WELCOME TO MY BLOG :D

About Me

Tirsa
Lihat profil lengkapku

Readers

Followers

Label

  • About Me:) (4)
  • Ashilla Zee dll :) (11)
  • CampurCampur :P :) (3)
  • Cerpen (5)
  • CuapCuap (3)
  • Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill) (22)
  • KasaKusuk (14)
  • KAU (12)
  • Mario Stevano Aditya Haling (2)
  • PEMBUNUH CAHAYA *versi ALSHILL* (1)
  • SCAVENT CHEERS (1)
  • SVC (SCAVERS VIOLENCE CHEERS) :* (4)
  • Tugas (6)

Blog Archive

  • ►  2014 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2013 (51)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ▼  Mei (16)
      • KAU *last part
      • KAU *part 11
      • KAU *part 10
      • KAU *part 9
      • KAU *part 8
      • KAU *part 7
      • KAU *part 6
      • KAU *part 5
      • KAU *part 4
      • KAU *part 3
      • KAU *part 2
      • Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.2): Ho...
      • KAU *part 1
      • Ashilla Zahrantiara, Judul Lagunya Terinspirasi Ju...
      • Sepenggal Kisah di Masa Lalu
      • Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.1): Ho...
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (12)
  • ►  2012 (33)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (1)
Rabu, 01 Mei 2013
In: Jatuh Cinta Sama Loe No Way (versi Cakshill)

Jatuh Cinta sama Elo?! NO WAY! Part 15 (bag.1): Hopeless


 Penulis:  Regina Maharani Nurlie


Gak usa basa-basi lagi, langsung ajaaa yaa .. cekiidotttttttttt :DD





“Shill, bikinin gue makanan dong, Gue lapar.” Pinta cakka sambil mengelus wajah shilla dan mencium pipinya sebagai ucapan terima kasih dari seorang cakka untuk shilla.

shilla yang tak siap(emang biasanya siap ya?._.:p) dengan “Serangan Siang bolong” ala cakka, hanya bisa menunduk malu untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya yang putih bersih.
“Iya. Gue ke dapur dulu yah.” sambil berdiri dan membawa baskom serta obat-obatan dan secepat kilat pergi ke dapur sebelum wajahnya semakin merah, mengalahkan kepiting direbus tujuh hari tujuh malam

cakka yang melihat tingkah shilla yang pengen ngilang itu, hanya tersenyum simpul sambil rebahan dan menatap langit-langit kamar, berharap ada sepercik kenangan yang disembunyikan, terpampang jelas di langit-langit kamar yang kusam dan penuh jaring laba-laba itu.
“Kayaknya gue bisa ingat sama Lo shill. Tapi gimana caranya supaya gue beneran ingat sama lo? masa gue harus bonyokin wajah lagi? Entar ilang wajah ganteng gue.”gumam cakka sambil menatap tajam langit-langit kamar, dia bergumam narsis yang dijamin buat shilla muntah darah.


Sementara cakka asyik rebahan di kamar, shilla malah asyik sibuk wara-wiri mencari bahan makanan apa yang bisa dia masak, sekalian menghilangkan debaran jantung yang marathon karna ulah cakka.
“Kayaknya gue harus jauhin tuh kunyuk deh! Sebelum gue mati muda karna jantung gue dag dig dug mulu!.” Sambil mengomel panjang lebar dan senyum yang selalu tersungging di bibirnya yang tipis setiap dia teringat perlakuan cakka kepadanya, seperti seorang Putri yang selalu diimpikan oleh banyak cewek seumuran dirinya yang di selamatkan oleh Pangeran Tampan.


Selama setengah jam “perang” didapur, akhirnya kelar juga masakannya, hanya semangkok mie goreng, namun dicampur dengan bumbu-bumbu kesengsem dan malu-malu ala cewek kesengsem, bikin rasanya misterius.


Tok…tok…tok… bunyi ketokan pintu membuyarkan lamunan shilla akan cakka. bergegas dia lari menuju pintu dan tersenyum ketika dia membuka pintu, alvin tersenyum manis, namun wajahnya terpampang jelas agak bingung.


“Eh vin, ada apa?.” Tanya shilla dengan wajah heran melihat alvin kebingungan sambil mengacak rambutnya yang agak panjang dan ikal itu.
“Eum…Anu… cakka mana shill? gue mau ngambil sepeda yang dia pinjam, Udah ditagih ama yang punya.”
“Oh… sepeda itu yang lo maksud? Ada tuh dikamar, mau gue panggilin?.”
“Yup. Gak usah shill, gue bentar aja kok. by the way, lo kapan pulang?.”
“minggu depan vin, kenapa?.”
“Enggak, gue kangen aja entar sama lo. hahaha…” sambil tertawa memamerkan giginya yang putih.
“Hahaha… apaan sih lo. eh, masuk yuk.” sambil mempersilahkan alvin masuk dalam rumah.

merasa tak enak, akhirnya alvin masuk dalam rumah dan duduk diruang tamu. shilla pun langsung masuk dapur untuk bikin minuman dan keluar lagi sambil membawa minuman yang dia bikin lalu duduk berhadapan. dan sebentar saja, mulai terlibat obrolan seru.

“Eh vin, lo cerita dong soal hidup lo gitu. lo masih playboy gak?.” tanya shilla diselingi tawa  karna dia penasaran dari dulu, siapa yang jadi pacar alvin sekarang, mengingat statusnya waktu SMP adalah playboy cap Komodo.
“apa yang harus gue ceritakan shill? wah… Sorry shill, gue sekarang setia sama satu cewek.” curhat alvin dan membuat shilla semakin penasaran.
“Wah… siapa cewek yang ketiban sial pacaran sama lo?,” Tanya shilla sambil menghindar ketika bantal kursi tamu melayang gemas kearahnya.
“Bukan pacaran sih, Gue naksir sama dia, tapi gak tau deh gimana perasaan tuh cewek. soalnya dia rada-rada cuek gitu. dan, dia sahabat gue sejak SMP.” Sambil mengucapkan kata terakhir itu, dia menatap shilla dan tersenyum manis, membuat gadis itu salah tingkah.

“Kenapa gue jadi gugup begini? kenapa gue jadi ngerasa dia… Ah… gak mungkin.”


asyik-asyiknya saling bertatapan, cakka keluar dari kamar shilla sambil mengucek matanya yang merah karna ketiduran dan wajahnya yang memar sana-sini, memancing pertanyaan bagi yang melihat, termasuk alvin.
“wajah lo kenapa kka?,” tanya alvin ketika melihat cakka duduk disamping shilla dan menatapnya tajam, seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup.
“habis berantem sama Tikus, Thanks atas sepedanya yah.” Jawab cakka yang masih menatap alvin lurus dengan tatapan seolah-olah ingin mengusirnya karna seenaknya duduk bareng shilla dan saling menatap disaat dia ketiduran.


Merasa hawa yang dingin mendadak panas dengan kedatangan cakka, alvin pun berdiri dari duduknya dan berjalan keluar diikuti shilla dibelakangnya
“Gue pulang dulu yah shill, Sore gimana? Bisa?.” Pamit dan ajak Alvin dengan wajah penuh harap dan agak ingin menjauh karna cakka selalu menatapnya, seolah-olah dia sebentar lagi akan menculik shilla.
“Ketemu keke? Tentu saja! Gue kangen sama dia. coba aja gue bisa bawa pulang, udah gue anggap adek dirumah! Lo tau kan gue suka sama anak-anak?.”ucap shilla tersenyum
“Tau dong! Gue masih ingat sifat lo dulu! Anna, Anak Kepsek ampe lo culik dari kantor terus lo gendong sampai ke kelas dan dia nggak mau pulang kalo lo juga gak pulang! Apa sih yang gak gue lupa soal lo shilla?.” alvin tertawa sambil mengacak-acak rambut sahabatnya dan tertawa bersama, tanpa menyadari cakka ada disekitar mereka, menatap shilla yang tersenyum dan tertawa, bukan karna dirinya, dan itu membuatnya agak sedikit sakit.
“Seharusnya gue jadi Guru TK aja kali yah. hahaha…”
“Kalo lo jadi guru TK, yang ada anak-anaknya pada lo bawa pulang semua! Gue kan tau lo shill. eh, gue pulang dulu. Ntar gue sms deh kalo mau jemput lo. bye.” Pamit Alvin dan mengayuh sepedanya dan melambaikan tangan ke arah cakka yang berdiri mematung didepan Pintu dan balas melambaikan tangan ketika melihat shilla melambaikan tangannya sambil tersenyum manis, membuat dia teringat masa-masa SMP dulu.
Sepeninggal alvin, shilla pun berbalik dan melihat cakka berdiri sambil melipat tangannya di dada dan menatapnya tajam, seolah-olah dia baru saja melakukan sesuatu yang sangat fatal dan tak dia ketahui.
“Kenapa kka?.” Tanya shilla bingung.
“ini anak kenapa bangun tidur jadi gak jelas gini? Apa dia kena amnesia yang kedua gara-gara dihajar debo?.”
“Enggak papa. Makan yuk, gue lapar.” Sambil berbalik memunggungi shilla dan berjalan menuju dapur.

shilla pun hanya mengangkat bahu dan berjalan mengikuti cakka.


