udah amnesia, kehilangan cewek yang gue sayangi, masa lo nambahin beban penderitaan gue sih?” Dengan suara memelas, cakka mengeluarkan jurus andalannya untuk merayu cewek seperti  agni yang notabene takkan pernah bisa menolak keinginannya.

“Itu mah derita hidup lo kka, bukan derita hidup gue!”
“Tapi ag… ayolah… please…” Ucapnya dengan nada memelas.  membuat agni menghela napas berat.

Heum….Ok deh…  Tapi ada syaratnya! Lo harus traktir gue makan dan nonton marathon di bioskop! Ok?” Pinta  agni yang buat  cakka melongo.

“Lo serius Cuma minta itu doang? Gue kira banyak. Hahaha.”
“Oh… lo mau gue pesan banyak? Ok deh, gue mau lo beliin Tas Hermes yang paling baru, traktir gue beli buku kuliah, terus lo traktir gue makan ditempat mahal, terus…” agni langsung mencerocos bak kereta api lewat.

“Stop ! Lo mau buat gue gadai tiket pesawat supaya penuhin keinginan gila lo itu?! Lo kesini naek apaan? Taksi?”

“Bajaj! Yaiyalah gue bawa mobil! Lo oon gak sembuh-sembuh yah? Udah deh, alamat lo smsin aja, ntar gue samperin setengah jam lagi. Gimana?”

“Ok. … pake baju yang seksi yah, OK?”

“Sepupu saraf l! Wokeh deh.”

“Thanks agni, you’re my beloved cousin.” Ucapnya penuh terima kasih.

“Iya… Gue jemput dimana nih?”

“Di Café hotel gue aja deh. Oke ag.. Be careful yah.”
“Yup.”

 *********************

“Woy! Lo kenapa ngelamun,ag? Sambil liatin gue lagi! Ayooo… lo kesengsem sama gue kan sekarang? Ingat agni, kita saudara sepupu, ampe kiamat gak mungkin kita bisa pacaran.” Ucapnya narsis membuat agni tersadar dari lamunannya.

“Kalo cowok di Bumi ini udah pada musnah semua dan Cuma lo satu-satunya yang hidup, baru gue TERPAKSA naksir sama lo! Pede bener deh!” Gerutu agni dan sebuah jitakan mendarat mulus dikepalanya.

“Lo kok sekarang hobi jitak sih ag? Shanin aja gak segitunya sama gue.” Keluh cakka karna kepalanya yang malang selalu jadi sasaran jitak agni

“shanin itu ntar gue suruh jitak lo tiap menit, tiap detik! Kan dia nurut ama gue, kakaknya. Hahahaha…” Tawa  agni yang sekilas membuat cakka teringat dengan shilla. Dan membuat wajahnya langsung murung.

“Lo tau gak ag? Sifat lo itu mirip kayak sifat shilla. Sama-sama ngomel kalo gue narsis. Kalo gue narsis, lo jitak kepala gue kan? Kalo dia enggak. Dia mencibir panjang lebar gitu. Tapi gue suka. Sayang… gue ingatnya itu doang dari dia. Kasian banget kan gue?” Tanyanya hambar yang membuat  agni prihatin dengan keadaan sepupunya. Ditambah dia tau keadaan cakka sebelum amnesia dan apa hubungannya dengan gadis yang dia temui tadi dari shanin

“Suatu saat nanti lo pasti ingat kok kka. Eh… kita makan yuk! Gue lapar nih. Udah gini aja, Lo traktir makan minumnya, gue nonton. Gimana? Itung-itung rayain lo mampir kesini, meskipun yah… ngerepotin gue akhirnya.” Ucapnya penuh kesinisan dikalimat terakhir membuat cakka tertawa.

“Suara lo kayak gak ikhlas banget gue mampir yah? Udah… gue traktir lo aja deh semuanya, lo Cuma bawa gue kemanapun yang lo pengen. Ok?” Tawar cakka yang buat  agni langsung berbinar.

“Ok cakka! Yuk.” Ajak  agni penuh semangat dan menggandeng cakka keluar hotel.




“Sayang… kok kamu kelihatan ngelamun sih? Ada apaan? Kamu sakit?” Tanya  alvin cemas duduk berhadapan dengan shilla yang menatapnya focus namun pikiran kedunia lain.

“Itu cewek siapa cakka sih?! cakka juga nemu cewek itu dimana?! Arghhh!! Gue gak suka!”

“shilla…my beloved girl.” Panggil  alvin sambil mengelus pelan pipi shilla dan membuat gadis itu langsung sadar akan lamunannya dan wajahnya memerah malu.

“Eum… Anu…” shilla sambil menggaruk kepalanya tak gatal dan menggigit bibir bawahnya, tanda dia salting dengan perlakuan alvin yang dirasa sangat manis untuknya.

“Ada apa sayang? Kamu ada masalah?” Tanya alvin penuh perhatian sambil menatap dalam shilla, cewek yang paling disayanginya.

Shilla hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk dan langsung meminum susu coklat kesukaannya sambil menatap jalan Marioboro yang dipadati oleh manusia. Mau tak mau membuatnya teringat tentang cakka, dan membuatnya galau.


“Minumnya pelan-pelan sayang… belepotan tuh. Sini ku bersihin.” Dengan penuh perhatian  alvin membersihkan sisa susu coklat shilla yang ada dibawah bibirnya dengan tangannya, membuat shilla semakin gugup dan malu.

“Ma…ka…sih…” Ucapnya terbata-bata saking malunya dan membuat alvin tersenyum.

“Kamu pernah ke Angkringan ini shill sebelumnya? Ini Angkringan favoritku lo. Dan penjaganya ini, kenal banget sama aku. Hahaha…”

“Wah… Aku tau kenapa kamu dikenal baik sama pemiliknya, pasti kamu sering ngutang kan? Hahaha… Iya… sama cakka sih. Cuma berdua.” Ucap shilla penuh semangat ketika mengucapkan kalimat terakhir itu dan sedetik kemudian dia membelalakkan matanya karna sadar bahwa dihadapannya ini adalah alvin, Pacarnya.

alvin sadar dengan perubahan sifat shilla ketika menyebut nama cakka, hanya tersenyum walau dihati ada sepercik cemburu “Hahahha… aku anti ngutang Sayang… Cuma ngebon aja sih sering. Hahaha… Oh yah? Terus kamu ngapain aja ma cakka?” Pancing  alvin untuk melihat reaksi shilla
shilla tak sadar dengan pertanyaan alvin, semakin semangat menceritakannya dengan tatapan berbinar-binar, seolah perjalanan dengan cakka itu adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya dan semua orang harus tau itu. Membuat  alvin merasa terintimidasi oleh kehadiran cakka yang tak nampak disampingnya, namun melekat diingatan.

“Terus kamu senang?” Tanya  alvin untuk memberi jeda kepada shilla untuk bernapas karna saking semangatnya bercerita.

“Senang banget malah! Aku kan gak pernah naik Delman, terus dia ngajak naik Delman pas tau itu.” shilla pun tersenyum ketika mengingat hal itu. Tak menyadari  alvin dihadapannya mulai panas dingin.

“Kayaknya,cakka special banget yah buat kamu shill” Ucap alvin dengan penuh penekanan setiap kalimatnya,  terdengar samar namun terasa bagi shilla yang langsung terdiam.