                                                ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥



“shilla…” Panggil cakka ketika melihat shilla hanya melamun menatap dirinya dan menatap piring secara bergantian sambil memainkan sendok, tanpa menyentuh makanan.
shilla menjawab hanya dengan tatapan kosong tanpa arti, membuat cakka akhirnya menyuapkan makanan dipiringnya  dan ujung sendoknya menyentuh ke mulut tipis gadis itu, sehingga shilla kaget sambil mengerjap-ngerjapkan mata, tanda dia balik ke dunia nyata setelah asyik bermain di dunia khayal.
“Eh… anu… gue bisa makan sendiri kka,” Kata shilla kikuk mendorong sendok yang sudah menyentuh mulutnya kearah cakka dengan wajah malu.
“Udah gue suapin aja, ayo buka mulutnya.” Dengan gerakan lembut namun agak memaksa dia mendorong sendok kembali  ke mulut shilla, dengan wajah terpaksa namun dihati jumpalitan, dia membuka mulutnya perlahan sambil terus menatap cakka, entah apa yang dicarinya dibalik tatapan hijau terang yang mengusik alam sadarnya dan menutup matanya pasrah.

“and everytime I close my eyes and think about that,
I’ve got you, and you’ve got me too.”

melihat sikap shilla seperti terhipnotis, dia perlahan meletakkan sendok kepiringnya dan mencondongkan tubunya kea rah shilla, jarak demi jarak dia lewati, setiap hela napas shilla yang terdengar, seolah memacu dirinya untuk melakukan hal itu, dan ketika jarak tak terpisahkan lagi, meja makan hanyalah pembatas semu antara mereka. Wajah saling berdekatan, napas  saling membaur, perlahan cakka semakin mendekat dan mendekat hingga…
“shilla lo kenapa gak nyu…” ruangan rusuh mendadak hening seketika ketika  sivia disusul yang lain melihat cakka hendak mencium shilla, dan gadis itu menutup matanya, seolah-olah pasrah saja menerima perlakuan apapun dari cakka.
sadar hal itu, shilla langsung membuka matanya dan kaget melihat jarak cakka dengan dirinya hanya berbatasan hidung. dengan wajah memerah dia mendorong cakka untuk mundur, namun gagal karna cakka memegang kedua tangannya yang mendorong lengannya dan mencium pipinya hingga semburat merah merona pun keluar dari wajah mulus shilla, seperti Matahari terbit.
 “Ckckck… bingung apa yang mau gue komentar, by the way, wajah lo kenapa kka?habis berantem dengan siapa?” Tanya rio  geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang tak berubah meski amnesia, mendadak heran melihat ada bilur lebam di pelipis dan pipi cakka.
“Berantem sama Tikus Tanah.” Jawab cakka asal dengan sejuta perasaan dihati, jengkel, karna gagal kesekian kalinya, malu, karna kepergok dan bingung, karna kenapa dia selalu ingin dan ingin menyentuh bibir gadis itu, seolah-olah itu sebagai candu dalam dirinya semenjak bertemu kembali, dan candu itu takkan dia dapatkan dari ify
“Lo sendiri kenapa gak nyusul kita shil? temanin cakka memburu Tikus Tanah juga?.” Tanya sivia dengan tatapan tajam namun berbanding terbalik dengan wajahnya yang melongo habis, membuat shilla hendak tertawa melihat wajah  sivia yang dimatanya, seperti badut Ancol.
“Gue…”
“Lo tau apa yang gue takutin kan  yo setiap liat debo? Dan itu terjadi. Tuh cowok sialan nongol!”  jawab shilla sambil mengunyah makanannya dengan tenang, namun hatinya diamuk emosi yang membuatnya ingin membunuh setiap mengucap nama cowok sialan yang selalu membangunkan “macan tidurnya”.
“HAH? Terus?,” Tanya rio penasaran lalu tanpa permisi duduk disamping shilla, dan yang lainnya mengitari meja.

Shilla menghela napas pasrah, seolah tak ingin mengingat kejadian yang membuatnya merasa dilecehkan, sambil menutup matanya, dia menceritakan secara runtut kejadian itu dan tangannya terkepal menahan emosi yang bergolak di dadanya, merutuki dirinya sendiri kenapa lemah untuk kesekian kalinya dihadapan cowok bajingan macam debo itu.


Cakka langsung mengelus tangan terkepal  yang sangat dia lindungi baik jiwa dan raganya itu, baginya, tak ada satu orangpun yang bisa menyakiti gadis ini, termasuk dirinya, walau dia merasa, sudah banyak memberikan luka menganga disetiap sudut hati gadis itu, secara tak sengaja.
“Apa dosa gue sama tuh setan jadi dia kayak gini ma gue?,” Tanya shilla dengan suara bergetar dan menahan tangis ketika selesai menceritakan peristiwa yang sangat dia ingin buang jauh-jauh dari cerita hidupnya.

Sivia dan yang lainnya langsung memeluk Shilla dari belakang, sedangkan cakka masih saja mengelus tangan terkepal itu dengan sarat ketenangan dan rio terdiam, bingung antara ingin meluk, takut dihajar cakka, ingin menghibur, dia bingung bagaimana caranya. Akhirnya dia memilih cara aman dan sarat penuh makna yang terkandung, diam, tak bicara apa-apa.

“Karna lo terlalu cantik dimata cowok sinting macam dia shill, makanya dia jadi kayak Macan liar setiap liat lo.” Dengan wajah penuh berpikir rio menjawab pertanyaan shilla yang entah sudah berapa kali gadis itu pikirkan, namun tak jua dia temukan jawabannya, sampai detik ini.

cakka terdiam mendengar jawaban rio, seolah mengiyakan dan entah kenapa menjadi ketakutan tersendiri bagi dirinya yang akhir-akhir ini, dia tak bisa tenang ketika shilla tak ada disampingnya sedetik saja, seolah-olah pusat dunianya selama ini mendadak hilang, dan membuat perputaran rotasi hidupnya kacau balau.
“Mungkin gue harus berubah jelek aja kali yah, biar dia gak tergila-gila dengan gue lagi. biar gue tenang jalanin hidup.” Sambil tersenyum getir dia menatap teman-temannya satu-persatu, mencari jawaban memuaskan dari pertanyaannya melalui mata mereka yang sedari tadi menatapnya.
“Lo gak perlu berubah jelek untuk menghindar dari dia shill, gue selalu ada di samping lo . dan tak akan gue biarkan cowok manapun, apalagi debo, menyentuh lo.” dengan wajah penuh tekad yang membara dihatinya, dan terpatri jelas di mata tajamnya itu. Agar shilla yakin dengan ucapannya. 
“Terakhir lo ngomong gitu, keesokan harinya lo malah ninggalin gue. apa gue bisa pegang kata-kata lo itu sekali lagi?.”

“Lo pengen debo gue apain shill? Lo gak usah ikut!,” ucap rio galak ketika melihat cakka semangat ’45 mendengar ucapannya barusan sambil mengepalkan tangannya penuh nafsu.

“Kok lo gitu sih?! Sahabat macam apa lo itu?,”
“Lo gak sadar apa wajah lo bonyok sana-sini karna siapa?! Gue tau lo persis kalo marah gimana kalapnya, meskipun tragisnya, lo lupa sama gue. jadi mending gue aja yang hajar dia, atas nama lo dan shilla. Gimana?.” Sambil mencoba bernegoisasi dengan sahabat labilnya ini.
“Males! Entar image heroik gue di mata shilla ilang karna lo wakilin gue, gue kan juga pengen jadi pahlawan di mata dia.” Dan melirik shilla dengan tatapan menggoda, yang buat gadis itu menundukkan wajahnya malu.

Rio hanya menepuk dahinya dengan ekspresi stress, sivia melongo dan yang lainnya hanya geleng-geleng kepala antara heran dan takjub mendengar ucapan cakka yang rada-rada kekanakan namun tatapan matanya saat melirik shilla bikin jumpalitan yang melihatnya. So sweet….

“Udah…udah… daripada tambah ngaco lo ngomong, mending lo makan aja deh! Gue mau ke kamar.” Sambil berdiri dengan wajah masih menyiratkan semburat kemerahan, shilla berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu dan memegang dadanya yang masih bergemuruh kencang karna ulah cakka tadi.

“Aish… Gila beneran gue karna tuh kunyuk! Ngapain juga dia ngomong gitu?! tanpa bilang gitu juga dia udah jadi pahlawan di hati gue. eh… kok gue jadi tambah ngaco sih?! AISH!.” Sambil memukul kepalanya pelan, shilla menghela napas berat seolah-olah setiap napas yang dia keluarkan, mempunyai berat berton-ton.

“shill… Gue boleh masuk?,” Tanya sivia dibalik pintu, membuat lamunan shilla akan kebimbangannya yang semakin hari semakin menggila, buyar.
“Masuk aja vi, kamar gak gue kunci.”

sivia masuk ke kamar shilla sambil melihat di sekelilingnya, dan menatap shilla yang menatapnya dengan mata kosong, yang terlihat hanyalah kebimbangan.
“Lo kenapa shill?,” Tanya sivia sambil duduk disamping shilla.

“Gue kelihatan kacau banget yah?,”
“Banget! Kenapa? Lo mikir masalah siang tadi itu?.”
“Iya… salah satunya itu. Tapi ada yang lebih gue pikirin daripada sekedar debo ngancurin hidup gue lagi.”

“cakka?,” Tebak via pelan supaya yang bersangkutan tak mendengar dan shilla mengangguk.
“Apalagi yang lo pikirin shill? dia putus dengan ify, tak ada lagi yang gangguin hubungan kalian berdua.”
“Gue tau, Tapi ada sesuatu yang gue gak bisa jelaskan dengan kata-kata, namun mengganggu pikiran gue.”
“Apaan?,”
“Gue gak tau vi, tapi yang jelas, Gue ragu. Ragu dengan semua sikapnya ke gue. jujur, sikapnya yang sekarang ini buat gue teringat masa lalu gue dengan dia. setiap gue ingin membalas perlakuan dia, gue langsung ingat dia ninggalin gue, pulang bawa pacar baru dan ciuman didepan gue. itu buat gue menghindar, gue tak ingin jatuh dilubang yang sama, kesakitan yang sama. Karna dia.” sambil menghela napas berat, shilla menyandarkan kepalanya di bahu via , sekedar melepas beban masalahnya.

“Gue ngerti perasaan lo. tapi shill, apa lo gak mau ngasih kesempatan sekali lagi untuk Kak cakka? Gue liat dia beneran sayang sama lo shill.”
“Gue gak bias vi. Setiap gue ingin memberi kesempatan untuk dia, Gue langsung disadarkan oleh perlakuan dia yang nyakitin hati gue. itu yang buat gue menghindar dan cenderung angkuh sama dia. gue sengaja kayak gitu, untuk lindungin hati gue agar gak dia sakitin lagi vi.”

Via terdiam mendengar curhatan shilla, dan membayangkan gimana kacaunya bila di posisi shilla yang satu sisi masih menyayangi cakka namun disisi lain, dia takut disakiti.

“Kalau misalnya, usaha lo hindarin dia berhasil dan dia menyerah terus balikan sama ify, Lo ikhlas shill menerima semua ini?.” Pertanyaan sivia yang simple, namun menusuk ke akar masalah membuat shilla terdiam cukup lama.

“Gue… Ikhlas. Berarti dia bukan milik gue, berarti dia…” kata-kata cakka terhenti dan diganti oleh tangisan yang menjadi jawaban untuk sivia, bahwa dalam hatinya yang paling dalam,  shilla takkan bisa melepas cakka, walau dimulut dia menyangkal hal itu.

“Kalau sampai itu terjadi, gue… akan pergi meninggalkan dia vi. Agar dia bahagia dengan apa yang dia pilih, dan gue akan selalu berdoa kepada Tuhan, agar gue bisa lebih bahagia dengan orang lain. jauh dari dia lakukan selama ini ke gue.” Lanjut shilla disela tangisnya yang semakin menyayat hati, tanda bahwa dia tak rela, namun tak ingin mengakuinya.

“Syut…Udah shill. Gue ngerti perasaan lo. Shilla… kalau lo sayang sama dia, buang rasa ragu lo itu. gue gak ingin keraguan lo selama ini ke dia, yang menurut lo senjata paling ampuh untuk lindungin hati lo, malah balik menjadi senjata mematikan untuk menyakiti hati lo lagi. Gue tau itu berat, sangat berat malah, tapi harus dicoba, sebelum perlahan-lahan, dia meninggalkan lo, dan lo takkan bisa memohon Sang Waktu untuk mengembalikan ke masa yang dulu dan mengubah semuanya. Gue, dan semua yang sayang sama lo, tak ingin hal itu terjadi shill. tak ingin hal itu akan jadi luka permanen di hati lo. karna kami tau rapuhnya hati lo kayak gimana.” Sambil memberi penjelasan via mengelus kepala shilla yang masih terisak di bahunya.


shilla terdiam mendengar ucapan via, dia membenarkan semua yang  via ucapkan, namun entah kenapa, hatinya masih terasa sakit setiap teringat perkataan dan perbuatan yang dilakukan cakka didepan matanya.

“Gue akan coba vi. Thanks sudah mau dengarin curhat gue. tapi  vi… gue ingin lo berjanji sama gue.” Sambil menghapus air matanya yang masih menetes, dia menatap sivia dengan tatapan sendu.

“Lo mau gue janji apa shill?,” Tanya via bingung.
“Gue mohon dengan sangat, kalo cakka nyakitin hati gue sekali lagi, bahkan lebih sakit dari ini, lo jangan halangi gue untuk pergi.”

Via sempat terdiam mendengar ucapan shilla, namun akhirnya dia mengangguk “ Ok. gue akan lakuin yang lo minta shill.”


Shilla tersenyum dan memeluk via , tanpa menyadari bahwa dibalik pintu, cakka mendengar semuanya dan tangisan gadis itu, semakin menyayat hatinya.
“Gue janji shill, gue gak akan pernah nyakitin lo lagi. bahkan, kalo itu sampai terjadi, gue yang akan menahan lo pergi. Bukan sivia, bukan siapapun.” Dengan suara berbisik lirih, cakka bertekad akan melakukan apapun agar gadis yang sukses membuat hidupnya amburadul tetap disampingnya, walau dia tak tau alasannya kenapa.

Mendadak telinga cakka langsung tegak dan hatinya entah kenapa terbakar cemburu ketika mendengar shilla sekarang ditelpon alvin dan sesekali terdengar tawa dari mulut gadis itu.

“Ok… Ok… jemput aja de, Gue nunggu lo dari tadi.”
“Ok Tuan Putri. Lo kenapa shill? Habis nangis?.”

“Iya… habis tergores pisau dapur. Sakit banget.” Dusta shilla agar alvin tak ribut sendiri apabila tau kalau dia menangis karna cakka.

“Lo gak hati-hati sih. Yaudah gue ketempat lo dulu yah, bye sweet honey.” Sambil menyelipkan panggilan kesayangan shilla waktu SMP.  Karna menurut Kamus Playboy professional ala Alvin, shilla itu cantik banget kalo dilihat sekilas, tapi kalau dipandang lama, cantik dan wajah manisnya keluar dan bikin dia betah memandang lama-lama.
“Hahaha… apaan sih lo vin. Bye juga sweet darling.” Balas shilla sambil tertawa ketika menyebut panggilan sayang Alvin  waktu SMP dan memutuskan telpon.
“Dari alvin yah?,” Tanya  via ketika  melihat shilla menutup telponnya dan merias diri agar tak kelihatan kalau dia baru saja nangis hebat.

“Iya… dia ngajak gue ketempat keke. Lo mau ikutan vi?,” tawar shilla

“Enggak sill. gue capek banget habis sosialisasi. By the way… Lo ama alvin beneran Cuma sahabatan aja? gak ada hubungan lebih?.”

Mendengar pertanyaan via, cakka semakin mendekatkan telinganya di balik pintu dengn wajah deg-degan, karna sejujurnya dia juga penasaran, ada hubungan apa alvin dengan shilla dibalik persahabatan yang sering diucapkan keduanya.


Shilla kaget mendengar pertanyaan sivia, dengan wajah tersipu-sipu, dia mencoba menjawab pertanyaan  via“Eum… Lo janji jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama cakka. habis entar.” Sambil menatap sivia dengan wajah memelas.
“Lo kira gue gila apa jadi seenaknya bocorin rahasia sabahat gue sendiri ke cowok yang sangat lo cintai itu? Ya enggak lah!.”


Shilla hanya tersenyum sambil mengingat masa Putih Birunya dengan wajah sumringah
“Gue waktu SMP sahabatan sama alvin, dia teman sebangku gue dan dia tau gue banget. Saat gue dijahilin kakak kelas cewek yang resenya minta ampun, dia di depan gue, ngelindungin gue, saat gue ditembak kakak kelas berkali-kali sampai gue bosan nolaknya, dia mau jadi pacar bohongan gue. saat gue nyulik anak Kepsek karna gue suka sama anak kecil, dia rela diomelin Kepsek yang kehilangan anak itu dan keliling sekolah yang luasnya ampun-ampunan untuk mencari gue! dalam sejarah hidup gue yang masih sangat labil itu, Gue jatuh cinta pada pandangan pertama, sama alvin.” Jelas shilla malu-malu kucing, khas anak remaja baru terkena virus cinta monyet, shilla menatap  sivia yang melongo habis. Tanpa menyadari, dibalik pintu yang tertutup rapat, cakka lemas mendengar pengakuan shilla yang sudah dia duga semenjak bertemu dengan alvin, namun tak menyangka bahwa itu terjadi.


“shilla suka sama alvin? Sampai saat ini? Gue harap jangan…”

“Terus shill? Lo sempat pacaran sama alvin gak? wah… sahabat gue ternyata… hahahha.” “Eum… sempat sih selama 1 tahun sebelum dia pindah. Tapi lo tau kan pacaran anak SMP kayak gimana? Gak pernah serius. Jadi gue pacaran sama dia, kayak gue temenan gitu, soalnya kami memang sudah sangat akrab, jadi gak kelihatan, palingan Cuma nama panggilan aja yang medebokan kami pacaran. Yang lo dengar tadi, itu nama panggilan kami waktu pacaran. Gue aja kaget kenapa dia manggil gue kayak gitu. hahaha.”


Kring…Kring… bunyi sepeda diluar membuat shilla berhenti cerita, dan menoleh ke jendela yang langsung  teras rumah
“Bentar yah vin, tunggu sedetik lagi, ok?,” ucap shilla mengedipkan matanya nakal dan tertawa.
“Ok Tuan Putri, apa sih yang enggak buat lo?.” Jawab Alvin sambil tertawa


“Cie…. Tadi nangis hebat, sekarang kesengsem… CLBK non?.” Goda  sivia melihat shilla asyik memperbaiki riasan matanya agar tak terlalu bengkak.
“hahaha… apaan sih lo. udah…udah… entar cakka tau habis deh gue!,” ucap shilla memperingatkan via yang masih tertawa.
“Kan gak papa juga shill kalo dia tau, sesekali tuh kak cakka dkasih peringatan kalo lo terlalu beharga untuk dia lepas begitu saja.”
“Bukannya gitu, gue males aja berantem sama dia, bikin kepala mau pecah! Udah keras kepala, egois, bikin sengak lahir bathin lagi!.” sambil menggerutu dia menyebutkan beberapa julukan untuk cakka dengan tulus hati, iklas luar dalam.
“Tapi lo sayang kan? buktinya gitu-gitu, lo nangis karna dia, hahahaha.” Goda  via yang langsung dibalas dengan lemparan bantal.