“Kenapa gue jadi keceplosan begini? Aduh…”

“Kamu cemburu sayang? Tenang aja sayang, dia Cuma temanku kok. Yang mesum. Hahaha…” Dengan suara berusaha tenang shilla menjawab ucapan  alvin sambil tersenyum dan mengelus pipinya. Seolah elusannya mengatakan, “Dia tak ada artinya di hidupku. Untuk saat ini.”

alvin tersenyum mendengar ucapan shilla dan ikut meminum pesanannya dengan tenang sambil memegang tangan shilla yang mengelus pipinya kemudian menggenggamnya. Dan shilla menatapnya dengan pandangan, entah apa namanya. Susah dijelaskan. Namun cukup membuat  alvin salting.

“Kenapa sih lihatin aku terus? Entar kamu semakin tergila-gila dengan aku looo… Hahhaha…” Candanya sambil mengelus pipi shilla pelan kemudian mencubitnya. Membuat shilla merengut namun wajahnya merona malu.

“Ada ketemu keke gak?” Tanya  Alvin dan membuat shilla semangat menjawabnya. Melupakan segala kekakuan yang ada karna bingung dengan status dari bersahabat menjadi sepasang kekasih.

Semakin malam, semakin rame suasana Jogja yang dipenuhi oleh Mahasiswa dan membuat mereka lupa waktu.  alvin yang melirik Jam tangannya, langsung kaget melihat jarum jam menunjukkan angka 11 tepat. “Sayang, udah jam 11 nih. Pulang yuk.”

“Hah? Wah… gak terasa yah. Yaudah deh…” Jawab shilla lalu menghabiskan minumannya.

“Aku bayar dulu yah.” Kata  alvin sambil berdiri dari bangkunya dan CUP! Sebuah kecupan kilat mendarat bebas di bibir shilla yang membuat gadis itu kaget.
“Sorry… gak ada yang liat kan?” respon alvin dengan suara menggoda dan mengedipkan matanya ketika melihat shilla kaget.
shilla hanya menggelengkan kepalanya sambil mengelus bibirnya dan menatap alvin di depan Kasir yang sesekali melirik dirinya. Membuatnya malu
Setelah dirasa selesai urusan bayar-membayar, shilla pun menghampiri alvin dan mereka pulang dengan naik motor CBR-X warna hitam punya alvin

“Gimana rasanya naik motor di Jogja shil?” Tanya  alvin dengan suara agak keras karna takutnya shilla tak mendengar dibelakangnya.

“Enak… tapi dingin…” Kata shilla sambil menikmati sepoinya angin malam menerpa wajahnya dan dia semakin mengentatkan pegangannya di pinggang  alvin yang agak ngebut membawa motornya.

alvin hanya tersenyum mendengar jawabannya dan mengelus tangan shilla yang mengepal dipinggangnya dengan lembut dan semakin laju dia membawa motornya menuju Hotel tempat shilla menginap.

“shill… Udah sampai tuh. Kamu tidur yah?” Tanya  alvin karna tak mendengar suara shilla dibelakang.

“Enggak kok. Cuma gak nyangka aja bisa nyampe dengan selamat. Soalnya kamu ngebut sih bawa motor. Bikin jantungan tauk!” Kata shilla sambil turun dari motor  alvin dan memukul pundaknya pelan. Membuat cowok itu tertawa.

“Kalo aku bawa kamu, dijamin selamat shill. Aku gak mungkin kan nyelakain kamu  disini? Lagipula, Ini gak seberapa dengan ngebutnya aku kalo telat ngampus. Lebih cepat dari ini. Hahaha….”

“Dari dulu ampe sekarang, kamu tuh gak pernah berubah yah. Hobi telat. Diubah dong sifat kamu, ntar kamu celaka, kan repot sendiri.” Ucap shilla khawatir.

“Palingan kalo aku kecelakaan, kamu akan nyamperin aku kan?” Goda  alvin yang buat shilla tersenyum malu.

“Tergantung parah atau enggaknya. Kalo parahnya ampe kaki kamu diamputasi, baru aku datengin. Kalo enggak parah, Cuma lecet doang, ngapain?”

“Dasar jahat kamu yah! Besok ke Jakarta jam berapa?” Tanya  alvin sambil mengelus tangan shilla yang memegang tangan kirinya.

“Jam 10 pagi. Soalnya ketemu jadwal pagi sih.” Keluhnya ketika teringat jadwal pulang.

“Yasudah… kamu masuk dan tidur sana deh. Maaf yah aku gak bisa nganterin kamu. Nanti, aku pasti akan Ke Jakarta kok, nemuin kamu.” Hibur  alvin ketika melihat murung diwajah shilla dan mengelus pipinya.
“Beneran? Ok deh. See you. Makasih yah sayang udah temanin aku di Jogja. Aku senang banget.” Ucap shilla tulus dan berbalik masuk hotel, namun tangannya ditarik alvin
“Ada apa?” shilla memutar tubuhnya kearah  alvin dengan mimik bingung sambil melirik tangannya yang dipegangnya sambil tersenyum manis. “Imbalannya mana?” Tagih  alvin yang buat shilla mengerutkan keningnya. Kemudian dia tersenyum setelah tau maksudnya.

“Imbalan apaan? Oh… kamu sekarang kerja sampingan jadi tukang ojek yah?” Tebak shilla ngawur. Bikin alvin semakin nyengir.

“Iya… Tukang ojek buat kamu aja kok. Ayooo.. Aku ingin ini nih sebagai imbalannya.” Kata  alvin sambil menunjuk pipinya sendiri, buat shilla yang tau apa maksudnya, malu.

“Ini jalan raya vin, malu ntar ketahuan.” Tolak shilla sambil menggelengkan kepalanya.

“Tapi sepi shill… ayolah… sekali aja….”

“Tapi , bukannya tadi udah?”shilla mengingatkan kejadian di Angkringan tadi yang membuat pipinya semakin merona.

“Ya sudah deh kalo kamu gak mau, gak papa kok. Aku pulang dulu yah.” Ucap  alvin pura-pura kecewa dan melepas pegangan tangannya di tangan shilla. Membuat gadis itu serba salah.

shilla menghela napas berat sambil melirik kiri-kanan yang entah kenapa, menjadi sepi. Didukung keadaan yang sekarang lampu disekitar hotel agak remang-remang, Seolah-olah mendukung keinginan  alvin yang terakhir.

“Semoga gak ada yang lihat, semoga gak ada yang lihat. Amien.”

“Iya deh.” Kata shilla akhirnya mendekati  alvin yang sudah siap jalan dan mencium pipi kiri alvin dengan jantung berdetak tak beraturan. Karna selama ini, dia jarang nyium cowok. Kalo dicium sih sering. Banget malah.

alvin langsung memalingkan pipi kirinya yang dicium shilla dengan cepat dan memegang erat kedua lengannya dan mencium shilla dengan lembut dan sedikit paksaan karna shilla berusaha melepasnya dan tak membuka bibirnya utuh. Namun, alvin yang entah belajar dari mana,  membuat shilla lemas dengan menghisap dan menggigit permukaan bibir tipisnya dan semakin menarik dirinya ke tubuh alvin. hingga akhirnya, dia pasrah membuka bibirnya dan menutup matanya seraya berdoa, semoga aksi  alvin tak dilihat warga sekampung.