“Apaan sih lo? Udah gue mau…” Kata shilla terhenti ketika membuka pintu, dia melihat cakka berdiri didepan kamarnya sambil menatapnya antara kaget dan ada sebersit cemburu terlihat jelas dimatanya.

“Mau kemana?,” Tanya cakka dingin, sedingin di Kutub Utara.
“Ke tempat keke sama alvin kenapa?.” Ucap shilla dengan suara tak kalah dinginnya.
 “Gue ikut,”
“Ya sudah ikut aja kalo lo tahan gue jadiin obat nyamuk karna gue cuekin,” Jawab shilla cuek sambil berjalan melewati cakka.


“Mata lo kenapa bengkak shill? habis nangis? Nangisin siapa? Gue kan?,” Tanya cakka narsis namun telak membuat shilla terdiam. Dengan wajah penuh mencibir dia berbalik dan menatap cakka
 “ Gue nangis karna lo? mending gue nangisin Kelinci gue mati daripada nangisin lo! buang-buang air mata aja!,” Elak shilla.
“Ah… masa sih? Kok gue ngerasa lo nangisin gue yah? keliatan aja tuh disorot mata lo penuh dengan nama gue. iya kan vi?.” Ucap dan Tanya cakka melirik  sivia yang baru saja  keluar dari kamar shilla.

“Gue gak tau kak,” Jawab  via singkat, namun bermakna ingin kabur sejauh mungkin sebelum mulutnya nyerocos mengeluarkan hal-hal yang membahayakan dirinya.
“Udah ah, ngomong sama lo bikin gue tambah gak jelas! Gue pergi dulu yah, bye vi, By kka,” pamit shilla sambil berlari mendatangi alvin yang setia menunggunya diluar.

“Yuk,” Ajak alvin ketika melihat shilla datang dan langsung dibalas dengan shilla duduk diboncengan sambil memeluk erat pinggang Alvin yang sudah mengayuh sepedanya meninggalkan rumah menuju tempat keke.

cakka yang melihat semua itu di depan pintu, hatinya sakit sendiri, andai waktu berbaik hati padanya, dia  ingin meminta sedikit kenangan bersama shilla, dan menjaganya dengan sepenuh hati agar tak lepas lagi.

“Heum shilla..shilla… lo pake pellet apa sih jadi bikin gue gak keruan begini?,” Keluh cakka mengacak rambutnya  yang tak gatal dan menutup pintu.

☺☺☺☺☺


“Kakak…” Teriak keke riang didepan Pintu ketika melihat kedua malaikat pelindungnya, shilla dan alvin datang menjenguknya.
“Hai sayang,” sapa shilla langsung turun dari boncengan dan memeluk keke dengan penuh sayang, Alvin yang melihat itu, hanya tersenyum sambil memarkir sepedanya.


Keke langsung menghampiri alvin dan tiba-tiba mengangkat kedua tangannya dengan senyum tersungging.
“Kakak, gendong keke dong.” Pintanya mendadak yang buat mereka saling berpandangan.
“Tentu saja, apasih yang enggak buat keke, Adek yang paling kakak sayangi ini?.” Sambil menggendong keke yang tersenyum riang dan membawanya ke kamar diikuti shilla dibelakangnya.


“keke manja yah sekarang,” Kata shilla sambil mengepang rambut keke yang sudah panjang dan membuatnya tambah cantik.
“Hehehe… keke lagi seneng kak masalahnya,” Jawab keke dengan senyum semakin manis dilihat.
“Seneng kenapa sayang? Punya pacar yah sekarang?,” Goda shilla yang langsung dilempar alvin dengan bantal.
“Hush! anak kecil ditanya soal pacaran! Wah… perusak generasi lo shill,” ucap alvin sambil tertawa melihat shilla manyun.

“Ibu Odah baru aja bawa adek kecil kak! Keke bakal punya adek! Hore!.” Teriak keke dengan senyum dibibirnya, dia menari-nari mengelilingi shilla dan Alvin secara bergantian.
“Beneran ke? Ibu Odahnya dimana sekarang? Kakak pengen liat.”
“keke anterin aja gimana kak keruangan Ibu Odah? Tadi sih ada dikantor, gak tau sekarang adeknya dibawa kemana. Lucu kak… keke gemes pengen gendong, tapi gak dibolehin sama Ibu Odah.”

Baru saja keke mengusulkan ide cemerlangnya, datang Ibu Odah sambil menggendong bayi yang membuat mata shilla bersinar-sinar penuh kegirangan, seperti anak kecil dikasih permen. Membuat alvin yang melihat tingkah shilla, tertawa geli.
“Ibu dengar tadi ada yang pengen gendong Sinta, kamu yah shill?,” Tanya Ibu Odah sambil tersenyum ketika melihat antusias shilla tentang anak-anak.
“Iya bu, boleh kan?,” Tanya shilla penuh harap.

Ibu Odah menyerahkan bayi perempuan yang baru seminggu dia adopsi ke gendongan shilla dan membuat gadis itu tersenyum senang sambil memandang alvin dan duduk disampingnya.

“Gue serasa jadi ibu gendong bayi vin. Ditambah keke dan lo, klop deh.” Sambil bercanda dengan bayi digendongannya yang ketawa kegirangan melihat ekspresi lucu dari wajahnya.

“Wah… lo mending habis KKN nikah aja deh shill, daripada lo bikin hal yang enggak-enggak, repot entar,”
“Maksud lo? wah… gue tau otak lo vin. Tenang… gue gak akan kayak gitu kok, hahaha.”


Ibu Odah tersenyum melihat keke tertawa riang sambil mencubit pipi bayi kecil itu,  dia melihat jiwa keke yang dulu terkurung kini bebas seperti burung terbang diangkasa, tiada beban yang menghimpit tubuhnya yang mungil dan bersih dari rajahan tangan-tangan berlumur dosa.


“Nak shilla ada bawa kamera gak? Biar ibu fotoin kalian bareng keke,” Tawar Ibu Odah yang buat kekekegirangan.
“ayo Foto Ibu… foto keke sama kakak shilla dan kakak alvin juga adek Sinta.”


untungnya shilla selalu bawa kamera yang bisa langsung cetak itu kemana-mana. sambil menggendong dia menyerahkan kameranya ke Ibu Odah.
“Disini bu pencetnya. Nanti hasil fotonya keluar lewat bawah ini,” Kata shilla memberikan penjelasan singkat.


Keke langsung ambil posisi duduk diantara shilla yang menggendong anak Ibu Odah dan alvin yang merangkul pundaknya dan mereka tersenyum manis. terlihat seperti keluarga bahagia yang baru saja dikaruniai seorang anak, walau dalam kenyataannya, bohong belaka.


“Lo bawa kamera gak vin? Foto bareng sama Ibu Odah yuk? Gue gak enak nih foto bareng anaknya, emaknya jadi juru foto.” Ucap shilla bisik-bisik setelah asyik berpose ria ala keluarga Cemara.
“Bawa dong! Bentar gue siapin dulu,” Kata alvin seraya bangkit dan menyiapkan kamera yang dimaksud kemudian menyettingnya.

“Ayo Ibu foto bareng, udah alvin siapin. Itung-itung sebagai kenangan terakhir dari kami untuk ibu. Nanti dicuci terus alvin kirim ke Ibu.” Ucap Alvin membujuk Ibu Odah untuk foto bareng dengan shilla da keke

Ibu Odah pun malu-malu kucing Garong duduk disamping shilla yang masih menggendong anaknya dan keke yang duduk dipangkuan alvin. Dan tak ada yang tau pasti, bagaimana reaksi cakka  melihat foto shilla bareng alvin kayak gini.
“Makasih bu atas foto barengnya dan bisa gendong si kecil Sinta. Dadah sayang.” Ucap shilla sambil mencium puncak kepala Sinta yang seolah-olah tersenyum kearahnya dan memegang kedua pipinya dengan tangan yang mungil.

“Baru kali ini Ibu liat dia mau digendong sama orang lain selain Ibu, biasanya nangis kenceng banget. Sama Nak shilla malah anteng aja. ckckkck…”
“maklumlah bu, ngebet pengen punya anak si shilla ini. Ckckck.” Sahut alvin yang membuat shilla tersipu malu.
“Ngebet pengen dinikahin sama Mas alvin kayaknya, iya kan Nak shilla?,” Kata Ibu Odah yang membuat mereka melongo.

“Bu.. bukan… Bu bukan… shilla udah punya pacar, saya sahabat dia Bu. bukan pacarnya.” Elak alvin cepat sebelum salah paham.
“Oh… Ibu kira kamu pacaran sama Nak shilla, habis kesini selalu berdua, maaf yah. habis kalian terlihat serasi sih, yang satu cantik, dan yang satu ganteng. Sama-sama sayang anak-anak lagi.” Puji Ibu Odah yang buat shilla semakin menundukkan wajahnya malu dan alvin yang sekarang merangkul pundak shilla


“hahahaha… nanti kapan-kapan saya ajak pacar shilla bu, permisi.” Pamit alvin sambil mengayuh sepedanya dan shilla langsung duduk sambil berpegangan erat di pinggangnya dan melambaikan kedua tangannya ke keke dan Ibu Odah yang semakin lama semakin menghilang karna jauhnya jarak mereka.


sepanjang perjalanan, mereka hanya diam sambil bermain dengan perasaan masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan, namun yang jelas, tak ada canda tawa yang menemani perjalanan malam mereka untuk sekedar menjadi penawar diantara sepinya hutan-hutan yang mereka lalui dan sangat menyeramkan, apalagi shilla yang parno dengan hal-hal gelap.


“shill,,, Gue boleh ngomong bentar?,” Kata Alvin memecah kesunyian yang dirasa sangat menyiksa batinnya ketika sudah tiba didepan rumah shilla dan memegang tangan gadis itu.
“Boleh… mau ngomong apa vin? Mau ngomong didalam atau diluar?,”
“disini aja ..Shil gue 6 hari lagi harus pulang ke Jogja,gue boleh ngomong sesuatu?.”
“Apaan ? Lo boleh ngomong apapun sama gue,”
“Lo mau gak jadi pacar gue? Gue ngerasa, setelah bertemu dengan lo, gue menemukan apa yang gue cari selama ini, dan itu ada di lo shill.”

Shilla kaget bukan kepalang mendengar pengakuan alvin yang tak diduga, sebenarnya, semenjak ada Alvin, hidupnya yang kelabu karna cakka, menjadi sedikit bewarna dan membuatnya tersenyum lagi. tapi… Ini terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa alvin bisa melupakan sakitnya akan cakka.

“Lo tau kan gue udah ada yang punya vin?,” Pancing shilla sekedar mengetes apakah alvin sama seperti yang lainnya, tertipu bahwa pacarnya adalah cakka.
“Lo gak bisa bohongin gue, karna gue anak Psikologi, sahabat lo yang tau pribadi lo dan gue,mantan pacar lo yang pertama. lo gak pacaran kan sama dia?.”

shilla terdiam mendengar penjelasan Alvin yang sangat benar itu, mengetahui shilla bimbang, dia menghela napas dan menatap shilla dalam, mencari dibalik matanya yang coklat terang itu, apakah ada namanya terpatri samar dilubuk hati gadis itu diantara kuatnya nama cakka disana.
“Gue gak maksa lo untuk jawab sekarang shill, nanti gue akan temuin lo dan minta jawaban itu, apapun keputusan lo gue terima, dan gue mohon dengan sangat, terima gue shill.”


shilla menghela napas berat dan menatap Alvin, mencari apakah cowok dihadapannya ini serius menyayanginya, atau karna menyukai apa yang dia punya. Belum sempat shilla menjawab, pintu rumah terbuka.
“Gak masuk shill? Harinya dingin banget. Masuk aja vin kalo pengen ngobrol,” Kata cakka dengan wajah tenang namun dihatinya bergejolak ingin menarik shilla dari sisi alvin.
“Gue mau pulang aja kka. Thanks yah atas tawarannya, shill… pikirkan baik-baik. Gue pulang dulu, bye.” Pamit Alvin sambil mengelus kepala shilla dengan penuh sayang, dia mengayuh sepedanya dan pulang, meninggalkan shilla dalam kebimbangan.


Shilla pun masuk dalam rumah dengan tampang bingung diikuti cakka dari belakang yang menutup pintu.

“via dan yang lain kemana kka?,” Tanya shilla ketika melihat hanya mereka berdua dirumah.
“Lagi keliling katanya. Apa jawaban lo atas alvin tadi?.” Tanpa kata pembuka apalagi basa-basi, cakka langsung membahas inti masalah yang buat shilla gelagapan.
“Ja… jawaban apa sih? Ngaco lo.  Udah gue mau tidur, bye cakka.” sambil masuk kamar dia menutup pintu dan menatap langit-langit kamarnya penuh bimbang dihati sambil memeluk kalung pemberian cakka yang selalu dia kenakan.

“apa yang harus gue jawab? Siapa yang gue pilih? Penantian atau cinta baru?,”

“Huft… mending gue tidur aja deh. Siapa tau gue ketemu jawabannya dalam mimpi.” Dan dia pun berjalan menuju kasurnya sembari menepuk-nepuk bantal. Setelah dirasa empuk, shilla pun tertidur pulas.


                                      ⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂⁂

Sudah 5 hari pasca “Penembakan” Alvin pada shilla. Selama itu jugalah shilla terlihat lesu, wajahnya selalu diliputi awan bingung dan bimbang. Makan yang enak pun jadi tak enak kalo udah mampir ke mulutnya, bawaannya pengen merenung dan merenung, mencari jawab yang pas untuk  Alvin seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami, susah.


“ Apa yang harus gue pilih? Gue sayang sama lo, tapi gue gak ingin nyakitin lo, karna gue belum sepenuhnya bisa nerima cowok lain isiin hati gue yang udah berubah jadi Es.” Sambil bergumam sendiri, shilla menatap foto Alvin dengan dirinya yang sedang tersenyum dan semakin membuatnya bingung.

“Sesungguhnya ku ingin dirimu.
Ntuk cairkan hatiku yang beku
Tapi aku, belum siap
Aku jadi dilemma.

Aku tak mau menyakitimu
Karna hati ini masih ragu
Tapi aku, butuh cinta
Aku jadi dilemma.”


*Intan – dilemma*

cakka yang barusan lewat dari kamar shilla yang terbuka lebar dan melihatnya  termenung di meja belajar, juga ikutan diam dan berharap, gadis itu tak menerima alvin, karna entah kenapa, dia tak rela dan merasa, bahwa shilla adalah miliknya, hak paten yang tak bisa dimiliki orang lain, kecuali dirinya, dan terikat dengannya seumur hidup dalam Suratan Takdir yang tersirat di perasaannya.


“Halo… Ada apa vin?,” Tanya shilla yang membuat lamunannya buyar, membuat cakka waspada di balik dinding.
“Ke tempat keke yuk, terakhir kali nih. lo ada rencana jalan?.” Ajak alvin harap-harap cemas agar shilla tak menolaknya jalan, seperti kemaren-kemaren pasca dia menyatakan perasaannya, dan dia tau konsekuensinya apa, persahabatan selama 4 tahun akan jadi taruhannya.

“Boleh. Gue lagi sumpek masalahnya. Lo jemput gue atau gimana?.”
“Ya jemput lo dong! Mana tega gue biarin sahabat gue jalan nyamperin gue? tunggu bentar yah shill. I love you.” Sambil berkata begitu, alvin mematikan ponselnya, agar dia tak mendengar jawaban shilla atas ucapannya yang dinilai bikin gadis itu semaput kebingungan.


shilla yang mendengar jelas ucapan alvin, terdiam sambil menatap ponsel dan foto mereka secara bergantian, dengan seulas senyum yang hanya dirinya dan Tuhan yang tau apa maksudnya.
“Mungkin… gue sudah nemukan jawabannya. Gue harap, keputusan gue benar.” Batinnya dalam hati.


Shilla pun bergegas menutup pintu kamarnya dan berganti pakaian secepat kilat sambil berharap, apapun keputusannya nanti, takkan berakibat buruk pada dirinya.

“Lo bisa gak gausah mondar-mandir kayak setrika arang didepan gue? Stres gue liatnya!.” Dengan ekspresi stress banyak tugas, semakin stress meliat shilla bolak-balik masuk kamar.
“Daripada lo semakin stress liat gue, mending lo kerjain tugas dikamar aja deh!.” Dengan ekspresi tak kalah stressnya, shilla menatap cakka yang duduk diruang tamu dengan bergelimpangan buku.
“Lo mau kemana? Rapi bener? Ketemu alvin yah? kapan bosannya sih lo sama dia? Gue aja bosan liatnya.” Pertanyaan beruntun sarat introgasi ala cakka, membuatnya mendadak blank.
“Emang kenapa kalo mau ketemu alvin? Dia kan sohib gue, jadi gak bakalan bosen. Malah kangen terus, pengen…” Katanya terhenti ketika melihat alvin didepan rumah dengan Ontel pinjaman kesayangannya.


“Gue pergi dulu yah, bilang sama yang lain. bye.” Dengan langkah terburu-buru dia bergegas keluar rumah, namun tangan kanannya ditarik cakka dan didorongnya kedinding dan terkurung karna cakka berdiri didepannya dengan tatapan cemburu.
“Pengen apa shill?,” Tanya cakka posesif sambil mengurung shilla yang pucat pasi dengan kedua tangannya yang dia letakkan disisi kiri dan kanannya.
“Pengen… ada aja!,” Kata shilla ketus sambil menginjak kaki cakka dengan keras dan bergegas keluar menghampiri alvin sebelum disantap oleh Monster berwujud Manusia ganteng kayak cakka.

cakka menatap shilla yang kabur dengan tampang mengingat-ingat, karna dia merasa sering jadi korban injakan kaki gadis itu. Dan tersenyum sinis ketika melihat shilla memegang pinggang alvin erat dan hatinya semakin terbakar cemburu.

“Daripada alvin, lo mending milih gue shill, kan gue lebih ganteng dari dia.” Gumam cakka narsis campur cemburu dihati, cakka melanjutkan tugasnya yang takkan ada kata kelar.



“shill…” panggil alvin ketika mereka sudah pulang dari tempat keke sekalian pamitan karna besok takkan bisa mampir lagi.
shilla sibuk dengan pikirannya yang nelangsa karna sebentar lagi harus ikutan pergi meninggalkan Jogja, meninggalkan desa yang dia tinggal sekarang dan meninggalkan keke, gadis yang sudah dia anggap adeknya sendiri. Dan meninggalkan semuanya.
“Ashilla Zahrantiara… my honey my sweety, lo masih hidup kan?,” Tanya alvin karna tak ada tanda-tanda shilla ada diboncengannya.
“Apaan sih lo panggil gue kayak gitu? NORAK!,” Katanya sambil mencubit pinggang alvin dengan gemas.
“Aduh…duh… sakit shill. lo nyubit apa nyiksa? Buset dah! Habis lo dipanggil berkali-kali gak dengar! Lo mikirin apa sih?.”
“Gue mikirin keke vin, gue ngerasa kehilangan dia banget. Gue sayang sama keke. Coba aja gue boleh ajak dia pulang, udah gue ajak dan gue anggap adek. Lo tau kan gue suka sama anak kecil?.”