“Hhhmm… vin… I can’t breath. hmm… Please stop. ” Desah shilla sambil berusaha mendorong  alvin menjauh karna kehabisan oksigen dan semakin menggigit bibirnya ketika alvin beralih mencium lehernya dan menggigitnya pelan.__.

alvin menatapnya lekat, lalu berbisik “ just 20seconds, dear. after this, I’ll let you breath.”Ucapnya sambil menggigit daun telinga shilla dengan pelan kemudian menciumnya kembali sebelum gadis itu memberi penolakan.
Setelah dinilai lama dan takut semakin beresiko karna berciuman panas di depan umum,  Membuat alvin mau tak mau, melepas ciumannya di bibir shilla yang dirasa sangat menggoda untuknya dan memberikan penutup indah dengan menggigit bawah bibir gadis itu dan menjilatnya pelan. Membuat shilla meringis. lalu  alvin melepas pegangan tangannya di kedua lengan gadis itu sambil mengedipkan matanya ketika shilla membuka matanya dan menatapnya dengan wajah sangat memerah malu.

“Thanks yah sayang. I love you. Take care yah buat besok.” Ucap  Alvin sambil mengecup bibir shilla dengan cepat dan tersenyum.

“Iya… Love you too. Aku masuk dulu yah.” Pamt shilla langsung lari masuk dalam hotel. Meninggalkan alvin yang tersenyum dengan tingkahnya dan akhirnya menjalankan motornya dengan kecepatan ngebut.

“Ingin ku bunuh pacarmu, saat dia cium bibir merahmu
didepan kedua mataku
aku cemburu.”

*Dewa 19 – Cemburu*



Lagu Dewa 19 dari koleksi album dimobil angel seolah sangat mewakili perasaan cakka yang melihat secara langsung aksi nekat seorang  alvin yang selama ini dia kira polos, ternyata lebih beringas daripada dirinya. Agni yang juga melihat kejadian itu, langsung mematikan tape di mobilnya.  karna dia juga ikut merasakan perasaan cakka lewat lagu yang didengar.

“kka…” Tegur  agni hati-hati ketika melihat sepupu labilnya hanya diam dan pandangan seketika kosong.

“Cakka Nuraga…” Ulang Agni sambil mengguncang tubuh cakka yang tak merespon panggilannya.

“Gue mau ke Hotel dulu. Thanks ya ag udah habisin uang gue.” Kata cakka seolah sadar dengan kelakuan  agni dan menatapnya. Namun kosong.

“Are you Okay? Lo gue anterin masuk gimana? Gue takut lo ngamuk kka.”

“Really bad. Gausah. Lo pulang sana. Cewek gak boleh malam-malam disini. Apalagi sama gue, habis lo entar.”  Ucap cakka sambil turun dari mobil agni

agni membuka spion mobilnya dan menatap cakka khawatir. “Beneran? Lo jangan ngamuk yah?”
“Iyah Mama agni … Udah pulang sana. Thanks yah udah temenin gue. Lo memang sepupu yang paling ngertiin ag.” Ucap cakka tulus sambil mengacak rambut  agni dan tertawa ketika gadis itu merengut.
“Kita Cuma beda 2 tahun cakka! Oke deh… kalo ada apa-apa telpon aja gue. Bye kka. Thanks for all of this. Sorry if I spend much your money.” Ucap  agni sambil menarik hidung cakka dan menjalankan mobilnya meninggalkan sepupunya sendiri. Ditemani remang lampu jalanan yang seolah menjadi lampu dihatinya yang sudah durja, semakin menjadi.

Sepeninggal agni, cakka langsung masuk dalam hotel untuk melakukan satu hal, Tidur.


“Lo kenapa shill? dikejar siapa? kenapa ngos-ngosan?” Tanya  sivia beruntun dan kaget karna melihat shill masuk kamar dengan ngos-ngosan dan wajah memerah malu sambil mengulum bibirnya.

“Wajah lo kenapa merah shill? Ayooo... Lo baru ngapain aja sama alvin jadi merah gitu? Leher lo kenapa ada bekas gigitan tuh? Pasti...” Lanjutnya sambil memanyunkan mulutnya yang buat wajah shill semakin merah.

“Lo tidur gih sana! Lo itu anak kecil vi, jadi gak boleh tau apa yang gue lakuin sama alvin.” Ejeknya sambil tertawa melihat wajah  via mendadak cemberut.

“Gue punya KTP tauk! seenak dengkul bener lo bilang anak kecil! lagipula yah, gue udah pernah ngelakuinnya ma kak iel! sering malah!(-_-)” Ucap sivia berapi-api karna tak terima dibilang anak kecil sementang tubuhnya mungil kayak kurcaci. sedetik kemudian, dia sadar apa yang diucapkannya dan menutup wajahnya sendiri karna malu.

“Owh... pantesan awet. gak taunya....”goda shilla mengikik dengan nada puas karna melihat temannya malu.

“Tauk ah gelap!” Kata  via sambil berjalan menuju ranjangnya dan tidur pulas. membiarkan shilla yang sekarang terdiam duduk di sisi kiri ranjang sambil mengelus bibirnya dan teringat akan kejadian tadi. dan wajahnya merah merona.

“AH! gue kenapa sih?! Udah shilla!.” Teriaknya pada diri sendiri karna selalu mengingat hal itu. pusing, akhirnya dia merebahkan dirinya disamping sivia dan tidur.

Pagi Hari. 06.00 wib, Jogjakarta.


“shill... Udah kelar kan semuanya?” Tanya via ketika melihat shilla sibuk membereskan kopernya sekali lagi. takut ada yang tertinggal.

“Sip. Keluar yuk.” Ajak shilla dengan memegang tiket pesawat ditangan kanannya, koper ditangan kirinya. diikuti  sivia dibelakangnya.

Keluar dari kamar, shilla melihat cakka dengan yang lainnya asyik ngobrol didepan Cafe. membuat shilla teringat kejadian malam kemarin ketika cakka bersama cewek lain begitu mesranya. membuat emosinya naik ke ubun-ubun.
“Kenapa shill?” Tanya rio bingung melihat shilla berjalan kearah mereka sambil menatap cakka dengan ekspresi pengen ngamuk.

cakka yang sadar diliatin shilla sedemikian rupa, Cuma tersenyum dingin dan menatap dalam cewek yang baru saja melintas dihadapannya ketika shilla berdiri didepannya.

“Tuh cewek cantik kan shill? seksi gimana gitu... Gue godain ah...” Kata cakka tanpa tau malu langsung menyusul cewek yang sukses mengalihkan dunianya itu. meninggalkan shilla yang melongo karna ditinggal pergi.

“Tuh anak kenapa sih shill? Kayaknya kumat lagi tuh penyakitnya.” Keluh rio ketika melihat diseberang sana, cakka sukses mendekati cewek yang sekarang seperti kejatuhan durian runtuh karna didekatin cakka dan tukeran nomor ponsel. membuat shilla ingin melangkahkan kaki kearah mereka dan menjewer telinga cakka sampai putus kalo tak ingat bahwa dirinya sekarang bukan siapa-siapa dia lagi.

cakka dengan coolnya berjalan menghampiri mereka yang takjub dengan tingkahnya. Hatinya puas ketika melihat shilla menatapnya sinis, seolah dia bisa membaca tatapan shilla yang merupakan cermin hatinya bahwa dia cemburu dengan apa yang diperbuatnya. namun gengsi ngomong.

“Eh... Mas dayat datang tuh. udah Check Out kan?” Tanya rio yang dijawab anggukan kayak anak itik nurut sama induknya.