“Lo mikirin keke  segitunya, lo mikirin gue gak shill? Gue juga gak ingin pisah shill, pisah dari lo.” Batin alvin
alvin hanya diam sambil tersenyum mendengar setiap penjelasan berapi-api shilla soal keke sambil menyiapkan mentalnya untuk mendengar jawaban dari mulut gadis yang sukses membuatnya tergila-gila selama 3 bulan ini.


“shill…” panggil alvin ketika sudah mengantar shilla didepan rumahnya yang sudah siap-siap ingin kabur.
“Ada apa?,” Tanya shilla yang tau maksud alvin memanggilnya dan mendekat.
“Gue… suka sama lo shill. gue tau ini salah dari awal karna suka sama lo, sahabat gue sendiri. Tapi… semakin gue mencoba mengubah perasaan gue menjadi biasa aja, semakin sakit shill. Gue…”
“alvin… gue tau, tapi…”

Alvin  yang tau apa jawaban selanjutnya dari mulut gadis itu, tersenyum sedih
“Gue tau, gue memang gak bisa jadi seseorang yang berarti buat lo, sorry kalo gue berharap terlalu banyak shill.”
“Bukan itu maksud gue vin… Gue… juga… suka… sama… lo tapi…” dengan terputus-putus shilla mengucapkan beberapa kata yang keluar dari lidahnya yang mendadak kelu.
“Lo serius? Tapi apa shill? Lo ragu sama gue? Lo merasa gak yakin dengan hubungan jarak jauh ini?,” Kata alvin terperangah mendengar jawaban dari shilla dan menatap gadis itu dalam, mencari jawaban jujur dari sorot matanya yang terlihat berat.

shilla mengangguk pasrah mendengar setiap tebakan alvin. Seolah lidahnya tak sanggup berkata lebih banyak lagi dan membiarkan alvin mengetahuinya dengan caranya sendiri.
“Kita coba dulu vin... Gue sayang sama lo vin, Lo cinta pertama gue, tapi gue ragu dengan hubungan yang akan kita jalani nanti.”
“Dan dengan perasaan gue sendiri vin. karna gue bukan hanya sayang sama lo, tapi dengan cakka gue juga sayang, gue gak bisa milih.” Lanjutnya dalam hati.
“Aku akan buktiin kalau jarak jauh takkan membuat kita ikutan jauh shilla… aku sayang sama kamu dan makasih udah ngasih aku kesempatan dan aku akan membuktikan bahwa keraguanmu salah. I love you Ashilla Zahrantiara , My Sweet Darling.” Dengan wajah lega dia mengecup kening shilla dengan tulus, dan mencintai gadis yang dihadapannya dengan segala kekurangan yang dia miliki, bukan kesempurnaan yang melekat ditubuhnya yang menyilaukan mata dan berusaha mengikis keraguan yang terpatri kuat dihatinya, dengan caranya sendiri.
“Jika kau punya sejuta alasan untuk ragu dengan perasaanku, aku akan tunjukkan sejuta cara bahwa kau salah meragukan perasaanku.”

“I love you too, Alvin Jonathan.” Balas Shilla memeluk alvin, dengan segenap perasaan yang dia miliki untuk cowok dihadapannya, walau separuh hatinya masih diliputi keraguan.

alvin menatap shilla dalam dengan tatapan sayang dan mencium kedua pipi gadis itu hingga wajah gadis dihadapannya memerah malu. Dan alvin mengelus pipi shilla yang terasa halus ditangannya dan dia merasakan napas shilla  mulai memburu disetiap elusan tangannya, tanda gugup dengan perlakuannya namun pasrah dengan menutup matanya.
merasa tak ada yang melihat kecuali binatang malam, Bulan, Bintang yang bersinar cerah yang menjadi saksinya dan Tuhan yang menyaksikan dua anak manusia dimabuk cinta, Alvin mendekatkan wajahnya kearah shilla, semakin dekat… semakin dekat… dan…

“Ehm… shilla, lo kapan datangnya? Kok gue gak dengar? Oh… ada alvin yah? masuk aja vin, eh… tapi udah malam banget nih, jadi besok aja yah masuknya.” Ucap cakka tiba-tiba dengan tatapan ingin membunuh,cakka berdiri didepan pintu namun berbanding terbalik dengan wajahnya tenang yang sukses menggagalkan rencana Alvin yang sudah dibikin sepersekian detik dan membuat jantung shilla serasa jumpalitan.
“ mampus gue! mampus!,” batin shilla
“Gak usah kka, gue langsung pulang kok. soalnya besok subuh gue balik ke Jogja, bye cakka, bye sayang, I love you.” Pamit Alvin dan mencium kening shilla dengan penuh sayang yang sukses buat cakka merasa ingin mendatangi cowok itu dan menghajarnya babak belur.
“Ok vin, moga kita ketemu lagi yah.” Dengan wajah ramah namun palsu “Itu kalo lo masih hidup vin,” lanjutnya dalam hati.
“Good bye alvin, Love you too.” Dan mencium pipi alvin sebagai ciuman perpisahan dan alvin pun pulang kerumah dengan hati senang.

melihat alvin sudah menghilang dari pandangan, shilla langsung masuk kerumah diikuti cakka yang langsung menutup pintu dengan cara membanting.

“Lo kenap… Aduh!,” Kata shilla terputus berubah kesakitan karna didorong cakka kedinding dan dia terkurung oleh tatapan cakka yang seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
“Lo pacaran sama alvin? Sejak kapan? Kenapa gue gak tau?,”
“Emang penting buat lo tau? Mana  sivia dan yang lainnya?,”
“Lo gak usah ngalihin pembicaraan deh! Lo pacaran sama alvin?!.” Setiap kalimat yang terucap dari mulut cakka, dipenuhi cemburu.
“Emang kenapa kalo gue pacaran atau enggak sama alvin? Apa urusan lo?!,”
“Gue gak suka! Your life, is mine!,”

“Gue nanya deh, lo siapa gue? Nyokap gue? Bokap gue? enggak kan? Jadi… lo gak usah sok larang gue pacaran sama siapa, cinta sama siapa, dan jadi milik siapa!  What?! My life is yours?! Cuih!.” Dengan tatapan penuh emosi, shilla membuang ludah ketika mengucapkan kata terakhir itu.
“Lo itu hanya milik gue Ashilla Zahrantiara , selamanya akan selalu jadi milik gue, walau gue amnesia begini, hati gue gak ikutan amnesia Shilla! Gak ada yang boleh milikin lo, bukan alvin, bukan siapapun! Ngerti?!.”
“Lo salah omong Cakka Kawekas Nuraga yang terhormat, seharusnya lo ngomong begini “Ify milik gue dan selamanya akan selalu jadi milik gue!” lo kira gue apaan? Barang yang bisa lo milikin dan lo buang jauh-jauh kalo bosan?! Minggir! Gue gerah!.”  Dengan emosi di ubun-ubun, dia mendorong cakka kasar agar menjauh, namun karna cakka sudah kerasukan emosi, Dia memegang pergelangan kedua tangan shilla yang mendorongnya dan dicengkramnya erat hingga gadis itu kesakitan.
“Lepasin gue! lepas! Sakit cakka… sakit,” erang shilla sambil menggigit bibirnya karna semakin dia melawan melepas cengkraman tangannya yang mengepal, semakin erat cakka mencengkramnya.
“Lo hanya jawab pertanyaan gue sayang, Lo pacaran sama alvin kan? apa susahnya sih ngomong iya atau tidak? Gue gak bego shilla… semakin lo gak mau ngomong, gak akan gue lepasin! Biar lo tidur bareng gue!.”

“OGAH! Kalo lo gak bego, kenapa lo maksa gue untuk menjawab pertanyaan yang gak penting itu?! Lo udah liat sendiri kan? Gue pacaran sama alvin! PU…” Bentakannya terhenti ketika bibirnya terkatup oleh bibirnya cakka yang semakin meruntuhkan pertahanannya yang sudah rusak dan membuat kenangan demi kenangan yang dia kubur dalam-dalam, melesak keluar dan menjejali otaknya.

Cakka  hanyut oleh serangan mendadak yang dia lancarkan sendiri, membuat shilla pasrah dengan melemahkan kepalan tangannya yang dia cengkram dan sekilas, puzzle kenangan yang dia cari, datang bertubi-tubi  menyerang benaknya,memaksa masuk dalam otaknya dan membuatnya kesakitan. namun dia bertahan, agar bisa mengingat seluruhnya. Semakin intensif dia mencium shilla, semakin sakit kepalanya, semakin hendak habis Oksigen yang tersedia di Paru-Paru mereka.
“Gue akan memberikan apa yang seharusnya lo dapatkan dari alvin tadi,Ashilla Zahrantiara. ” Sebelum shilla sempat menjawab, cakka mencium bibirnya dengan penuh lembut dan nafsu menggebu-gebu, seolah tak membiarkannya menghirup napas yang semakin susah dia dapatkan.

“Mmph…mmph…” Desah shilla kehabisan napas sambil mendorong tubuh cakka agar menjauhinya, sebelum semuanya tak bisa dikontrol lagi.