Mereka pun menghampiri Mas dayat yang menunggunya di luar hotel dan berangkat menuju Bandara Adi Sutjipto.

“vi... Lo duduk sama siapa?” Tanya rio kepada sivia

“Gue duduk sama Kak rio dan kak oik.. kenapa?”

“Gue tukeran tiket dong. gue mau ngobrol sama rio. ada yang mau diomongin. lo sama shilla. Gimana?” Tanya cakka

“Tap...Tapi kak...”

“Ayolah vi... Gue ada urusan sama rio. lagipula rio Ok aja kalo lo mau. Please vi.” Harap cakka sambil menatap  sivia yang bingung, separo ingin mengiyakan, separo hatinya takut kalo keputusannya akan buat shilla terluka.

Shilla yang mendengar dengan jelas permintaan cakka, menghela napas berat. “Udahlah vi, Gue juga lagi pengen duduk bareng lo sama angel. udah lama gak bareng kalian.” Ujarnya seolah mengiyakan keinginan cakka untuk lepas darinya. 
sivia yang merasa kalah, akhirnya menganggukkan kepalanya walau hatinya berat.
“Iya deh kak.” Ucapnya pasrah sambil menukarkan tiket pesawatnya dengan punya cakka dan menghela napas berat. tak menyangka diposisi seperti ini.
shilla yang melihat itu, menatap cakka dan tersenyum samar kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

Akhirnya, Mereka pun sampai ke Bandara Sutjipto, tempat mereka datang dengan pengalaman yang kosong, dan kembali lagi dengan membawa sejuta pengalaman dan cerita, juga buah tangan untuk orang-orang yang mereka sayangi. shilla pun turun terakhir dari mobil dengan koper siap ditarik kemanapun dia mau. dan tersenyum kepada Mas dayat
 “Makasih yah Mas udah mau nganterin kami.” Ucapnya tulus diikuti yang lain.

“Sama-sama Mbak shilla. saya juga senang karna bisa mengantar kalian ke tempat yang Mas tau. maaf kalau selama Mas kenal dengan kalian, ada tingkah Mas yang buat kalian sebal, jengkel dsb.”

shilla hanya tersenyum manis mendengar ucapan Mas dayat,
 “Enggak kok Mas. shilla malah gak ngerasa mas itu ngeselin. justru rame orangnya.” Pujinya yang buat Mas dayat serasa terbang  kalo tak melirik di belakang shilla, cakkka melototinya.

“Ya sudah Mbak shilla, semuanya... hati-hati dijalan yah. Kalo mau ke Jogja lagi, telpon aja Mas. insyaallah Mas antarin kemanapun yang kalian mau.” Tawar Mas dayat kepada yang lainnya. Membuat sivia,oik dan angel kasak-kusuk dibelakang punggung cakka

“Ntar kalo kita ke Jogja, Kita aja bertiga. gimana?” Tawar angel

“Berempat dengan shilla dong!” Sahut  sivia tak terima sahabatnya ditinggal.

“Iya... Kita berempat! Minus cowok! Ntar, Kita ke Mall yah... merana gue gak menginjakkan kaki di Mall Jogja.” Keluh oik yang selama 3bulan, tidak meninggalkan jejak kaki di Mall manapun yang ada di Jogja. membuatnya galau.

“Otak lo mall mulu deh ik.” Keluh angel yang rupanya bosan setengah mampus mendengar galauan oik yang sangat dihapalnya dan menjadi racun buat telinganya.

Disaat temannya kasak kusuk merencanakan perjalanan yang entah kapan terjadi itu, shilla mendorong kopernya dengan tatapan lesu, seolah tak ada lagi yang dapat membuatnya tersenyum. bahkan makanan sekalipun. membuat yang lain menghentikan percakapannya dan menepuk pundak shilla lembut agar semangat dan melangkahkan kaki menuju ruang tunggu.

“Gue beli cemilan dulu yah, lapar.” Pamit shilla kepada  via dan yang lain ketika setengah jam menunggu pesawat.

“Jangan lama-lama shill. entar lo ketinggalan pesawat. 30 menit lagi kita berangkat.”  Ucap sivia mengingatkan.

shilla pun celingak-celinguk mencari tempat strategis untuk duduk. ditempatnya sudah diduduki orang lain. ketika pandangannya ke arah cakka yang asyik membaca buku, dia melihat kursi kosong diantara cakka dan seorang gadis cilik yang wajahnya bikin shilla gemes setengah mati pengen nyubit sedang memandang cakka dengan tatapan penuh pesona. seolah cakka adalah pangeran baginya. membayangkan itu membuat shilla tersenyum geli dan duduk disamping cakka.

“Mau?” Tawar shilla ketika dia membuka bungkus cemilan yang isinya coklat itu ke cakka. tapi tak direspon.

“Yasudah kalo gak mau.” Dengan suara dingin karna dicuekin, shilla menjawab maksud acuhan cakka dan menawarkan ke lain.

“Adek mau gak?” Tawar shilla manis ke gadis cilik itu yang sedari tadi menatap cemilan yang dia pegang.

dengan wajah malu-malu namun bikin gemes, dia mengambil cemilan di tangan shilla sambil menatap senang dan mengadu pada ibunya yang duduk disampingnya bahwa dia dikasih cemilan.

 “Bilang makasih sayang sama tantenya...” Kata Ibu gadis cilik itu dan dia menurut.
“Makasih tante.” Ucap gadis cilik itu polos sambil memakan cemilan ditangannya cukup membuat shilla shock berat.

“Emang gue sekarang tua banget jadi dipanggil tante?” Gumamnya dengan suara sangat shock yang membuat cakka hendak tertawa, namun ditahannya.

“Kalo seumuran lo wajar kali dipanggil Tante. Gue aja dipanggil Om.” Sahut rio yang duduk disebelah kiri cakka rupanya mempunyai telinga sangat tajam karna bisa mendengar gumaman shilla yang hampir kayak bisikan.

Shilla hanya mangut-mangut mendengar jawaban rio menatap gadis cilik dihadapannya dengan wajah terpesona.

“Gue pengen deh suatu saat nanti, punya anak secantik dia. kan enak bisa gue dandanin. tapi gue nikah dan bikinnya sama siapa?” Bisik shilla sambil mengelus rambut gadis itu.

“Bikinnya sama gue shill. Kan gue termasuk bibit unggul(-_-).” Ucap cakka yang membuat shilla menoleh ke arahnya dengan ekspresi kaget.

“Apa lo bilang?” Tanyanya seolah ingin memastikan bahwa tadi cakka ngomong. bukan imajinasinya.
Merasa keceplosan, cakka menatap shilla “Lupakan aja deh gue ngomong apa. gak penting buat lo ingat.” Dan kembali fokus membaca buku. tanpa mempedulikan hembusan napas kecewa shilla.

Suara Announcer terdengar nyaring membuat shilla tersadar dari khayalan dan mengelus rambut gadis cilik itu yang sekarang menghabiskan cemilan ditangannya “Kakak pergi dulu yah. Dadah manis.” Pamit shilla sambil mengacak dan mencubit pipi gadis itu, membuat cakka yang melihat kesenangan shilla terhadap anak kecil, tersenyum.

shilla pun naik ke pesawat diikuti yang lain, meninggalkan Jogja dan kenangan yang ada disetiap tempat dia hampiri. Dengan harapan semoga suatu saat nanti, dia bisa mampir kembali untuk membuat kenangan baru.

cakka rupanya tidak main-main dengan rencana yang dibuatnya. Dia duduk dengan  rio dan oik. Membuat shilla yang duduk diapit sivia dan angel menghela napas berat sambil menatap oik yang beruntung duduk disamping cakka dan  bercanda,  sesekali cakka menggodanya hingga wajah cantik oik bersemu merah merona. Membuat shilla cemburu.