Cakka melepas ciumannya dan menatap shilla dalam
“Kenapa shill lo terima alvin?,”
“Karna gue sayang sama dia dan dia tak sebejat lo! Minggir!,” Jawab shilla histeris sambil mendorong cakka dengan sisa kekuatannya yang terkuras habis.
“Gue gak lihat itu dimata lo shilla. Gue amnesia, gue akuin itu, tapi gue bisa mengingat semuanya shill. perlahan-lahan, tapi mengingat lo begini, buat gue sadar kalo ini percuma, selamat atas jadian lo sama alvin, semoga awet. Anggap aja itu ciuman terakhir gue untuk lo, Shilla.” Sambil berkata begitu, dia masuk kekamar dan menutup pintunya, diikuti shilla yang langsung masuk kamar dan terduduk lemas dibelakang pintu dengan air mata yang mengalir deras di pipinya

“Apakah keputusan gue salah? Gue sayang sama lo cakka, gue cinta sama lo, tapi gue gak bisa menunggu lo terus menerus tanpa kejelasan! Gue juga sayang sama alvin, tapi…” Ucapannya terhenti oleh isakan tangis yang tak berhenti.

“Maafkan bila cintaku
Tak mungkin ku persembahkan seutuhnya
Maaf bila kau terluka…
karna ku jatuh… di dua hati.”

*Afgan – Cinta dua hati*

“Sorry kka. Gue gak bisa milih. Lo gak pernah kasih gue kepastian.” Ucapnya sambil terisak ditempat tidur. Menangisi semuanya yang terjadi.


lelah menangis, akhirnya shilla jatuh tertidur sambil menitikkan air matanya yang terus menerus mengalir. Tanda bahwa disaat dia terlelap pun, takkan bisa menghentikan sakitnya.


“Have you ever tried sleeping with a broken heart?

Well, you could try sleeping in my bed

Lonely, own me nobody ever shut it down like you

You wore the crown

You made my body feel heaven bound

Why don't you hold me

Neeed me, I thought you told me
You'd never leave me.”

“shilla pacaran sama alvin, yo.” Ucap cakka sendu sambil duduk didepan jendela dan menatap bulan dengan tatapan galau.


Rio hanya bisa terdiam mendengar ucapan cakka. Semua tanda tanyanya terjawab ketika dia baru masuk rumah diikuti yang lain, shilla lari sambil menangis di kamar, cakka seperti mayat hidup duduk didepan jendela. Seperti saat ini.

“Gue sayang sama dia, rio” Ucapnya dengan nada galau.

“I know.”

cakka pun terdiam lagi, memikirkan sebuah keputusan untuk mengubah semuanya.


“Ku harus pergi meninggalkan kamu.
Yang telah hancurkan aku.
sakitnya… sakitnya… oh sakitnya…

Cintaku… lebih besar dari cintanya
harusnya kau sadar itu…

bukan dia… bukan dia…
tapi aku…

*Judika – bukan dia, tapi aku.*


“yo.. kalo gue ninggalin shilla, lo setuju gak?” Tanyanya sambil menatap rio.
“Emang lo sanggup lakuin itu?” Tanyanya balik.

  
cakka pun terdiam mendengar jawaban alvin, lalu bertanya lagi. “Kalo gue balikan sama ify, lo setuju kan?” Tanyanya lagi yang membuat rio langsung mengambil kesimpulan, cakka sudah gila.

“Lo mendingan cuci muka, sikat gigi, bersihin kaki sama tangan, terus tidur deh. Jangan ngomong ngelantur.” Ucap rio sambil menarik cakka dari jendela dan menyuruhnya tidur.
  
“yo… Lo duduk sama siapa?” Tanya cakka tanpa mempedulikan perintah rio
“Sama oik dan sivia Kenapa?” Tanyanya ketika rio sudah siap-siap hendak keluar kamar cakka.

“Gue tukeran tiket yah? Lo sama shilla, gue sama sivia.” putusnya.

“Lo yakin kka? Gak… gue gak sanggup duduk disamping shilla yang galau karna lo.” Tolaknya.


Cakka terlihat berpikir, membuat rio menghela napas.
“ Lo sebaiknya tidur aja kka. Tenangin otak lo. Jangan mikir aneh-aneh.” Sarannya dan menutup pintu kamar cakka


cakka terdiam menatap pintu yang tertutup rapat. Seperti pintu kesempatan yang tertutup untuknya. Dia menghela napas. “Gue akan lakuin itu walau lo gak setuju, yo.” Ucapnya yakin dan kemudian tidur.

“So tonight, I'm gonna find a way to make it without you

Tonight I'm gonna find a way to make it without you

I'm gonna hold on to the times that we had tonight
I'm gonna find a way to make it without you.”


*Alicia Keys – Try to sleeping with a broken heart

“shilla…. Buka pintunya shill! Lo ngapain sih?! Mas Dayat udah datang tuh!” Teriak  sivia sambil menggedor pintu karna shilla tak juga keluar kamar.
“Bentar… lo masuk aja vi. Pintu gak dikunci.” Ucap shilla sambil sibuk membeyatkan kopernya dan tak mempedulikan  via masuk sambil menggelengkan kepalanya melihat kondisi kamarnya yang dulu rapi, kini bertebaran tisu dimana-mana.


“Astaga shilla… kamar lo kayak kapal pecah deh. Banyak amet tisunya. Sini gue bantuin.” Ucap  via sambil memunguti tisu-tisu yang menjadi saksi bisu apa yang dilakukan shilla selama 2 hari dikamar tanpa keluar, kecuali untuk makan, minum, mandi dan terakhir, mengucapkan selamat tinggal kepada alvin yang pagi-pagi datang untuk pamitan kepadanya dan membuat cakka yang waktu itu melihat, galau.

“Makasih vi.” Ucap shilla tulus sambil memasukkan buku-buku di kopernya yang terakhir.

“vi… gue salah yah pacaran sama alvin?” Tanyanya sambil menatap bunga Edelwis yang menjadi penghias meja belajarnya dengan tatapan sendu.

Via menghentikan aksi bersih-bersihnya dan mendekati shilla yang bahunya sudah terisak.
“Gak kok. Selama lo sayang sama dia, gak ada terpaksa. Gak salah shill. Kenapa lo tanyain hal itu?” Tanyanya sambil memutar tubuh shilla yang membelakangi dan memeluknya.


“Tapi kenapa cakka kayak gitu sama gue,vi?” Tanyanya dengan terisak dibahu via.


Via menatap mata shilla yang sayu dan lingkaran hitam dibawah kedua kelopak matanya, tanda dia kelelahan dan kurang tidur. “Mungkin dia gak bisa terima shill. Udahlah… jangan lo pikirin dia. Nanti Kak cakka bisa nerima kok.” Ucapnya walau dihati, pesimis berat.


Shilla menghapus air matanya yang membasahi pipinya, lalu tersenyum. “Semoga. Yuk kita keluar.” Ajaknya sambil membawa koper-kopernya dan meninggalkan sivia yang menatap Bunga pemberian cakka yang ditinggalnya.

“Lo gak salah pilih, shill. Hanya saja… lo gak bisa bedain rasa sayang kak cakka dengan alvin . Itu saja.” Ucapnya pelan dan kemudian berlari menyusul shilla

 “Udah siap semuanya?” Tanya rio ketika melihat shilla keluar dan mengangkat sendiri koper-kopernya di Bagasi belakang. Tanpa minta bantuan cakka yang baru saja masuk mobil.

shilla mengangguk dan menutup bagasi mobil. “Yuk.” Ajaknya ketika melihat angel dan oik berdiri disampingnya

“Lo dulu shill masuk. Kami mau ke toilet bentar.” Ucap angel lalu langsung masuk dalam rumah sambil menarik oik 

“Kak rio? Via ?” Tanyanya ketika melihat keduanya berdiskusi hebat, entah apa yang dibicarakan.

“Lo masuk aja dulu shill. Kami mau ngambil sesuatu didalam.” Ucap  via sambil ikutan menarik rio masuk rumah. Diikuti Mas dayat yang rupanya diperintahkan via untuk mengikutinya.

Shilla menghela napas dan masuk dalam mobil kemudian duduk disamping cakka yang asyik menatap jendela dengan headset ditelinganya. Tak mempedulikan kehadirannya.


Cukup lama mereka diam, membuat shilla tak betah. “kka…” Panggilnya dengan harapan, cakka menoleh dan mengajaknya ngobrol. Seperti dulu.

“Hmmm…” Hanya itu respon cakka tanpa menatap shilla.

“Kabar lo gimana?” Tanya shilla. Sedetik kemudian, dia merutuki dirinya sendiri kenapa diantara banyaknya pertanyaan yang ada, dia malah menyanyakan hal itu.

cakka menatapnya dengan tatapan susah diartikan. “Menurut lo, gue gimana?” Tanyanya balik membuat shilla terdiam

“Sorry…sorry… kami lama yah?” via langsung datang sambil membawa barang-barang diikuti oleh oik dan angel yang mendapat jatah duduk paling belakang. Membuat mobil seketika sesak karna barang  via dan mau tak mau, shilla duduk berdempetan dengan cakka.

“Sudah siap semuanya kan?” Tanya Mas dayat ketika masuk mobil dan mulai menjalankan mesinnya.

“Siap Maas…” Koor angel dan oik bersamaan.

Sepanjang perjalanan, shilla berusaha menahan kantuknya dengan duduk tegak dan tak mau menyenderkan tubuhnya ke cakka atau ke sivia. Namun, AC membuatnya tertidur dan terbangun karna kaget ketika Mas dayat ngerem mendadak. Membuat dia hampir maju kedepan kalau saja pinggangnya tak dipegang cakka.