“Gue boleh nyender gak vi dipundak lo?”Pinta shilla dengan suara sedih, membuat  sivia tak bisa nolak.

“Silahkan Fy.” Jawab  sivia dan shilla langsung menyenderkan kepalanya di Pundak sivia dan tertidur.

๘๘๘๘๘๘

“shill... kita sudah sampai di Jakarta.” Kata  sivia membangunkan shilla yang tertidur pulas disampingnya. dibantu Jessi.

“shill... ada cowok cakep tuh... bangun gih! ntar rugi lo gak liat!.” Kata angel sambil tertawa.

“Mana? Cakepan mana dengan cakka?” Kata shilla ngigau dengan mata belum terbuka seutuhnya. membuat cakka yang saat itu lewat didepan mereka, berhenti mendadak.

“Dia ngigau kak. udah jalan sana! lo bikin macet!” Usir  sivia sambil mendorong cakka menjauh karna jalan dibelakang cakka tertahan.

“Cakepan dia sih… udah lo buka mata deh shill.” Kata angel yang rupanya kaget dengan jawaban shilla

shilla pun membuka matanya dan mengedipkannya berkali-kali. Kemudian menatap mereka bergantian dengan tatapan bingung karna mereka menatapnya seolah dia baru saja berubah jadi hantu. “apa?”

“Enggak. Yuk keluar.” Ajak  sivia yang rupanya sadar dan langsung menarik mereka berdua turun dari pesawat
shilla pun menunggu kopernya nongol diruangan Bagasi sambil berdecak lidah karna kelamaan nunggu. Mengabaikan tatapan cakka yang menatapnya aneh dan sejuta pertanyaan muncul dikepalanya.

Ketika melihat kopernya keluar bareng dengan ransel cakka,shilla langsung ingin mengambilnya, namun keduluan cakka
 “ Koper lo berat. Entar jatuh, sakit deh. Kan kasihan lo ntar.” Kata cakka sambil mengangkat koper dan meletakkannya dihadapannya lalu berjalan keluar meninggalkan shilla yang melongo dibuatnya. Namun tersenyum dengan perlakuan manis itu. Sambil bersinandung dia menarik kopernya keluar, diikuti dengan yang lain.

“Sayang… aku kangen kamu.” Suara penuh mesra menyambut mereka di Pintu kedatangan kemudian memeluknya. Sukses membuat senyuman shilla berubah menjadi ekspresi ketidak percayaan ketika melihat cakka membalas pelukannya, bahkan mencium kening ify tepat dihadapannya. Membuatnya ingin mati saat itu juga.

“Aku juga kangen sama kamu sayang.” Balas cakka sambil menjawil hidung ify dan mengecup bibir ify kilat. Kakinya serasa lemas seketika dan langsung ditarik  sivia ke pinggir karna menutupi jalan.


“shilla…” panggil shanin dengan suara prihatin mendekati shilla. Dia tau semuanya dari awal keberangkatan hingga kenapa cakka ngajak ify balikan. Dari rio.

shilla tak merespon shanin . Tatapannya kosong dan seolah jiwanya pergi entah kemana. Hanya Raganya yang masih menginjak Bumi. Menunggu disemayamkan bersama sakit yang dia rasa. shilla pun langsung berjalan meninggalkan mereka, termasuk cakka yang menatap kepergiannya.

“Sekarang gue punya ify, Lo punya alvin. Kita tak akan saling menunggu kan?” Bisik cakka ketika shilla lewat dihadapannya. Mengabaikannya.


shilla menghela napas berat, menahan air matanya yang hendak jatuh dan menatap cakka dengan tatapan yang diketahuinya, adalah tatapan tersakit yang pernah dia lihat dari Ify. “Se…moga… kita bahagia dengan apa yang kita pilih. cakka.” Dengan terbata-bata dan pasrah shilla mengucapkan itu dan cakka bersumpah demi apapun, dia melihat shilla meneteskan air matanya. Namun keburu dihapusnya.

“Kita pulang dulu yah. Bye semuanya.” ucap ray berpamit dan langsung merangkul shilla dan melambaikan tangan kea rah yang lain. Diikuti shilla

“Gue cabut dulu yah.” Pamit shilla dengan suara agak serak dan cipika-cipiki dengan yang lain sebelum pergi.

“Sabar shill.” Ucap  via prihatin. Karna diantara yang lain, Cuma dia tau gimana hancurnya hati sahabatnya itu.

“Gue kuat vi.” Ucap shilla sambil tersenyum dan berjalan menghampiri ray yang siaga menarik koper dan membawa tas ranselnya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, shilla hanya diam dan menatap keluar dengan pandangan kosong. Ray pun tak berani mengusiknya. Dia membiarkan shilla sendiri dan tenang. Karna dia tau sepupunya itu seperti apa.


“Gue gak pernah sekangen ini dengan rumah kak.” shilla membuka pembicaraan ketika mereka tiba dirumah lalu keluar untuk mengambil barang-barangnya. Dibantu ray.

“Gue juga gak pernah ngerasain sesepi ini ketika lo tak ada selama 3 bulan. Dek.” Kata ray lembut sambil mengacak rambut shilla dan mereka masuk rumah bareng.

“Barang-barang lo gue taroh dimana dek?” Tanya ray ketika melihat shilla terpaku di depan kolam renang.

“Udah berapa lama gue gak berenang sejak cakka pergi yah? Setahun? Dua tahun? Tiga tahun? Atau.. empat tahun?” Batin shilla

“shilla…” Ulang ray ketika melihat gadis itu tak meresponnya.

“Ehm… Eh… bantuin masuk kamar yah kak. Berat banget tuh. shilla gak sanggup ngangkat.” Jawabnya dengan agak tergagap.

ray sadar apa yang membuat sepupunya tergagap menjawab pertanyaannya tadi. Sadar siapa yang dipikirkan gadis itu. Hanya bisa tersenyum. “Ok deh. Dek… kalo ada masalah yang lo gak bisa tahan lagi, jam berapapun lo pengen cerita, ketok saja kamar gue. Gue siap dengar curhatan lo dek.” Sahut ray sambil mengacak rambut panjang shilla dan mengangkat kopernya ke kamarnya. Meninggalkan sang pemilik kamar tersenyum samar dan melemparkan pandangannya ke kolam sebelum pergi menyusul kak ray.

“Kak… shilla ada beliin oleh-oleh nih. Gatau muat apa enggak. Dicoba yah.” Ucap shilla ketika ray berdiri di blakon dan menghampirinya sambil membawa bungkusan.

“Apaan? Wah… thanks yah dek. Pasti muat kok.” Jawab ray sambil tersenyum.

“Iya kak. Kak… shilla mau ke bawah dulu yah. Udah lama gak berenang.” Izin shilla yang buat ray kaget.