“Lo senderan aja ma gue shill kalo tidur.” Kata cakka ketika sekian kalinya melihat shilla hendak tertidur.

“Gak usah. Makasih.”

Namun, tekad hanya tinggal tekad, shilla tertidur dengan posisi kepala menunduk. Sedangkan Mas dayat membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Membuat cakka langsung menyentuh pundak shilla agar tidur disampingnya.

“Lo tau gak shill, keputusan lo itu nyakitin gue. Banget malah.” cakka berbisik dengan suara pelan ketika shilla tidur dipundaknya sambil mengelus rambutnya. hal yang paling disukainya.
sivia dan yang lain mendengar bisikan cakka hanya bisa menghela napas berat. tak tau harus berbuat apa selain berharap, semoga ada keajaiban yang mengembalikan hubungan mereka.

Sepanjang perjalanan menuju Jogjakarta yang seharusnya diisi dengan canda tawa atau ejekan, malah didominasi oleh kebisuan yang menyakitkan. Seolah-olah, kegalauan salah satu dari mereka, menular bagai virus yang tak ada obatnya.

“Kok kalian pada diam semua sih hari ini? Lagi sakit gigi bareng yah?” Tanya Mas dayat mencoba melucu untuk mengurangi kebekuan yang dirasa menyiksanya.

“Bukan sakit gigi pak. Tapi ada yang galau. Jadi nular deh.” Jawab rio sambil melirik cakka yang bertopang dagu di balik jendela mobil dengan tatapan kosong.

“Lo nyindir gue rio?” Tanya cakka sinis seketika karna tersindir dan menghentikan renungan galaunya.

“Loh? Kok jadi lo merasa kesindir? Lo lagi galau yah?” Tanya rio balik yang buat cakka terdiam.

“Ape kate lo dah. Gue lagi males ngomong.”

“Kalo lo males ngomong, kenapa lo jawab pertanyaan gue?” Pancing rio yang rupanya ingin mencari hiburan baru lewat mengajak cakka berantem.

“Lo kok jadi cowok bawel bener yah?  Kok bisa si shanin pacaran sama lo?!” Jengkelnya.

“Karna gue ganteng. Jadi sebawel apapun gue, gak ngaruh.” Dengan nada polos rio menjawab membuat yang lain mencibir.

“Dasar narsis!.” Cibir angel diangguki yang lain.

“Gue doain moga shanin gak serangan jantung dengarnya.” Balas  via diamini yang lain. Membuat rio cekikikan.

Mas dayat yang mendengar pertengkaran mereka hanya tertawa. Kemudian dia melirik spion yang ditengah dan melihat shilla tertidur pulas dipundak cakka, seolah tak terganggu dengan kerusuhan teman-temannya.

“Mas cakka, kok kalo diperhatiin yah, Mbak shilla selalu tidur kalo perjalanan jauh. Dia mabuk darat mas?” Pertanyaan simple, namun bikin cakka cukup kebingungan dan ikut memperhatikan wajah tidur shilla yang dirasa menenangkannya.

“iya juga yah, kok gue baru nyadar sekarang yah?” Batinnya.
“Gak tau mas, Iya kali. Saya aja baru nyadar sekarang pas Mas dayat ngomong.”
“Kok Mas gak nyadar sih? Saya yang baru ketemu saja udah curiga. Bukannya mas pacarnya?” Pertanyaan beruntun diucapkan tanpa dosa oleh Mas dayat. Cukup membuatnya jatuh di titik terendah karna tak tau apa-apa soal shilla

“Kata siapa saya pacarnya shilla? Dia udah punya pacar Mas. Anak Jogja juga.” Jawab cakka dengan perasaan sakit dihati ketika mengucapkan kalimat demi kalimat yang serasa menusuknya.

“Wah… saya kira Mas pacarnya Mbak shilla. Habis mesra sih waktu datang itu. Gak bisa dipisahkan.”

“Mas… Oleh-Oleh yang enak dari Jogja apa aja selain Bakpia?” Tembak rio  dengan pertanyaan agar Mas dayat tidak mengintimidasi cakka dengan pertanyaan polos namun menusuk hati itu.

Mas dayat pun dengan semangat menjelaskannnya secara rinci, mulai dari sejarahnya hingga proses pembuatannya yang dia ketahui. Membuat cakka mengelus dada penuh syukur dan menatap rio dengan tatapan terima kasih.

“Mas pengen saya antarin ke tempat Coklat Monggo itu? Itu sekarang jadi buah tangan setiap wisatawan yang ke Jogja selain Bakpia loh. Coklatnya asli impor dan Mas udah pernah ngerasain. Rasanya coklat asli! Beda dengan coklat yang dijual di supermarket.” Tawar Mas dayat dengan dipenuhi bumbu promosi yang cukup bikin para cewek ngiler dan melupakan diet untuk sementara waktu ketika mendengar nama Coklat.

“Coklat mas? Mau…” Teriak angel nyaring diikuti yang lain bagai simponi penggemar Coklat yang nyasar di area bukan penggemar Coklat.

shilla yang rupanya  agak terganggu dengan teriakan mereka, mengubah posisi tidurnya menjadi seperti memeluk guling dengan tangan melingkar di tubuh cakka yang kaget dengan tingkahnya. Namun tak diubahnya karna ingin merasakan pelukan gadis itu untuk terakhir kalinya sebelum dia benar-benar pergi dari hidupnya dan membiarkan shilla bersama dengan seseorang yang dia cintai.

“Mending entar aja kalo kita mampir lagi. Ini udah jam 2 siang. Jam berapa kita nyampe? Besok kita udah pulang, Nyonya-Nyonya yang cantik dan manis.” Kata cakka mengingatkan jadwal yang buat mereka kecewa.

“Iya sih… tapi…”

“Betul tuh kata cakka. Mending entar aja. Kalo kalian mau, teman gue ada yang jualan Coklat Monggo system Online tuh. Ntar gue pesanin.” Bujuk rio yang terpaksa mereka setujui dan didalam otak mereka, tersimpan rencana untuk pergi ke Jogja bareng tanpa para cowok yang dirasa mengganggu.

Hembusan napas shilla yang tenang mengenai leher cakka menjadi siksaan tersendiri untuk tidak meyatpon dengan mengelus kepalanya atau membalas pelukannya. sivia yang melihat kegelisahan cakka karna posisi tidur shilla yang menggoda, hanya tersenyum dan berharap, mereka bersatu lagi.
“Tidurnya di hotel yang kemaren kan kka?” Tanya rio sambil menoleh kebelakang dan melihat Posisi shilla, membuatnya ikutan nyengir melihat sahabatnya seolah tersiksa namun menikmati.

“Yup.”

Akhirnya perjalanan jauh pun selesai juga ketika mereka tiba didepan Hotel. Mereka pun langsung turun dari mobil dan membawa koper masing-masing, dibantu oleh Mas dayat yang jadi ikutan sibuk karna rencana rio yang ingin membiarkan cakka berduaan dengan shilla dimobil.

“Kak… bangunin shilla yah. Gue mau urus Hotel dulu. Mas dayat, Bantuin angkat yah.” Perintah sivia ketika melihat Mas dayat hendak masuk mobil dan meninggalkan cakka yang bingung gimana caranya membangunkan shilla.

cakka terdiam lama menatap shilla yang masih tidur dipelukannya, seolah tak menyadari bahwa dirinya sakit karna keputusannya.
” alvin memang pantes buat lo shill. Dia gak kayak gue yang ngelupain lo, yang nyakitin dan bikin lo nangis. Lo gak pantes nangisin cowok shill, apalagi cowok jenis gue. Semoga lo bahagia.” Sambil berkata begitu, cakka melepas pelukan shilla ditubuhnya dan menyandarkannya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya dan semakin dekat jarak mereka, semakin napas mereka saling berbaur. Dan waktupun terasa berhenti untuknya ketika cakka mencium bibir gadis itu, sekali lagi. untuk yang terakhir kalinya.

“Never thought we'd have a last kiss.
 Never imagined we'd end like this.
 Your name, forever the name on my lips,”

*Taylor Swift – Last Kiss.*


Cukup lama cakka mencium bibir gadis itu. Hingga akhirnya dia melepaskannya dan menatap shilla yang masih tertidur. Dan cakka mencium kening, kelopak kedua bola matanya dan bibir kemerahan gadis itu. “shilla… It’s too late for this, but, let me saying, I love you.” Bisik cakka dan keluar dari mobil sambil membawa tasnya dan meninggalkan shilla seorang diri.

Shilla membuka matanya ketika cakka sudah pergi meninggalkannya dan mengelus bibir serta keningnya, seolah ada yang menyentuhnya, namun dia tak tau siapa. Merasa sendirian di mobil dan takut terjadi apa-apa, akhirnya shilla bergegas keluar mobil sambil membawa kopernya.

“Kau tau perpisahan apa yang menyakitkan selain ditinggal mati seseorang yang kita cintai? Perpisahan dimana kita mencintai seseorang, namun dia mencintai yang lain. dan kita harus ikhlas berpisah dengannya, agar dia bahagia dengan apa yang dipilihnya.”




Part 15 bag.2nya nnti menyusul yaa guyss :D
Diposting oleh Tirsa di 20.13
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

2 komentar:

Unknown mengatakan...

di tunggu ya ka kelanjutannya :3 sukasuka :D

2 Mei 2013 pukul 01.44
Unknown mengatakan...

Ada sekuelnya gak kak?

2 Mei 2013 pukul 06.55

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Copyright © 2012 WELCOME TO MY BLOG :D |