“Lo mau berenang? Serius?” Ucapnya tak yakin.

shilla hanya menganggukkan kepalanya dan keluar dari kamar menuju kolam. Meninggalkan Emir yang prihatin dengan keadaannya sekarang.
  “Semoga lo kuat dek. Gue yakin lo bisa hadapin semua ini.” Bisik ray sambil mengawasi shilla di tengah kolam. Hanya diam, tak ada gerakan.
Tanpa diketahui ray, shilla sebetulnya menangis di kolam. Teringat semua perlakuan cakka di tempat ini,   hal yang paling dia rindukan, namun berbalik menyakitinya.

shilla pun menyelam.  menahan napas dalam air sekuat dia mampu. Agar semua sakit yang menghimpit perasaannya, larut bersama air mata yang terus menerus mengalir deras dan bercampur dengan air kolam renangnya yang dipenuhi kenangan cakka yang silih berganti memasuki alam pikirannya.

“Tak bisa, aku melupakanmu…
walau kau bukan milikku lagi.
Tak bisa, Aku hidup tanpamu
terbiasa… kau perhatikan aku.
Bagaimana… Nasib cintaku
Hatiku masih, hidup diragamu
masih saja, Aku menganggapmu
Aku pasanganmu…
Seperti dahulu.”

*Rini Idol : Mimpi besarku*

“shilla..shillaa!” Teriak ray cemas dari atas karna melihat shilla lama tak muncul dari air, sedangkan hujan turun dengan sangat deras.

Takut terjadi apa-apa dengan sepupunya, ray bergegas turun ke bawah.

◌◌◌◌◌◌

“shill..shillaa… bangun shillaa…” panggil ray cemas di ruang tamu setelah menggendong shilla yang lemas di kolam renang karna tak sadarkan diri.

Perlahan, gadis itu membuka matanya dan melihat ray langsung tersenyum dan memeluknya penuh syukur.

“Jangan lakuin hal bodoh kayak tadi yah?” Pinta ray yang hanya dijawab anggukan lemah shilla.

“Sorry kak. shilla…” Ucapannya terhenti dan dia menangis tersedu-sedu dipelukan ray

“Kalo lo gak sanggup ngomong, nangis aja di pelukan gue. Gue mau kok.” Ucap ray sambil mengelus rambut shilla yang basah dan semakin erat memeluk supaya dia tak kedinginan.

“Kenapa kak… semuanya…” Isaknya lemah dengan bibir bergetar karna kedinginan. lelah menangis, akhirnya dia tertidur di pelukan ray.

Melihat shilla tertidur dipelukannya, dia langsung menggendongnya ke kamar dan memanggil Mpok surti “Mpok… gantiin baju shilla yah. Dia ketiduran tuh pake baju renang. Takutnya masuk angin.” Perintah ray yang langsung dijawab senyuman oleh Mpok Surti.
“Siap Mas ray.” Dengan gaya ala upacara 17an, Mpok Surti langsung masuk kamar shilla dan menutupnya. Meninggalkan ray yang langsung masuk kamar dan tidur.

 *******************

“Sorry shilla…” Hanya itu yang bisa diucapkan cakka ketika teringat bagaimana sakitnya shilla menatap dirinya pada saat dia bersama ify

“Kak…” Panggil  shanin ketika melihat cakka termenung di balkon, padahal hari hujan deras.

“Kalo ada cara yang lebih lembut dari ini, akan gue lakuin shill. Asal gue gak pernah melihat tatapan lo seperti siang tadi. Tatapan lo bikin gue ngerasa bersalah banget shill.  Lo nyiksa gue.” Lanjutnya tanpa mengetahui, shanin mendengar ucapannya dan ikutan melamun.

 “Kayaknya gue punya ide agar lo bersama shilla lagi kak. Tunggu tanggal mainnya.” Bisik  shanin penuh semangat  dengan ide menari-nari di kepalanya, siap untuk didiskusikan dengan pacar tersayang, Rio. Dan meninggalkan cakka yang masih galau.

 ॢॢॢॢॢॢ

1 tahun setelah mereka selesai KKN, tak ada saling tegur, saling menggoda. Yang ada hanya kebisuan yang mendominasi mereka. Seolah-olah tak ada yang saling kenal.

“Halo sayang…” shilla mengangkat ponselnya yang berdering pada saat dia mengerjakan tugas di kelas berdua cakka dengan posisi duduk berjauhan.

cakka hanya bisa mengepal tangannya yang dingin ketika mendengar suara shilla yang terdengar manja dan wajahnya yang merah merona karna dirayu alvin, semakin membuatnya emosi.

“Sayang…” Entah keberuntungan atau kesialan, ify langsung masuk dalam kelas cakka dan memeluk cowoknya dari belakang sambil meletakkan kepalanya di pundak lalu mencium pipi cakka. Membuat shilla yang melihat kejadian itu, langsung memalingkan wajahnya kea rah lain. Dan matanya terasa basah, namun ditahannya.

“Kamu kenapa sayang?” Tanya alvin cemas karna suara shilla berubah menjadi agak serak, seolah dia menahan sesuatu.

“Aku gak papa kok sayang… beneran.” Ucapnya dengan suara berusaha normal agar tak ada yang curiga.

“Kamu sakit?” Tanya alvin mulai curiga dengan perubahan suara shilla.

“Enggak kok sayang.”

“cakka… kita jalan yuk. Aku bosan lihat kamu selalu berkutat dengan buku. Kamu itu pacaran dengan buku atau denganku sih?” Ucap ify dengan suara agak keras dan dimanjakan agar shilla mendengar.  Dan usahanya berhasil. Karna shilla menatap kearahnya dengan tatapan terluka.
“Kamu aneh deh sayang, masa sama buku dicemburuin? Jalan? Aku nyelesain ini dulu yah. Sebentar lagi.” Ucap cakka lalu menepuk pipi ify dengan lembut. Membuat cakka yang melihatnya, langsung memalingkan wajahnya lagi.

“alvin jauh lebih baik dan tak mesum kayak cakka. Lo dari dulu ingin itu kan?” Suara hatinya  shilla mengingatkan.

“alvin memang jauh lebih dari caka, tapi… ada sesuatu yang alvin gak punya, tapi cakka sangat punya itu.” Suara hatinya yang lain membela cakka

“Seandainya dia tau gimana sakitnya perasaan gue..” Bisik lirih shilla di telpon, membuat cakka kaget.

“shilla, Kamu kenapa?” Suara alvin terdengar di telpon, membuat shilla kaget dan langsung sadar dengan apa yang diucapnya.

“Mampus gue!” Rutuknya dalam hati.

“Apaanvin? Enggak kok… enggak. Eh udah dulu yah sayang. Aku mau masuk kelas dulu. Bye. I love you. Muah.” Ucap shilla cepat agar alvin tak bisa merespon dan langsung mematikan ponselnya.

Alvin, My Boy.

“Kamu kenapa sayang? Siapa yang sakitin kamu?” Pertanyaan alvin bersarat khawatir terpampang jelas di pesan masuknya. shilla menghela napas sedih dan memilih mengabaikannya.

sesekali cakka melirik shilla dengan wajah cemas karna gadis itu terlihat murung dan pucat beberapa akhir ini. ify yang menyadari cakka tak focus padanya, langsung berdiri menutup akses cakka melirik shilla dengan tubuhnya.
“Bagaimana sayang? Kita jadi jalan kan? Ayolah… sekalian merayakan 1 tahun kita balikan.” Rayu ify


Sempat dilihatnya shilla berdiri dan langsung keluar dari kelas sambil berlari, membuat cakka terdiam dan menatap ify
 “Aku ga  bisa sayang ternyata. Hari ini tugasku numpuk. Kamu kan tau  aku sebentar lagi mau lulus. Kapan-kapan aja yah? Aku janji deh… akan temanin kemanapun yang kamu mau.” Bujuknya ketika

melihat wajah ify merengut, namun tak menolak keputusannya.

“Yaudah deh. Aku keluar dulu. Bye sayang.” Ucapnya sambil hendak mencium pipi cakka, namun cakka berpaling kea rah lain, membuatnya tersenyum dan mengacak rambut cakka lalu keluar dari kelas.

Sepeninggal Ify dan Shilla, cakka melepas kacamatanya kemudian berjalan menuju jendela kelasnya yang mempunyai akses langsung ketaman. Dia melihat shilla duduk termenung sambil melempar batu ke kolam dengan tatapan kosong. Seperti dirinya. “Sampai kapan shill kita terus begini? Gue gak sanggup lagi.” Bisiknya kemudian memutuskan untuk keluar dari kelas.


१११११

Di Kampus UGM…

“vin, kenapa lo?” Tegur sahabatnya ketika melihat alvin, melamun di pohon yang rindang sambil memegang hpnya.

“Gue gak tau nih. pacar gue gak ada balas sms daritadi. bikin bingung aja.” Keluhnya sambil berharap shilla membalas pesannya, agar dia tenang.

“Ciee... siapa pacar lo? Si shilla kan? ckckck... sibuk kali. Eh... gue masuk kelas dulu yah. Bye vin.” Pamit temannya dan meninggalkan alvin sendiri.

“Siapa dia yang lo maksud,shilla? Apa cakka?  apa hubungan kita selama ini tetap tak bisa hapusin dia dari hidup lo? Apa gue udah terlambat?” Ucapnya lirih sambil menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya dan membuatnya teringat kejadian demi kejadian, dimana shilla selalu bersemangat setiap menyebut nama cakka hanya dengan sekali pancing, dimana dia bisa merasakan perbedaan yang sangat kontras antara memanggil namanya dengan sebutan sayang, dan nama cakka dengan sumpah serapah, namun tebersit entah apa namanya... perasaan sayang yang disembunyikan.

Flashback...


“Sayang…” Panggilnya mesra ketika shilla mengangkat telpon.

“Iya sayang… ada apa?”
“Aku kangen kamu… sangat kangen malah.” Gombalnya yang membuat gadis itu, tertawa di seberang sana.

“shilla… Ntar habis ini gue pinjam Flashdisk cakka dari lo yah.” Panggilan itu mengalihkan pembicaraan shilla dari alvin, namun dapat mengubah semuanya yang disembunyikan.
“Flashdisk cakka yah kak? Oke deh. Tapi jangan diilangin yah Flashdisknya. Kan sayang. Hahahaa…” Jawabnya dengan nada riang, seolah-olah itu hal menyenangkan untuknya.

“Dari siapa sayang?” Tanya alvin ketika dirasa shilla sudah berada jangkauannya.
“Dari kak rio. Dia mau pnjam flashdisk cakka tapi keduluan shilla, yaudah deh. Padahal aku takut kak rio minjem, soalnya punya cakka sering hilang sih. Kan sayang…” Jawabnya dengan nada penuh khawatir..

“Emang Flashdisk cakka segitu pentingnya yah jadi kamu khawatir banget kalo flashdisk dia hilang?”
“Penting banget malah kka! Soalnya semua file-file dia ada disitu semua. Dia kalo hilang kelimpungan sendiri, jadi aku copy semua file dia di laptop. Jadi kalo ilang lagi, gak ribut lagi.” Jelasnya dengan penuh semangat, kontras pada saat mengangkat telpon alvin.

“Oh… jadi cakka sangat istimewa banget untukmu yah sampai repot-repot bikin copyan segala.” Ucapnya dingin.

“Isti… Eh udah dulu yah sayang, aku mau masuk kelas dulu. Bye.” Ucap shilla cepat seolah menghindar dan langsung memutus telpon.

alvin menghela napas berat ketika teringat percakapan kemarin itu. Membuat buktinya bertambah bahwa seberapa perhatian pun dia dengan shilla, takkan bisa mengubah posisi cakka dihati gadis itu.

seketika alvin membelalakkan matanya maksimal ketika melihat seorang gadis, yang sangat dikenalnya lewat dihadapannya. Dia mengucek-ucek matanya agar memastikan matanya tak katarak mendadak. Kemudian berlari mendekatinya. “Lo?” Ucapnya shock  karna melihat penampilan gadis itu yang serba sopan. Berbeda pada saat dia pertama kali bertemu.

“Iya… ada apa yah?” Tanyanya seolah tau apa dipikiran cowok yang memegang tangannya dan tersenyum.

“Lo cewek yang bareng cakka waktu itu di hotel kan?” Tanya alvin shock.

Agni tersenyum, kemudian berkata “Kayaknya kita harus bicara deh. Ada yang mau gue jelasin ke lo.”

“Tentang apaan?”

“Tentang semuanya yang gak lo ketahui. Itung-itung memperbaiki image gue yang ancur lebur didepan lo.” Ucapnya dengan nada jengkel di kalimat terakhir, membuat alvin tersenyum.

“Boleh. Bagaimana kalo disini saja?” Tawarnya sambil menunjuk pohon tempat dia bergalau ria.

Agni kelihatan berpikir, kemudian tersenyum “Bagaimana kalau di kantin? Gue belum makan soalnya.”

Alvin hanya mengangguk dan berjalan beriringan dengan agni. Cewek entah siapa baginya, namun yang dia yakini, akan membuka sekat yang selama ini menjadi pembatas yang tak terlihat, namun semakin menebal antara dirinya dan shilla


.


“Mau?” Tawar cakka sambil menyerahkan sebotol Coca-Cola hingga mengenai pipi shilla. Dan membuat gadis itu kaget dan langsung beres-beres.

“Gue cabut dulu yah. Bye.” Ucapnya terburu-buru dan berjalan melewatinya, namun terhenti karna cakka memegang lengannya erat
 “Sampai kapan lo menghindar shill?” Tanyanya dengan tatapan ke shilla yang berpaling kearah lain.

shilla terdiam dan menatap sekelilingnya dengan perasaan nanar, jujur dalam hatinya pun dia bertanya, sampai kapan akan menjalani hubungan yang menyiksa batinnya. Sampai kapan dia selalu berpura-pura bahwa alvin adalah seseorang yang membuat hatinya selalu tersenyum. Karna pada kenyataannya, hatinya tersenyum hanya untuk satu nama, cakka. Cowok yang memegang tangannya sekarang.

“Jawab gue, shilla. Sampai kapan?” Tanyanya dan dengan sekali tarik,shilla sudah ada dihadapannya. Dan cakka mengangkat dagunya agar focus menatap kearahnya.

shilla menjawab dengan gelengan. “Jangan tanyakan ke gue. ijinin gue pergi, cakka. Nanti pacar lo marah kita berdua ditempat seperti ini. Lagipula, Gue udah punya pacar kka. Please…”

cakka melepas pegangannya di lengan shilla, lalu menatapnya “Lo gak akan bisa bohongin perasaan lo ke gue shill. Walau gue amnesia, gue mulai bisa ingat sama lo.” Ucapnya tenang. Namun membuat shilla kaget.

“Maksud lo?” Tanyanya bego, namun dijawab cakka dengan pergi meninggalkannya. Membuat shilla frustasi.

“Maksud lo apa cakka?!” Teriaknya. Walau dia tau percuma. Karna cakka semakin meninggalkannya.

“Lo tau kka, gue gak akan sanggup mengakhirinya. Meskipun gue ingin.” Ucapnya lirih sambil bersandar di pohon dan meneteskan air matanya.

cakka yang mendengar teriakan shilla dari kejauhan, hanya bisa tersenyum samar. “Kalo lo tak bisa mengakhiri ini, gue yang akan mengakhirinya, shilla.”

Setelah puas menangis, shilla pun berjalan meninggalkan taman dan memutuskan pulang kerumah. Mencari kedamaian.

♡♡♡♡♡♡

“Aku bisa terima, meski harus terluka
karna ku terlalu, mengenal hatimu.
Aku telah merasa, dari awal pertama.
Kau takkan bisa lama, berpaling darinya.”

Agniterdiam setelah hampir separuh waktunya menjelaskan semua yang dia ketahui tentang cakka dan shilla kepada Debo. Sampai merelakan kelas berikutnya agar semuanya jelas, tak ada yang saling merasa tersakiti karna ego masing-masing.

“Gue gak akan pernah nyangka kalo gue yang menghancurkan hubungan mereka.” Ucapnya lesu.
“Jangan salahin diri lo sendiri vin. Nurut gue gak ada yang salah disini. Lo gak salah suka dan pacaran sama shilla, dan dia juga gak salah terima lo, vin.” Hiburnya.

“Seharusnya gue dari dulu sadar, kalo hati dia bukan ntuk gue. tapi ntuk cakka.”

“Lo sadar, tapi lo gak peduli kan?” Tembak Agni sambil menatap lekat alvin, persis menginterogasi pasien. Membuat alvin tersudut.

“Iya. Karna gue sayang sama dia. Dan sayang gue ternyata gak bahagiakan dia, tapi malah nyakitin.”

Agni mendengar jawaban alvin sambil memutar sedotannya dan bertopang dagu. “Terus lo mau bagaimana sekarang setelah tau masalah ini? Tetap pertahankan dia atau lo lepasin dan biarin dia sama sepupu gue?”

Alvin terdiam mendengar pertanyaan cewek didepannya ini. “Kalau gue pertahankan? Gue bisa buat dia lupakan cakka.”

Agni menghela napas dan menatap Alvin.
“Gue tau lo akan jawab begini, alvin. Gue gak bisa nyuruh lo untuk mutusin dia. Karna apa? Gue tau lo sayang sama dia. Banget malah. Tapi please, buka hati lo sedikit saja untuk melihat semuanya. Gue cewek, vin. Dan gue tau perasaan shilla dan sepupu gue bagaimana. Dia sayang banget. Tapi bukan berarti dia gak sayang sama lo. Dia sayang, Cuma dia gak bisa artiin sayangnya itu. Lo gak buruk buat shilla vin, tapi… dia sayangnya sama sepupu gue. walau ancur gimanapun.” Agni menjelaskan dengan panjang lebar.

“Cinta tak harus memiliki.Gue tau lo sakit. Tapi perasaan gak bisa bohong. Sesayang apapun lo sama shilla, kalo dia sayang sama cakka, sayang lo gak ada artinya. Yang ada, dia semakin tersiksa karna dia bersalah selalu nyakitin lo dengan cara menyayangi cowok lain.” Lanjutnya membuat alvin semakin terdiam. Membenarkan setiap perkataan agni.

“Gue… akan lepasin dia. Kalau itu, bisa membahagiakan shilla.” Putusnya dengan nada berat.

Agni menggenggam tangan alvin dan tersenyum. “Lo putusin dari hati lo vin. Jangan ada kata terpaksa. Lakukan dengan ikhlas. Maka semuanya akan baik saja.” Ucapnya.

alvin tersenyum mendengar ucapan Agni. “Thanks yah. By the way, gue lupa nanya, nama lo siapa? Kok lo bisa tau nama gue?” Tanyanya beruntun.

Agni mengulurkan tangannya kea rah alvin “Nama gue  Agni Trinubuati , lo panggil aja Agni. Gue tau nama lo saat kita ketemu di hotel, shilla nyebut nama lo. Dan gue kaget aja ternyata kita satu kuliah. Lo ambil jurusan apa?
“Gue ambil Psikologi. Lo?” Tanya alvin balik.

“Serius? Gue juga ambil Psikologi. Tapi mau semester akhir.” Jelas Agni dan berikutnya, terjadi diskusi seru antara mereka.

११११११

Setelah satu jam berdiskusi dengan Agni. Gadis itupun pamit. “Gue pulang dulu yah. See you.” Ucapnya ramah sambil berdiri dan tersenyum.

alvin pun membalas senyumnya. “Yup. Hati-hati yah ag. By the way, thanks udah ngasih tau semuanya.” Ucapnya tulus.

Agni tersenyum ramah “Ya. Lo pikirin baik-baik  de apa yang gue bilang.” Ingatnya dan meninggalkan alvin yang termangu sendirian.

“Kalo gue gak bisa lepasin shilla, gimana ag? Gue sayang sama dia.” Ucapnya sambil memikirkan sebuah keputusan dan mengingat semua omongan Agni tentang hubungan mereka.

Asyik-asyiknya melamun, tiba-tiba ponselnya berbunyi. alvin pun kaget dan tersenyum ketika tau siapa yang menelponnya. Disaat dia sudah yakin dengan keputusannya untuk mengikat gadis itu lebih erat lagi.

“Iya sayang…” Ucap alvin mesra ketika mendengar suara lembut shilla menyapanya.

“Gak papa kok sayang. Aku kangen aja pengen nelpon kamu. Kamu sibuk yah? Udah makan belum?” Tanya shilla perhatian.

“Aku gak sibuk kok. shilla… kamu lagi ada dimana?”

“Aku dirumah sayang. Baru pulang. Ada apa?

Alvin menghela napas, “Sayang… aku boleh ngomong sesuatu?” Tanyanya.

“Boleh kok. Mau ngomong apa vin?

“Kamu sayang gak sama aku?” Tanya Alvin yang cukup membuat shilla terdiam cukup lama ditelpon.

“A…ku sayang kok sama kamu. Kenapa? Kamu mikir aku selingkuh yah?” Tanyanya balik sambil melempar lelucon.

Alvin tersenyum mendengar jawaban shilla. “Enggak kok. Aku percaya kamu gak selingkuh. Bu the way… minggu depan aku mau kejakarta shill.” Jawab alvin

“Ke Jakarta? Ngapain?” Suara shilla terdengar cukup senang di telinga alvin. Walau sebenarnya, Hati shilla tak berkata demikian.

Alvin terdiam cukup lama. Sambil memikirkan keputusannya sekali lagi. Semoga keputusan gue benar.”

“Aku mau melamar kamu,Ashilla Zahrantiara. Aku mau, kita tunangan. Kamu mau kan?” Tanyanya yakin bahwa shilla mau menerima lamarannya yang sangat tak romantic ini.

Shilla langsung terdiam mendengar ucapan Alvin. Tak tau harus ngomong apa. “Aku…”

Diposting oleh Tirsa di 03.35
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Sambungannya masih ada .?
Penasarann

26 Mei 2013 pukul 12.22
Unknown mengatakan...

kaka part 16 nya mana ?

3 Juni 2013 pukul 07.21

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Copyright © 2012 WELCOME TO MY BLOG :D |